Menuju konten utama

Cara Mengatasi Kenakalan Remaja: Pola Asuh hingga Kearifan Lokal

Lingkungan keluarga dan sosial sangat memengaruhi perilaku anak, khususnya ketika mereka tumbuh dewasa.

Cara Mengatasi Kenakalan Remaja: Pola Asuh hingga Kearifan Lokal
Ilustrasi perundungan remaja. Getty Images/iStockphoto

tirto.id - Usia remaja adalah usia saat manusia mengalami transisi dari anak-anak ke dewasa. Meskipun, sebagian remaja secara fisik memiliki kesamaan dengan orang dewasa, mereka belum tentu berpikir seperti orang dewasa.

Secure Teen mengklaim, karena pola pikir pada usia ini belum dewasa, maka remaja rawan melakukan kesalahan atau melakukan kejahatan yang tidak sepenuhnya bisa mereka kendalikan.

Dalam studi yang diterbitkan oleh Kementerian Sosial (Kemensos) pada 2015 oleh Nunung Unayah dan Muslim Sabarisman, masa remaja erat kaitannya dengan pemberontakan.

Kenakalan remaja, sering kali menjadi istilah untuk menggambarkannya. Studi ini mengklaim bahwa ada banyak kasus saat remaja kerap melakukan sejumlah penyimpangan, meliputi pencurian, tindak kekerasan seperti tawuran, narkoba, hingga hubungan bebas.

Sebagai contoh, seperti yang tercatat dalam studi yang dipublikasikan pada 2020 silam. Rima Khuriatul Rakhmatiah, penulis studi tersebut menyebutkan bahwa sepanjang tahun 2019, Kantor Balai Pemasyarakatan Kelas 1 Bandung mencatat 326 kasus tindak pidana yang dilakukan oleh klien anak. Tiga jenis tindak pidana dengan kasus terbanyak antara lain pencurian, pengeroyokan, dan persetubuhan.

Sementara tindak pidana lainnya meliputi, kekerasan, penggunaan senjata tajam, penganiayaan, pengrusakan terhadap ketertiban, laka lantas, hingga pelanggaran terhadap UU ITE. Kondisi ini tentu tidak hanya menjadi masalah bagi para remaja itu sendiri, tetapi juga orang tua, keluarga, sekolah, dan lingkungan masyarakat.

Apa penyebab kenakalan remaja?

Ada banyak faktor yang menyebabkan kenakalan remaja. Dalam jurnal yang dipublikasikan oleh US Departement of Justice, kenakalan remaja dipengaruhi oleh dua faktor yakni faktor internal atau dari dalam individu tersebut dan faktor eksternal atau dari luar individu.

Menurut Michael Shader, penulis jurnal tersebut, faktor internal yang meningkatkan risiko kenakalan remaja antara lain perasaan gelisah, kesulitan berkonsentrasi, sikap mengambil risiko, agresivitas, sikap antisosial, masalah perilaku, IQ rendah, hingga konsumsi zat tertentu. Dalam hal ini Unayah dan Sabarisman menambahkan faktor hormonal yang menyebabkan perilaku remaja cenderung fluktuatif dan sulit ditebak.

Sementara, faktor eksternal lebih kompleks meliputi:

  • Pengaruh keluarga, meliputi keadaan ekonomi yang rendah, adanya tindak kekerasan, perceraian, pengabaian, tidak menerapkan disiplin, orang tua anti sosial, konflik dalam keluarga, dan sebagainya.
  • Pengaruh lingkungan sekolah, sebab individu memiliki kecenderungan untuk punya sikap yang buruk hingga adanya kegagalan akademik karena pengaruh teman-temannya.
  • Pengaruh Peer group, meliputi hubungan sosial yang lemah, teman yang juga bersikap nakal, dan keanggotaan genk.
  • Pengaruh komunitas tempat individu tinggal di lingkungan dengan angka kriminalitas tinggi dan adanya disorganisasi lingkungan.

Upaya-upaya mengatasi kenakalan remaja

Faktanya, lingkungan keluarga dan sosial sangat memengaruhi perilaku anak, khususnya ketika mereka tumbuh dewasa. Shader menyebutkan bahwa anak-anak yang tumbuh dalam lingkungan keluarga yang hangat, suportif, dengan orang tua yang senantiasa memberikan perhatian menjadi kunci untuk mengatasi kenakalan remaja.

Selain itu, ada beberapa faktor lain yang juga dapat menjadi rujukan untuk mencegah kenakalan remaja secara umum, yakni:

  • pengakuan bahwa individu terlibat dalam kegiatan konvensional
  • mendorong individu untuk memiliki komitmen bersekolah
  • memiliki teman-teman sebaya yang berperilaku wajar
  • mengajarkan orientasi sosial yang positif
  • menerapkan sanksi dan tindakan disipliner.
Mengajarkan nilai-nilai etika pada anak-anak juga tak kalah penting. Beberapa pihak menyebutnya sebagai tindakan pembentukan karakter. Namun, karakter seperti apa yang ingin dibentuk? Ada sejumlah norma dan etika yang berlaku di Indonesia, dan sebagian terproyeksi dalam kearifan lokal.

Rakmatiah menyebutkan bahwa dari banyak kearifan lokal yang ada di Indonesia, beberapa mengajarkan tindakan-tindakan baik seperti kejujuran, kecerdasan, keteguhan prinsip, kebenaran, ketulusan, hingga berbuat baik dengan sesama. Sementara ada pula kearifan lokal yang menegaskan larangan seperti berkata kotor atau berbuat asusila.

Nilai-nilai kearifan semacam ini, menurut Rakmatiah, diklaim menjadi salah satu upaya yang dapat dilakukan masyarakat untuk membentuk karakter anak untuk menjauhkannya dari tindakan menyimpang.

Menurutnya, jika nilai-nilai kearifan lokal tersebut dapat diamalkan (bukan hanya sekedar jargon) diharapkan mampu mengatasi sejumlah masalah yang berkaitan dengan kenakalan remaja. "Nilai nilai budaya ini diharapkan dapat membentuk suatu pribadi yang baik," catatnya dalam studi tersebut.

Baca juga artikel terkait KENAKALAN REMAJA atau tulisan lainnya dari Yonada Nancy

tirto.id - Sosial budaya
Kontributor: Yonada Nancy
Penulis: Yonada Nancy
Editor: Nur Hidayah Perwitasari