Menuju konten utama
Karhutla di Sumsel 2019

Cerita Penyadap Karet: Bekerja Setengah Hari Dalam Pekat Asap

Erko mengaku sudah nyaris sebulan penuh hidup dalam kepungan asap akibat karhutla yang melanda daerahnya.

Cerita Penyadap Karet: Bekerja Setengah Hari Dalam Pekat Asap
Pesawat terbang milik salah satu maskapai penerbangan swasta lepas landas di Bandara Sultan Mahmud Badaruddin (SMB) II Palembang yang tertutup kabut asap di Palembang, Sumatera Selatan, Selasa (9/10/2019). ANTARA FOTO/Mushaful Imam.

tirto.id - Setenus Erko (26 tahun), warga terdampak kebakaran hutan dan lahan (karhutla), tidak punya pilihan untuk tetap bekerja dalam kepungan asap. Ia bekerja sebagai penyadap karet di Desa Tempirai, Kecamatan Penukal Utara, Kabupaten Abab Lematang Ilir, Sumatera Selatan.

“Nyadap karet itu biasanya setengah hari,” kata Erko saat dihubungi reporter Tirto melalui sambungan telepon, pada Selasa (15/10/2019).

Menurut Erko, ada juga warga yang tetap melakukan aktivitas lain, seperti berkebun hingga seharian penuh di tengah pekatnya asap yang melanda wilayah tersebut.

Erko bercerita, dirinya keluar rumah sebelum fajar menyingsing untuk bekerja. Kendati menggunakan masker, tapi hal itu tak cukup membantunya.

“Sangat tidak membantu, dengan ketebalan asap yang sekarang ini,” kata Erko menambahkan.

“Kami sudah banyak terganggu atas kebakaran lahan ini,” kata dia.

Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Provinsi Sumatera Selatan yang bersumber dari Satelit LAPAN menyebutkan jumlah titik panas pada Senin (14/10/2019) menjadi yang terparah sejak periode kemarau dengan mencapai 732 titik.

Titik panas terbanyak di Kabupaten Ogan Komering Ilir yang berjumlah 437 titik.

Erko mengaku sudah nyaris sebulan penuh hidup dalam kepungan asap.

Meski terganggu, kata dia, tapi aktivitas masyarakat di sana tetap berlanjut. Anak sekolah masuk seperti biasa, para petani sibuk di lahan masing-masing.

Namun, dalam lubuk hatinya ia justru meragukan kesehatannya jika berada di luar rumah.

“Keluar rumah takut sama asap. Tidak keluar rumah, dapur tidak berasap,” kata Erko.

Sejauh ini, kata dia, jarak pandang hanya berkisar lima meter. Beberapa warga mulai terserang penyakit ISPA. Namun bantuan baru hanya pemberian masker gratis dari Puskesmas setempat.

“Kami berharap agar pemerintah daerah maupun pusat bisa membantu masyarakat agar tidak terserang ISPA atau penyakit lain,” kata dia.

Baca juga artikel terkait KARHUTLA atau tulisan lainnya dari Alfian Putra Abdi

tirto.id - Sosial budaya
Reporter: Alfian Putra Abdi
Penulis: Alfian Putra Abdi
Editor: Abdul Aziz