Menuju konten utama

Cerita Pedagang yang Bertaruh Nyawa Dagang di Bawah Proyek Rusunawa

Meski takut, para pedagang di Pasar Rumput tetap berjualan karena dari sana lah mereka dapat uang untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari.

Cerita Pedagang yang Bertaruh Nyawa Dagang di Bawah Proyek Rusunawa
Proyek peremajaan Pasar Rumput, Manggarai, Jakarta Selatan, Kamis (5/10/2017). tirto.id/Andrey Gromico

tirto.id - Tidak terlihat aktivitas pembangunan di proyek Rumah Susun Sewa (Rusunawa) Pasar Rumput, Jakarta Selatan, sehari setelah Tarminah (54), seorang pembeli di pasar dadakan, meninggal dunia akibat tertimpa besi hollow berukuran 4x4 meter dari proyek tersebut.

Proyek ini memang sangat dekat dengan area pasar dadakan, hanya terpisah jarak 50an meter. Lokasi pasar dadakannya sendiri, yang jadi Tempat Kejadian Perkara (TKP), ada persis di bagian belakang proyek. Di jalan sepanjang 400an meter berdiri kios dan lapak yang jumlahnya puluhan.

Memisahkan antara keduanya adalah jaring hijau setinggi empat meter yang berfungsi menghalau debu dan bebatuan yang kerap terpental ke area pedagang karena kegiatan pengecoran.

Tapi jaring itu jelas tak mampu menahan besi hollow yang jatuh. Oleh karena itu tak ada jaminan sama sekali insiden serupa tidak terulang lagi.

Meskipun begitu, aktivitas pasar masih tetap berjalan. Pedagang tetap berjualan. Termasuk Rolis (35 tahun), penjual rempah-rempah. Sama seperti kios dan lapak lain, tempatnya berjualan menempel dengan batas proyek. Ia sebetulnya was-was, tapi tidak punya pilihan lain.

"Ya takut, sih. Tapi mau bagaimana lagi, kalau gak dagang kan kita gak makan," kata Rolis kepada Tirto, Senin (19/03) kemarin.

Sebelumnya Rolis berjualan di dalam gedung. Namun, ia digusur karena gedung akan dibangun ulang. Rolis terpaksa pindah ke tempatnya sekarang. Rencananya jika proyek rusunawa sudah rampung, beberapa lantai bawah akan difungsikan sebagai pasar. Pedagang bisa dagang di sana.

Pengelola sebetulnya menyediakan tempat dagang sementara di gedung dua lantai di daerah Manggarai. Namun ukurannya terlalu kecil untuk menampung seluruh pedagang yang terdampak. Akibatnya beberapa dari mereka mencari tempat lain. Di samping proyek yang hanya dibatasi jaring hijau tadi.

"Penampungan tempatnya kecil, enggak muat. Akhirnya kita ke jalanan," kata Rolis.

Nur Hayati (38 tahun), pedagang aneka sayuran yang juga saksi mata kejadian kemarin pun membenarkan yang disampaikan oleh Rolis.

"Di dalam memang sudah nggak ada fasilitasnya," kata Nur Hayati.

Rolis menjelaskan, mereka sudah berkoordinasi dengan RW setempat untuk mendirikan kios dan lapak di sana.

"Kami mengajukan 'pak boleh tidak jualan di jalanan sampai pasar jadi?' 'Nanti ya dirapatin dulu,' katanya. Akhirnya diizinkan," tutur Rolis.

Walaupun lokasinya berjualan hanya terpaut satu ruas jalan dengan rumah susun yang tengah dibangun, tetapi Rolis mengaku ia tidak pernah ditegur oleh Waskita Karya selaku kontraktor proyek. Demikian pula dengan Nur Hayati dan sejumlah pedagang lain.

"Nggak ada [teguran]," kata Nur Hayati.

Muhammad Dopi (65 tahun), Ketua RW 04 Kelurahan Pasar Manggis, Setiabudi, membenarkan soal izin. Katanya, beberapa bulan lalu saat proyek pembangunan sudah berjalan, pihak PD Pasar Jaya mendatanginya guna meminta izin menggunakan jalan umum sebagai tempat penampungan sementara.

"PD Pasar minta izin ke kita, ya kita izinin," kata Dopi.

Petugas sekretariat PD Pasar Jaya yang ada di pasar penampungan sementara enggan menjawab soal izin yang dimaksud. Direktur Teknis PD Pasar Jaya Adi Wijaya pun demikian, meski sudah beberapa kali dihubungi.

Dopi menjelaskan, jauh sebelum proyek itu berjalan memang sudah banyak pedagang yang berjualan di sekeliling Pasar Rumput. Ia memperbolehkan, tetapi hanya dari malam hingga siang saja. Aturan yang sama berlaku bagi pedagang Pasar Rumput yang tidak kebagian tempat di Manggarai.

Mengenai jaring pengaman, kata Dopi, itu baru dipasang pasca salah seorang warganya, Lela (73), tertimpa besi hollow sekitar sebulan lalu. Lela harus dirawat dua hari akibat kejadian itu.

"Sampai sekarang saya nggak pernah ke pasar lagi, takut. Kalau naik mobil juga 'ayo cepet! cepet'," kata Lela (18/03), sambil agak menunduk.

"Jadi itu yang saya sesalkan, jaringnya nggak aman, bahkan setelah kejadian bu Lela itu sampai terjadi lagi," kata Dopi.

Dopi mengatakan ia dan pihak kelurahan Kebon Manggis akan kembali menemui pihak Waskita Karya guna berdiskusi agar kejadian serupa tidak terjadi lagi.

"Jadi bagaimana caranya warga kami aman nyaman? Proyek selesai," kata Dopi.

Baca juga artikel terkait INSIDEN PASAR RUMPUT atau tulisan lainnya dari Mohammad Bernie

tirto.id - Sosial budaya
Reporter: Mohammad Bernie
Penulis: Mohammad Bernie
Editor: Rio Apinino