Menuju konten utama

Cara Menjaga Tubuh Tetap Waras, Jauh dari Stres & Depresi

Cara jaga kewarasan dan kesehatan mental sehingga kita bisa jauh dari stres dan depresi.

Cara Menjaga Tubuh Tetap Waras, Jauh dari Stres & Depresi
Ilustrasi remaja depresi [Foto/Shutterstock]

tirto.id - Kesehatan mental yang terganggu akan mempengaruhi rutinitas dan hubungan sosial, bahkan dalam jangka panjang melemahkan metabolisme tubuh.

WHO memprediksi pada 2030, kecemasan, depresi, stres, dan beragam penyakit mental akan menjangkiti banyak orang, melebihi penyakit-penyakit menular yang kita kenal sekarang.

Berikut adalah beberapa cara untuk menjaga kewarasan dan kesehatan mental sehingga kita bisa jauh dari stres dan depresi.

Keluarlah ke Alam Terbuka

Huffington Post menulis bahwa menghabiskan waktu di alam terbuka dapat membuat relaksasi pikiran dan mencegah stres. Baik itu yang dilakukan dengan mendaki gunung, menyiangi taman dari rumput liar, atau sekadar duduk di taman dan menikmati keteduhan pohon rindang.

Perasaan takjub pada keindahan alam bahkan dapat mencegah penyakit fisik, depresi, menurunkan risiko terkena alzheimer, dan memperkuat metabolisme tubuh.

Jaga Relasi dan Hubungan Sosial

Seiring bertambahnya usia, ada kecenderungan untuk menarik diri dari orang lain. Beban kerja yang menumpuk, teman-teman yang mulai sibuk dengan keluarga masing-masing, hingga masa pensiun yang banyak menjadikan orang-orang kesepian.

Dengan menjaga silaturahmi dan aktif di suatu komunitas, kita akan mengaktualisasi diri sebagai makhluk sosial.

Berkomunikasi dengan orang lain juga mencegah kita dari kesepian. Seseorang yang kesepian cenderung terganggu kesehatan mentalnya.

Batasi Diri

Kita tidak bisa menyetujui segala hal yang orang lain minta. Putuskan hal yang paling penting, lalu komunikasikan kepada orang lain, rekan kerja, atau atasan kita mengenai tanggung jawab yang akan kita pikul.

Psychology Today menulis bahwa kita tidak bisa menjaga kesehatan mental kita jika selalu mengiyakan ajakan dan permintaan orang lain.

Miliki Rasa Humor yang Baik

Sebagaimana dikutip dari Huffington Post, tertawa pada hal-hal lucu adalah terapi bagus mencegah depresi. Humor juga memperkuat daya tahan mental kita. Ketika kita memandang hidup terlalu serius, kita jadi sinis, letih, dan membosankan.

Salah satu cara menumbuhkan rasa humor adalah dengan menonton film komedi, berkomunikasi dengan orang-orang humoris, dan menyaksikan pertunjukan komedi tunggal (stand up comedy).

Mulailah Peduli dengan Diri Sendiri

Kata pepatah, mencegah lebih baik daripada mengobati. Dengan peduli pada diri sendiri, misalnya dengan tidur cukup, berolahraga rutin, dan menerapkan pola hidup sehat akan menguatkan kesehatan mental kita.

Kecemasan dan depresi seringkali berhubungan erat dengan gaya hidup tak teratur. Studi pada 2013 yang diterbitkan di Journal of Preventive Medicine and Public Health menyatakan bahwa seseorang rentan sakit mental karena kesehatan fisiknya buruk dan jarang berolahraga.

Jangan Terlalu Perfeksionis

Bekerja sebaik mungkin dan selalu tampak sempurna adalah hal baik. Namun, jika jadi tujuan utama, hal tersebut berpotensi mengarah ke perfeksionisme yang malah merugikan kesehatan mental kita.

Laman BBC menulis bahwa perfeksionisme berbahaya bagi mental seseorang. Salah satu bentuk perfeksionisme adalah khawatir terhadap persepsi orang lain dan menyalahkan diri sendiri atas kesalahan yang dibuat.

Orang perfeksionis rentan mengalami depresi, kecemasan, bahkan di tingkat lebih parah menjadikan seseorang berpikir untuk bunuh diri.

Terapkan Cara Hidup Mindfulness

Setiap hari pikiran kita selalu sibuk dengan seabrek kegiatan yang tak ada habis-habisnya. Mengistirahatkan pikiran sejenak dan menerapkan kegiatan mindfulness membantu kita tenang dan rehat sejenak.

Dilansir dari Huffington Post, kegiatan mindfulness dapat menurukan kecemasan dan stres. Cara melakukannya cukup dengan meluangkan waktu 15 menit untuk menarik nafas dalam-dalam serta fokus pada reaksi tubuh.

Kita bisa merasakan sensasi, serta area badan yang lelah dan tidak nyaman. Mulai dengan fokus pada bagian tubuh, dari jari-jari kaki hingga sampai ke ujung kepala.

Hindari Konsumerisme

Di tengah lingkaran media sosial di mana setiap orang berlomba-lomba tampil bahagia, kesehatan mental kita dipertaruhkan. Seolah-olah tampil bahagia harus memiliki rumah bagus, pakaian branded, kendaraan mewah, sering jalan-jalan ke luar negeri, hingga makan di restoran mahal.

Jika kita buka media sosial, ribuan foto tentang hal-hal di atas dapat dijumpai di feed kita. Media sosial seakan menampilkan bahwa untuk bahagia kita harus membeli sesuatu dan hidup di budaya konsumerisme.

American Psychological Association menulis bahwa penganut paham konsumerisme adalah orang-orang yang resah atau insecure dengan hidup mereka. Orang-orang yang memamerkan kehidupan mereka di media sosial sebenarnya mengharapkan pengakuan orang lain, baik itu lewat like hingga seberapa banyak komentar yang mereka peroleh dari sana.

Cobalah Terapi ke Psikolog

Jangan khawatir untuk mendatangi psikolog jika merasa butuh bantuan. Selama ini, stigma yang lekat seakan-akan hanya orang tidak waras atau gila yang memerlukan terapi psikolog.

Beberapa waktu terakhir, sejak beberapa selebriti terbuka mengenai pengalaman mendatangi psikolog untuk mengkonsultasikan masalah mereka, perlahan-lahan stigma ini terangkat.

Baca juga artikel terkait KESEHATAN MENTAL atau tulisan lainnya dari Abdul Hadi

tirto.id - Kesehatan
Kontributor: Abdul Hadi
Penulis: Abdul Hadi
Editor: Yulaika Ramadhani