Menuju konten utama

Cara Menghadapi Duka

Duka akibat kehilangan tidak pernah mudah. Ia seperti bayangan yang akan selalu mengikuti kita pergi. Hanya sedikit orang yang bisa keluar dari bayang-bayang duka ini. Kebanyakan tenggelam dalam kedukaan yang berlarut-larut tanpa pernah bangkit karena tidak mendapat pertolongan.

Cara Menghadapi Duka
ilustrasi berita kematian.foto/shutterstock

tirto.id - Sheryl Kara Sandberg membuka pidatonya di hadapan para wisudawan Universitas Berkeley dengan membahas kematian. Ia menceritakan bagaimana kematian suami membuat hidupnya berubah. Ini adalah pertama kali Sheryl bicara tentang kematiannya secara umum di muka publik. Sebelumnya pada Juni 2015 ia menuliskan sebuah soliluqi panjang tentang kematian di akun Facebook pribadinya.

Tanggal 13 Juni menjadi penanda waktu berkabung, atau sheloshim, usai. Waktu 30 hari sebelumnya ia menjalani waktu berkabung sebagai ibadah. Tujuh hari saat suaminya meninggal Sheryl menjalankan Shiva, momen untuk berduka secara intens. “Saya kira ketika tragedi terjadi, ia memberikan pilihan. Kamu bisa menyerah pada kehampaan, kekosongan yang mengisi hatimu, paru-parumu, sesuatu yang mengganggu kemampuanmu untuk bernapas,” katanya.

Sheryl memang sangat kehilangan Dave Goldberg suaminya. Dalam banyak kesempatan ia mengatakan Dave adalah sosok yang selalu memberinya inspirasi dan dorongan untuk terus maju. Untuk terus berusaha mencapai yang terbaik. “Adalah sebuah ironi yang hebat dalam hidup saya, ketika kehilangan suami membuat saya menemukan rasa bersyukur mendalam, rasa bersyukur karena kebaikan teman-teman saya, cinta dari keluarga saya, dan tawa dari anak-anak saya,” kata Sandberg.

COO Facebook itu berduka, tapi tidak lama. Setahun kemudian, Sandberg terlihat menggandeng CEO Activision Blizzar, Bobby Kotic dalam acara penghargaan Oscar. Wajar cantik Sheryl Sandberg kembali bersinar. Ia kembali menemukan cintanya. Duka pun tertutupi oleh wajah penuh cinta.

Sheryl cukup beruntung. Ia dikelilingi oleh banyak cinta sehingga bisa melepas duka akibat kematian. Tidak banyak orang yang bisa melakukannya. Kebanyakan tenggelam dalam kesedihan berkepanjangan, tanpa pernah tahu bagaimana jalan keluar dari kesedihan.

Bagaimana sebenarnya cara menghadapi duka karena kehilangan? Filsuf kenes Roland Barthes itu pernah menuliskan risalah panjang tentang duka usai kematian ibunya. “Seperti cinta, berkabung mempengaruhi dunia,” katanya. Duka akibat kematian membuat manusia mencandu penderitaan. “Aku menolak dunia, Aku menderita dari apa yang aku inginkan,” lanjut Barthes. Kematian meningkatkan rasa duka dan penderitaan membuatnya menjadi depresi.

Freud menyebut bahwa ide akan duka adalah keterikatan personal akan sesuatu. Berkabung adalah usaha untuk melepas yang terkasih. Menurut Freud berduka atau berkabung adalah kondisi melankolia yang bila tak ditangani secara benar, melankoli itu akan meningkat. Kondisi duka yang terus menerus akan membikin seseorang menjadi kehilangan selera dan nafsu terhadap apapun. Proses berduka dan berkabung ini, menurut Freud adalah usaha untuk membangun kembali jati diri yang berantakan akibat kehilangan dari kematian.

Edward Diener, psikologis, penulis, profesor psikologi dari Amerika menyebutkan bahwa rata-rata orang membutuhkan lima sampai delapan tahun untuk mengakhiri duka. Data ini ia peroleh berdasarkan riset selama 25 tahun yang meneliti rahasia bagaimana orang bisa bahagia. Menurut Diener, seseorang mengalami dua momen paling penting dalam hidupnya yang bisa mengakibatkan perubahan dramatis. Kematian pasangan dan kehilangan pekerjaan.

National Health Service (NHS), lembaga kesehatan yang didanai oleh pajak oleh Pemerintah Inggris, merilis tahapan duka dan bagaimana menghadapinya. Dalam riset NHS disebutkan kehilangan akibat kematian mengakibatkan dampak yang berbeda pada tiap orang. Tidak ada respons yang salah dan tepat ketika seseorang yang berduka. Namun, ketika berduka membuat seseorang tak lagi mampu bekerja dengan baik dan kehilangan fungsi sosialnya, orang itu perlu bantuan untuk bisa berfungsi normal kembali.

Menurut NHS, beberapa pakar telah menyepakati beberapa tahapan untuk menghadapi duka dan kehilangan. Tahap pertama adalah menerima bahwa kehilangan dan kematian itu nyata, ia bukan sesuatu yang aneh atau mustahil terjadi. Dengan menerima kehilangan seseorang akan mampu mengatur kesadarannya sendiri. Tahap kedua adalah mengalami rasa sakit dari duka saat berkabung. Rasa sakit akibat kehilangan adalah hal yang wajar, ia tidak perlu dilawan atau disembunyikan. Seseorang yang menerima kondisi ini akan lebih cepat pulih dari duka.

Tahap paling susah dari menghadapi duka adalah mempersiapkan kehidupan tanpa orang yang telah meninggal tadi. Dalam banyak kasus duka yang mendalam lahir karena ketergantungan seseorang pada yang lain. Ketergantungan ini membuat rasa kehilangan menjadi lebih besar, tak jarang membuat kondisi kejiwaan yang ditinggalkan menjadi goyah dan terganggu. Namun kadang, seperti juga merelakan mantan yang telah bahagia, merelakan seseorang yang telah meninggal adalah hal paling masuk akal untuk memulai hidup yang lebih baik.

Saat kehilangan kita kerap mendapatkan nasihat untuk tidak terlalu bersedih. Namun, nasihat itu terasa klise karena memang hanya dia yang kita ingat. Lantas apa yang harus dilakukan? Kehilangan mengajarkan seseorang untuk menghargai, seringkali terlalu terlambat. Beberapa pakar menganjurkan tahap terakhir dalam menghadapi duka adalah dengan memulai sesuatu yang baru. Hubungan baru, hobi baru, pekerjaan baru, dan tempat tinggal baru. Cara ini tidak selalu berhasil, tapi ia memberikan kesempatan bagi yang kehilangan untuk mencoba berdiri dengan kakinya sendiri.

Mereka yang kehilangan dianjurkan untuk menangis hebat. Beri waktu bagi mereka untuk merasakan pedih merongrong di dalam dada itu. Beberapa ahli mengatakan ketika berduka seseorang akan mengalami rasa lelah tanpa alasan, nafsu makan dan seks yang berkurang, kesulitan untuk tidur, dan kerap kali melamun. Fase ini adalah wajar dan ia adalah mekanisme normal yang kerap terjadi pada siapa saja yang kehilangan.

Beberapa negara maju seperti Amerika Serikat dan Inggris menawarkan jasa resmi pemerintah untuk melalui duka. Melalui pekerja sosial duka dapat dihadapi bersama, melalui terapi dan kelompok konseling. Barangkali kelak, kita bisa meniru ini, pemerintah menyediakan jasa untuk membantu mereka yang kehilangan untuk bangkit kembali. Entah kehilangan karena kematian atau karena putus pacaran.

Baca juga artikel terkait KESEHATAN atau tulisan lainnya dari Arman Dhani

tirto.id - Kesehatan
Reporter: Arman Dhani
Penulis: Arman Dhani
Editor: Nurul Qomariyah Pramisti