Menuju konten utama

Cerita Orangtua yang Simpanan ASI-nya Basi karena Listrik Mati

Beberapa orangtua mengeluh, ASI yang sudah disimpan di kantong khusus basi karena listrik mati belasan jam.

Cerita Orangtua yang Simpanan ASI-nya Basi karena Listrik Mati
Ilustrasi Ibu menyusui anak. FOTO/iStockphoto

tirto.id - Leslie, seorang ibu muda asal Jati Asih, Bekasi, dengan berat hati membuang 150 kantong ASI perah yang sudah ia kumpulkan sejak Juni lalu. ASI itu dirasa tak lagi layak dikonsumsi buah hatinya yang baru berusia satu bulan 15 hari.

"Sakit yang enggak berdarah. Terima kasih, ya, PLN," kata Leslie via Instagram Stories.

Gesit Prayogi, suami Leslie, mengatakan ini terjadi karena listrik dari PLN padam belasan jam, Ahad (5/8/2019) kemarin. ASI itu disimpan di freezer lemari pendingin dua pintu.

Sejak Ahad pagi, Gesit sekeluarga sudah keluar rumah, berkunjung ke rumah orangtua di Kampung Rambutan, Jakarta Timur. Listrik mulai padam pukul 12 siang, kata Gesit.

"Kami enggak kepikiran berpengaruh ke ASI tabung di rumah. Setelah listrik nyala sekitar jam setengah 7 malam, setengah 8 malam kami pulang. Eh, ternyata sudah cair," kata Gesit kepada reporter Tirto, Senin (5/8/2019) pagi.

Ia mengaku sebetulnya tak terlalu paham apakah ASI tabung itu masih layak dikonsumsi atau tidak. Namun, kata Gesit, jika es krim yang cair saja sudah pasti tak enak rasanya jika dibekukan kembali, maka ASI tabung pun begitu.

"Saya ragu mau tetap digunakan apa enggak. Akhirnya kami buang," kata Gesit.

Beruntung Leslie tidak bekerja. Dia masih bisa menyusui anaknya lagi.

"Saya lebih kasihan dengan ibu-ibu yang sembari kerja gitu. Istri saya masih mending ada di rumah terus bisa menyusui. Lha, yang kerja gimana?" tambahnya.

Hal yang ditakutkan Gesit itu menimpa Helda Noviana. Saat listrik mati, perempuan asal Tangerang yang bekerja sebagai karyawan bank swasta itu kebetulan sedang piket kerja.

"Jam 12 siang mati, sampai sekarang rumah saya belum nyala. Sudah hampir 24 jam ini," kata Helda saat dihubungi reporter Tirto, Senin siang, pukul 11.00.

Ia mengaku menyimpan 15 kantong ASI untuk anaknya di rumah. Pada Senin pagi pukul 09.00, ASI terlihat mencair. "Teksturnya sudah berubah. Saya ragu mau kasih itu ke anak saya."

Tito Suhandoyo dan istri lebih beruntung. Saat listrik padam, setidaknya ada 80 kantung ASI yang ia simpan di lemari es. Semuanya masih membeku hingga listrik normal pukul 21.00.

"Mungkin karena saya pakai lemari es yang memang khusus freezer, bukan yang reguler dua pintu biasa. Kata istri saya, sejak listrik padam, pintu lemarinya enggak dibuka sama sekali," kata Tito kepada reporter Tirto.

Rumah Tito dan istri berada di Baktijaya, Depok, Jawa Barat. Di daerah rumahnya listrik padam sembilan jam.

"Istri saya trauma, sebelumnya dia pernah mengalami 40 kantung susu cair gara-gara pintu lemari es tak ditutup rapat," katanya. "Dan hari ini itu hari pertama dia masuk kerja. Makanya tadi malam kalau cair ya pasti bingung ninggalin anaknya yang harus terpenuhi ASI-nya, seharian bisa sampai 4-5 kantung ASI," lanjutnya.

Tito pernah mendengar anjuran dari dokter anak bahwa susu yang sudah cair hanya bisa dikonsumsi sebelum lewat 24 jam.

"Lebih dari itu kandungan proteinnya sudah hilang," katanya.

Kondisi ASI

Dokter Utami Roesli dari The Jakarta Women & Children Clinic (JWCC) mengatakan kantong ASI sebetulnya bisa dipakai hingga 10-12 jam sejak listrik mati. Syaratnya, kantong ASI dibalut koran saat di freezer. "Jangan dibawa keluar. Dibungkusnya di dalam," kata Utami kepada reporter Tirto.

Susu juga masih layak dikonsumsi 24 jam setelah mencair secara normal, misalnya dibawa keluar rumah. Dalam kasus Leslie, kata Utami, ASI tidak mencair secara normal. ASI seperti dipanaskan karena lemari es tidak dialiri listrik.

Susu yang demikian harus segera dikonsumsi satu sampai dua jam setelah listrik mati.

Utami lalu memberi rekomendasi agar hal serupa tak terulang, selain membungkus kantong ASI dengan koran, susu sebaiknya dibekukan menggunakan botol kaca ketimbang plastik.

"Botol kaca, kan, teksturnya licin. Kalau plastik atau kantong, itu nanti ada serat-serat menempel ketika cair," katanya.

Baca juga artikel terkait MATI LISTRIK atau tulisan lainnya dari Haris Prabowo

tirto.id - Sosial budaya
Reporter: Haris Prabowo
Penulis: Haris Prabowo
Editor: Rio Apinino & Mufti Sholih