Menuju konten utama

Cerita-Cerita dari Mereka yang Menjaga Gereja

Pengamanan gereja saat perayaan Natal tak hanya dilakukan oleh aparat keamanan TNI dan Polri, tapi unsur masyarakat.

Cerita-Cerita dari Mereka yang Menjaga Gereja
Gereja Katedral, tempat ibadah umat Katolik menjelang petang sesaat sebelum prosesi misa Natal berlangsung (24/12). tirto.id/Hafitz Maulana.

tirto.id - Sekitar pukul 18.30 WIB, Senin (25/12/2017) para jemaat yang mengikuti misa terakhir di Gereja Katedral, Sawah Besar, Jakarta Pusat mulai meninggalkan lokasi satu persatu. Suasana mulai lengang, dan kondisi jalan di depan gereja terpantau lancar.

Muhammad Ridwansyah, 23 tahun, berdiri tegak membopong senapan laras panjang di posko pengaman depan Katedral. Ia adalah anggota Satuan Korps Brimob Polri, Kelapa Dua, Depok, satu dari puluhan anggota kepolisian yang bertugas mengawasi keamanan selama pelaksanaan misa Natal di Katedral.

Badannya terbilang tidak terlalu tinggi sebagai seorang anggota kepolisian. Rambutnya cepak. Selama bertugas, senjata Sig Sauer 516 selalu melekat di tangannya.

“Sudah dari tanggal 21 siaga di sini,” kata Ridwan saat berbincang dengan Tirto, di Gereja Katedral, pada Senin malam (25/12/2017).

Tahun ini adalah pengalaman yang kedua kali baginya bertugas mengamankan ibadah Natal. Sebelumnya, ia mendapat jatah mengamankan misa di Gereja Protestan Indonesia Bagian Barat (GBIP) Gideon, Depok, Jawa Barat. Lebih menyenangkan ketimbang tahun ini karena letak gereja itu persis di samping Mako Brimob.

“Lebih enak aja, karena kami kan tinggal juga di asrama Mako (Brimob)” kata Ridwan berkisah.

Ridwan bercerita, dirinya bakal bertugas di Gereja Katedral hingga Tahun Baru 2018. Setiap hari, tanpa libur. Setiap malam, usai berpatroli di sekitar Sawah Besar, ia dan kawan-kawannya beristirahat di dalam tenda sementara yang berdiri di pinggir jalan Ir H. Juanda.

Ridwan mengaku mencoba tenang saat bertugas, tapi tetap harus waspada. Sebagai pasukan anti-huru-hara, bahkan boleh dikatakan dirinya hampir tak punya tugas apa-apa selain memantau situasi. Apalagi, satuannya sendiri hanya merupakan bantuan tambahan yang didatangkan Polsek Sawah Besar, Jakarta Pusat.

Kapolsek Sawah Besar, Kompol Polisi Eka Bassith mengatakan, di luar Brimob Polri dan TNI, masih ada bantuan pengamanan lain, yakni Satpol PP dan Barisan Pemuda Ansor.

Pada perayaan Natal 2017, Pimpinan Pusat Gerakan Pemuda Ansor (PP GP Ansor) Yaqut Cholil Qoumas menyiapkan para anggota Barisan Ansor Serbaguna (Banser) yang tersebar di seluruh Indonesia untuk membantu aparat kepolisian untuk menjaga keberlangsungan misa Natal di sejulah gereja.

Khusus di DKI Jakarta, kata Yaqut, terdapat 2.000 anggota Banser yang telah disiapkan untuk melakukan pengamanan perayaan Natal ini.

Salah satu Komandan Banser, Arif Rahman Hakim mengatakan, pengamanan mereka sifatnya hanya membantu saja. Sebab selain Banser, personel TNI-Polri juga sudah berjaga, ditambah lagi penjagaan dari pihak gereja.

“Sekitar 100 personel, semua dari DKI Jakarta, Jakarta Utara, Barat, Selatan, Timur sama Pusat,” kata Arif di Gereja Katedral Jakarta, di malam Natal, Minggu (24/12/2017).

Baca juga:

Hal yang sama juga diungkapkan anggota Banser Jakarta Timur, Dedi Cahyadi. Menurut dia, penjagaan gereja sifatnya hanya membantu apabila diminta secara resmi oleh kepolisian maupun pihak gereja. Untuk tahun ini, misalnya, ia tidak ikut menjaga gereja karena tidak ada instruksi dari Panglima GP Ansor Jakarta Timur mengingat perayaan Natal berjalan kondusif dan aman.

“Kami tetap menjaga keutuhan NKRI sebagai marwah perjuangan kita menuju bangsa yang maju, damai dan berkeadilan. Tidak lagi membedakan minoritas dan sebagian golongan saja. Tapi kita satu dalam bingkai keberagaman,” kata Dedi saat dihubungi Tirto, Selasa (26/12/2017).

Dedi berkisah, terakhir kali ia ikut menjaga Gereja Katedral saat acara apel kebhinekaan lintas agama yang diadakan di lapangan Banteng, pada 17 Januari 2015. Menurut Dedi, ada suka dan duka yang ia dan sahabat-sahabatnya alami saat ikut membantu menjaga keamanan.

“Yang pasti sahabat-sahabat Banser melihat suka duka menjaga gereja adalah suka panggilan jiwa untuk menjaga sesama saudara yang lainnya, entah itu Nasrani, Buddha, Hindu biar mereka merayakan dengan rasa aman dan nyaman sebagian dari menjaga NKRI, yaitu toleransi beragama,” kata Dedi.

Sementara dukanya, kata Dedi, harus meninggalkan istri dan anak, serta kadang tidak pulang untuk beberapa hari. Di saat orang lain menikmati libur panjang dengan keluarganya, ia dan teman-temannya harus ikut membantu aparat kepolisian mengamankan perayaan perayaan hari besar keagamaan.

Melawan Kebosanan

Bagi Ridwan, yang kurang menyenangkan dari tugas menjaga perayaan Natal bukan tingkat ancaman yang tinggi, melainkan karena kebosanan. “Enggak enaknya juga, kalau hari biasa yang harusnya jam dinas paling selesai acara kita sudah pulang, ini enggak. Lebih lama,” cerita Ridwan.

Namun, sebagai seorang anggota kepolisian yang bertugas menjaga keamanan, kebosanan itu tetap ia lawan. “Yang namanya tugas negara kita laksanakan,” katanya.

Untuk mengobati rasa kebosanan itu, kata Ridwan, salah satunya membantu para jemaat gereja yang hendak menyeberang jalan. Ada satu tragedi yang sempat membuat Ridwan kerepotan saat bertugas, sebuah dompet jemaat yang ia bantu menyeberang jalan hilang. Ia pun merasa tak enak dan perlu membantu untuk mencarinya.

Untungnya hal itu segera teratasi setelah seorang jemaat lain mengantarkan dompet itu ke pos penjagaan Gereja Katedral. “Kalau kaya gini seharusnya bisa diselesaikan sendiri. Tapi kan saya juga enggak enak. Namanya orang kesusahan. Jadi harus tetap bantu.”

Namun, Ridwan dan kawan-kawan lainnya tak boleh lengah. Bahaya, kata dia, "sering datang justru di saat-saat lengah. Ibaratnya sekarang kita sedia payung sebelum hujan lah."

Ridwan mengatakan, setiap hari dirinya bertugas satu hingga dua jam dengan jadwal tidak menentu secara bergantian. "Karena ada 20 orang jadi tiga-tiga jaganya," ujarnya.

Di sela-sela kegiatannya itu, Ridwan berkata dirinya kerap mengambil inisiatif untuk berkeliling, memantau gerakan mencurigakan, atau sekedar membantu para pejalan kaki dan pengendara yang terlihat sedang kesulitan. Hal itu ia lakukan agar perasaan bosan tidak terus melanda.

“Sejauh ini masih aman, belum ada apa-apa,” kata Ridwan.

Saat di tengah perbincangan, Ipda Margono Suhendra melangkah dari pos jaga ke arah Ridwan. Dia adalah wakil komandan kompi yang bertugas memimpin sekompi pasukan Brimob Polri yang ditugaskan di wilayah Sawah Besar.

"Gimana aman?" kata Margono bertanya.

"Kondusif Dan,” jawab Ridwan.

“Siaga terus ya. Kalau belum salat, salat dulu,” kata Margono menimpali.

“Siap Dan,” kata Ridwan.

Mereka bercakap-cakap sebentar sebelum akhirnya Margono kembali ke dalam pos penjagaan meninggalkan Ridwan.

Meski Ridwan tak ikut merayakan Natal, ia mengaku senang melihat umat Nasrani dapat menjalankan ibadahnya dengan lancar.

Bagi dirinya, tugasnya hari itu bukan sekedar perintah, melainkan bentuk toleransi antara umat beragama.

“Karena ini kan ganti-gantian. Kalau kita lebaran kan mereka [anggota] yang beragama non-Muslim bertugas. Jagain kita yang lagi salat Id. Sekarang gantian,” kata pria asal Seragen, Jawa Tengah tersebut.

Baca juga artikel terkait HARI RAYA NATAL 2017 atau tulisan lainnya dari Hendra Friana

tirto.id - Sosial budaya
Reporter: Hendra Friana
Penulis: Hendra Friana
Editor: Abdul Aziz