Menuju konten utama

CDC Sebut Penularan COVID RI Rendah, Warga Diminta Tetap Waspada

CDC AS menyebut penularan COVID-19 di Indonesia rendah, pemerintah tetap mengingatkan ancaman gelombang ke-3.

CDC Sebut Penularan COVID RI Rendah, Warga Diminta Tetap Waspada
Warga dengan menggunakan mobil antre untuk vaksinasi COVID-19 di salah satu pusat layanan vaksinasi 'drive thru' di Kemayoran, Jakarta, Jumat (29/10/2021). ANTARA FOTO/Aditya Pradana Putra/rwa.

tirto.id - Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit Amerika Serikat atau Centers for Disease Control and Prevention (CDC) menetapkan Indonesia sebagai negara dengan tingkat penularan COVID-19 rendah atau Level 1, pada Senin, (25/10/2021).

"Penetapan ini merupakan motivasi yang memberikan semangat baru bagi Indonesia agar lekas bebas dari pandemi COVID-19," ujar Menteri Komunikasi dan Informatika Johnny G. Plate, Rabu (3/11/2021).

Menkominfo tetap mengingatkan, masyarakat tidak boleh terlena dengan penetapan status tersebut.

Menurutnya, masyarakat harus tetap waspada karena ancaman gelombang ketiga dan varian baru virus corona masih terus mengintai.

"Masyarakat, baik yang berada di Indonesia maupun yang hendak masuk ke Indonesia, wajib tetap disiplin protokol kesehatan dan mematuhi setiap kebijakan Pemerintah. Tidak ada toleransi bagi pihak yang melanggar ketentuan," katanya.

Senada, Epidemiolog Kamaluddin Latief mengatakan bahwa status tersebut menjadi kabar gembira karena akan berpengaruh terhadap banyak hal, termasuk kesempatan travelling atau berlangsungnya aktivitas skala internasional.

Namun, dia mengingatkan bahwa hal ini tidak boleh membuat masyarakat lengah. Kewaspadaan, kedisiplinan, dan harus terus dipertahankan agar tren positif dapat terus terjaga.

"Yang harus diingat juga bahwa, jumlah kasus yang positif, indicator positivity rate, jumlah yang severity levelnya berat dan jumlah kematian akibat COVID, sifatnya sangat dinamis," tegasnya.

Menurutnya, tren ini bisa turun dan kembali naik, bergantung kepada kedisiplinan, cakupan vaksinasi, dan mutasi virus.

Untuk itu, kampanye vaksinasi di masyarakat terutama wilayah perifer harus terus digaungkan.

Dalam kondisi endemi, lanjutnya, COVID-19 mungkin akan hilang di beberapa negara, tetapi berisiko muncul kembali.

Terlebih, apabila negara tersebut memiliki cakupan vaksinasi yang rendah, pelayanan kesehatan yang kurang, dan literasi kesehatan masyarakat yang rendah.

Kamal menekankan, hal yang paling penting dilakukan sekarang adalah membangun literasi kesehatan sebaik mungkin.

Masyarakat harus terbiasa dengan budaya baru yang sebetulnya sudah tertanam lama di banyak negara maju.

Dia menilai pandemi COVID-19 harus momentum bagi masyarakat Indonesia untuk mengubah perilaku kesehatan.

Kebiasaan mulai dari mencuci tangan, membuang sampah, hingga menggunakan masker dan berbagai hal produktif lainnya dalam memutus transmisi penularan penyakit, harus menjadi budaya yang melekat di masyarakat Indonesia ke depannya.

"Pencegahan penyakit tidak bisa dilakukan sendiri oleh pemerintah, bagian besar juga ada di sisi masyarakat. Promosi dan pencegahan Kesehatan harus menjadi awareness bagi masyarakat. Menjadi program permanen dan rutin, dengan kolaborasi masyarakat-pemerintah khususnya institusi Kesehatan," ujar Kamal.

(JEDA)

Penulis: Tim Media Servis