Menuju konten utama

Cegah COVID-19 dari Pasien, APD Lengkap Harus Selalu Dipakai Nakes

Demi mencegah COVID-19 dari pasien yang terinfeksi Corona, APD lengkap harus selalu dipakai oleh tenaga kesehatan.

Cegah COVID-19 dari Pasien, APD Lengkap Harus Selalu Dipakai Nakes
Seorang tenaga kesehatan memakai alat pelindung diri sebelum memberikan makanan kepada pasien positif COVID-19 di Rumah Sakit Khusus Ibu dan Anak (RSKIA) Bandung, Jawa Barat, Senin (13/7/2020). (ANTARA FOTO/Raisan Al Farisi/wsj)

tirto.id - Demi mencegah terinfeksi virus Covid-19 dari pasien, tenaga kesehatan (nakes) yang menangani pasien Corona suka tidak suka harus selalu memakai Alat Pelindung Diri (APD) lengkap dan mematuhi aturan protokol kesehatan.

Selain itu, manajemen fasilitas, personel, dan tata cara komunikasi di lingkungan rumah sakit juga dibutuhkan oleh para nakes guna memutus mata rantai penyebaran virus.

“Gunakan masker N95. Periksa kerapatannya dan kacamata benar-benar menutup semua dua bola mata sehingga tidak ada bersin atau batuk cairan yang masuk ke rongga mata yang terinfeksi,” ujar Kepala Rumah Sakit Bhayangkara Tingkat 2 Semarang Kombes Pol. Dr. dr. Sumy Hastry Purwanti seperti dikutip dari laman resmi Satgas COVID-19.

Ia mengatakan, sarung tangan sekali pakai, jubah lengan panjang bersih, dan masker medis harus selalu tersedia untuk para nakes.

Mantan Kepala Instalasi Forensik RS Polri Soekamto Jakarta ini juga menegaskan saat virus ini pertama kali menyebar di Wuhan, Cina, pihaknya telah menyiapkan seluruh alat prasarana dan tenaga medis yang bertugas menangani virus tersebut.

“Sampai pakai sepatu atau apron untuk petugas pemeriksaan jenazah pun dilatih. Alhamdulilah teman-teman di RS Soekamto yang mengurus pasien Covid sehat-sehat,” jelasnya.

Para petugas nakes, lanjutnya, juga telah menjalani pelatihan cara mencuci tangan, memakai masker, menggunakan pelindung mata, serta pelindung wajah.

Sementara itu, Menurut dr. Hastry, penanganan pasien Covid-19 di Unit Gawat Darurat (UGD) berbeda antara pasien positif ringan dan sedang serta Orang Tanpa Gejala (OTG).

Para pasien tersebut harus dipisahkan, kemudian setelahnya, kegiatan yang mereka lakukan harus dipantau, apakah pasien mengalami perubahan gejala atau tidak.

“Di rumah sakit itu termonitor dari aktivitas dan kegiatan dia. Minum vitamin, tidur cukup, dan olahraga. Kalau ada comorbid tidak tertangani dengan baik segera kami rujuk ke rumah sakit yang fasilitas kesehatannya lebih lengkap,” ungkap dr. Hastry.

Triandi Mirsal, Perawat RS Pusat Pertamina Jakarta mengaku, awalnya ia sempat merasa cemas dan takut karena khawatir tertular Covid-19.

Namun dukungan dari keluarga, masyarakat, dan rumah sakit tempatnya bertugas membuat ia yakin bisa bertugas dengan aman nyaman saat menangani pasien yang terinfeksi Covid-19.

“Kami gunakan APD lengkap dan menjaga protokol kesehatan supaya terhindar dari virus corona,” kata Triandi.

Triandi lalu bercerita bahwa ia menjalankan tugas dan pekerjaannya di IGD RS Pertamina yang berdampingan dengan ruang ICU yang mengurusi bukan hanya orang tanpa gejala (OTG) tapi pasien kritis.

Saat itu, tuturnya, ada satu pasien yang terserang Covid-19 mengalami sesak napas berat, lalu petugas medis segera menanganinya dengan alat bantu kesehatan. Akhirnya pasien ini sembuh dan bisa berkumpul dengan keluarga.

“Covid-19 bukan hanya penyakit fisik tapi juga masalah psikologis,” tutup Triandi.

Pemerintah melalui Satgas COVID-19 mengkampanyekan #ingatpesanibu melalui langkah 3M, yakni memakai masker, menjaga jarak, dan mencuci tangan dengan sabun.

---------

Artikel ini diterbitkan atas kerja sama Tirto.id dengan Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB).

Baca juga artikel terkait KAMPANYE COVID-19 atau tulisan lainnya dari Dhita Koesno

tirto.id - Kesehatan
Penulis: Dhita Koesno
Editor: Agung DH