Menuju konten utama

Cara Menanam Cabe di Lahan Kering: Budidaya Cabai Rawit

Tata cara menanam cabe di lahan kering, yakni untuk budidaya cabai rawit, adalah sebagai berikut.

Cara Menanam Cabe di Lahan Kering: Budidaya Cabai Rawit
(Ilustrasi) Petani memanen cabai rawit di area persawahan Desa Paron, Kediri, Jawa Timur, Kamis (5/1/2017). ANTARA FOTO/Prasetia Fauzani.

tirto.id - Cara menanam cabe di lahan kering, khususnya budidaya cabai rawit, sebenarnya tidak terlalu sulit dilakukan. Cabai rawit (capsicum frutescens) termasuk tanaman berumur panjang yang bisa hidup 2-3 tahun, asal pemeliharaan dan perawatan dijaga dengan baik.

Cara budidaya cabai rawit secara umum dimulai dari tahap penyiapan tanah sebagai media tanam yang akan digunakan, dan dilanjutkan dengan pemilihan bibit, penanaman, serta pemeliharaan. Di tahap pemeliharaan cabai rawit, aktivitas utama yang dilakukan meliputi penyiraman, penyiangan, pemupukan, hingga pengendalian hama.

Kunci keberhasilan budidaya cabai rawit, selain pemeliharaan tanaman secara baik, juga terletak di pemilihan lahan tanam yang tepat. Cabai rawit lebih cocok ditanam di ketinggian 0-500 mdpl, yang kondisi tanahnya gembur dengan pH 6-7 serta kaya bahan organik. Namun demikian, penanaman cabai rawit mungkin juga dilakukan di lahan kering.

Tanaman cabai rawit tetap dapat tumbuh subur di lahan kering dengan syarat tanah harus dibajak dan dicangkul terlebih dahulu dengan kedalaman 30-40 cm. Setelah itu, bongkahan tanah terlebih dahulu dihaluskan sebelum digunakan sebagai media tanam.

Pembersihan tanah dari sisa tanaman lain pun perlu dilakukan jika lahan sebelumnya dipakai untuk menanam komoditas selain cabai rawit. Langkah ini berguna untuk meminimalisir hama penyakit.

Cara Menanam Cabai Rawit di Lahan Kering

Ada sejumlah kelebihan dan kekurangan menanam cabai rawit di lahan kering. Kelebihan pertama, budidaya cabai rawit bisa dilakukan di lahan kosong yang sebelumnya terbengkalai. Selama ini, di kawasan perkotaan maupun perkampungan, banyak lahan kering yang jarang dimanfaatkan. Maka itu, penanaman cabai rawit dapat memberikan nilai lebih untuk lahan-lahan kosong, sekaligus jadi sumber ekonomi baru.

Kelebihan lainnya dari menanam cabai rawit di lahan kering adalah meminimalisir jumlah air yang digunakan. Cabai rawit merupakan tanaman yang sensitif dengan air. Jika terlalu banyak air, cabai rawit bisa menurun produktivitasnya.

Sementara itu, kekurangan budidaya cabai rawit di lahan kering terkait dengan pemeliharaannya. Jika pemeliharaan tanaman tidak dikelola dengan baik, hasil budidaya cabai rawit bakal jauh dari maksimal. Sebab, pemeliharaan yang asal-asalan membuat cabai rawit kekurangan nutrisi, serta rentan terserang hama penyakit.

Berikut ini ringkasan tata cara menanam cabai rawit di lahan kering seperti dikutip dari publikasi Kementerian Pertanian RI dan sejumlah sumber lain.

1. Persiapan Media Tanam Cabai Rawit

Persiapkan media tanam cabai rawit dengan memilih tanah gembur dan memiliki pH (6-7). Bulan Maret hingga April merupakan waktu yang tepat untuk menanam cabai rawit. Biasanya pada bulan tersebut adalah akhir dari musim hujan dan cocok untuk penanaman cabai di lahan kering.

2. Pemilihan Benih Cabai Rawit

Salah satu hal terpenting dalam menanam cabai rawit adalah pemilihan benih. Cara mudah untuk mendapatkan benih cabai yang baik adalah dengan membeli di toko pertanian. Pembenihan secara mandiri juga bisa menjadi alternatif.

Pastikan pemilihan benih sesuai dengan kondisi lahan. Penyemaian benih cabai rawit dilakukan 1-2 bulan sebelum tanam. Saat tinggi tanaman sudah mencapai 15-20 cm atau berumur 1 bulan sudah dapat dipindahkan ke media tanam cabai rawit.

3. Penanaman Cabai Rawit

Lakukan pembuatan bedeng dengan tinggi 30-40 cm serta lebar 100-110 cm. Sesuaikan ukuran panjang bedeng dengan kondisi lahan. Lalu, beri jarak kurang lebih 60 cm dan lubangi di tiap titik bedeng.

Pelubangan bedeng sebaiknya dilakukan zig-zag supaya dapat memaksimalkan sinar matahari dan sirkulasi udara bagi tanaman cabai rawit. Jangan lupa taburkan pupuk kompos pada lubang tanam dan siram sebelum bibit ditanam. Usahakan penanaman bibit cabai rawit dilakukan pada pagi atau sore hari.

4. Perawatan Cabai Rawit

Lakukan perawatan cabai rawit secara rutin, seperti penyiraman, penyiangan, pemupukan, hingga pengendalian hama.

Penyiraman minimal dilakukan sehari sekali pada waktu sore. Untuk penyiangan, lakukan minimal 3 pekan sekali. Namun, bila rumput cepat tumbuh, harus segera dibersihkan.

Kemudian, pemupukan pertama dilakukan saat tanaman cabai rawit berumur 3 minggu. Idealnya, gunakan pupuk urea dengan kadar dosis 10 gram per tanaman.

Selanjutnya, pemupukan yang kedua dilakukan ketika cabai rawit berumur 30-40 hari usai tanam. Kadar dosis pupuk sama seperti pemupukan pertama.

Untuk pengendalian hama segera lakukan penyemprotan tanaman menggunakan pestisida sesuai dengan dosis yang tepat, jika cabai rawit terindikasi diserang hama penyakit.

5. Pemanenan Cabai Rawit

Panen pertama dapat dilakukan ketika umur tanaman cabai rawit mencapai 2,5 – 3 bulan. Adapun panen berikutnya bisa dilakukan secara rutin hingga umur tanaman mencapai 1-2 tahun. Panjang usia cabai rawit yang layak panen akan bergantung pada kualitas perawatan tanaman.

Hasil panen cabai rawit per tanaman bisa berbeda-beda, tergantung kesehatan dari pohon. Namun biasanya bisa didapatkan kisaran 2 ons cabai rawit per tanaman.

6. Link Buku Panduan Budidaya Cabai Rawit

Panduan teknik budidaya cabai rawit selengkapnya bisa dicek melalui link dokumen PDF dari laman Kementan RI berikut ini:

Link Panduan Budidaya Cabai Rawit (PDF).

Baca juga artikel terkait BUDIDAYA TANAMAN atau tulisan lainnya dari Andri Agustiangga

tirto.id - Pendidikan
Kontributor: Andri Agustiangga
Penulis: Andri Agustiangga
Editor: Addi M Idhom