Menuju konten utama
Ramadhan 2022

Ceramah Kultum Ramadhan Singkat 2022 Hari ke-11: Indahnya Toleransi

Contoh ceramah kultum Ramadhan singkat 2022 adalah tentang indahnya toleransi dalam ajaran Islam.

Ceramah Kultum Ramadhan Singkat 2022 Hari ke-11: Indahnya Toleransi
Pemuka agama yang tergabung dalam Inter Religious Council (IRC) Indonesia Din Syamsuddin, Romo Heri Wibowo, Jacky Manuputty, Ws Lie Suprijadi, Pndt Jimmy Sormin, Ws Rudi Gunawijaya, Bhikkhu Indamedha, Bona Beding, dan Andriyanto bergandeng tangan bersama seusai memberikan keterangan pers dalam rangka Hari Toleransi Internasional di Kantor CDCC, Jakarta, Senin (18/11/2019). IANTARA FOTO/Aprillio Akbar/aww.

tirto.id - Ceramah kultum Ramadhan singkat 2022 hari ke-11 bertema tentang indahnya toleransi dalam agama Islam.

Islam mengajarkan umatnya untuk menerapkan perilaku terpuji dalam kehidupan sehari-hari, salah satunya adalah toleransi atau dalam bahasa Arab disebut tasamuh.

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) diartikan sebagai keluasan pikiran.

Toleransi atau tasamuh merupakan sikap akhlak terpuji dalam pergaulan, di mana terdapat rasa saling menghargai antara sesama manusia dalam batas-batas yang digariskan oleh agama Islam.

Kultum Singkat Ramadhan 2022

Toleransi dalam pandangan Islam adalah sikap saling menghargai dan menghormati keyakinan dan agama orang lain, bukan menyamakan atau mencampuradukkan agama lain dengan keyakinan Islam itu sendiri.

Terkait toleransi ini Allah SWT berfirman dalam surah Al-Kafirun ayat 6:

لَكُمْ دِيْنُكُمْ وَلِيَ دِيْنِ ࣖ

Lakum diinukum waliyadiin

Artinya: "Untukmu agamamu, dan untukku agamaku.”

Ayat ini menjelaskan bahwa tidak ada tukar-menukar dengan pengikut agama lain dalam hal peribadahan kepada Tuhan.

Wahai orang kafir, untukmu agamamu, yakni kemusyrikan yang kamu yakini, dan untukku agamaku yang telah Allah pilihkan untukku sehingga aku tidak akan berpaling ke agama lain.

Inilah jalan terbaik dalam hal toleransi antar-umat beragama dalam urusan peribadatan kepada Tuhan.

Kemudian dalam surah Al-Bayyinah juga disebutkan tentang peringatan untuk melepaskan fanatisme yang merupakan musuh toleransi.

Di mana selama orang-orang masih berpegang pada fanatisme apa pun, baik itu fanatisme agama, kesukuan, dan sebagainya, toleransi sukar dicapai.

Toleransi Islam haruslah seiring dengan kebenaran. Jika toleransi itu menciderai nilai-nilai kebenaran, bertentangan dengan akidah dan keyakinan, nilai kemanusiaan, atau menzalimi kelompok lain, toleransi itu menjadi batal dan tak boleh dilakukan.

Islam menganjurkan umatnya untuk tidak memaksa seorang pun untuk memeluk agama Islam.

Islam adalah agama yang jelas dan gamblang tentang semua ajaran dan bukti kebenarannya, sehingga tidak perlu memaksakan seseorang untuk masuk ke dalamnya.

Orang yang mendapat hidayah, terbuka, lapang dadanya, dan terang mata hatinya pasti akan masuk Islam dengan bukti yang kuat.

Dalam tafsir Ibnu Katsir, seperti dikutip laman FAI UM Surabaya, disebutkan: "Dan barang siapa yang buta mata hatinya, tertutup penglihatan dan pendengarannya maka tidak layak baginya masuk Islam dengan paksa."

Islam mengajarkan agar umat muslim berbuat baik kepada kaum kuffar selama mereka sama-sama berbuat baik dan tidak memusuhi umat Islam selama tidak melanggar ajaran dan ketentuan agama islam.

Sikap toleransi tentu sangat dianjurkan bagi umat yang beragama, apabila umat beragama tidak memiliki sikap tersebut, maka akan timbul diskriminasi kaum mayoritas terhadap kaum minoritas.

Kaum yang dianggap kecil akan ditindas baik secara fisik maupun non-fisik.

Agar tercipta harmonisasi yang baik, toleransi yang harus kita lakukan, di antaranya:

  • Saling menghargai
  • Saling menolong
  • Menghormati orang lain pada saat melakukan ibadah
  • Menghormati acara umat lain
  • Tidak mengganggunya, tidak membuat kegaduhan dan berisik.
  • Bisa menerima pendapat orang lain
  • Menjaga Sopan Santun/etika
  • Berteman dengan semua penganut agama (tidak memilih-milih teman)
Dengan begitu, sikap toleransi antar umat beragama akan terjalin. Sehingga tidak akan terjadi perpecahan dan dapat mempererat hubungan sesama manusia.

Baca juga artikel terkait KULTUM RAMADHAN atau tulisan lainnya dari Dhita Koesno

tirto.id - Kesehatan
Penulis: Dhita Koesno
Editor: Addi M Idhom