Menuju konten utama

Cara Membedakan Alat Swab Antigen Baru atau Bekas dan Dampaknya

Alat swab antigen bekas sering kali tidak akurat mengecek infeksi Covid-19. Orang yang sebenarnya terkena Covid-19 bisa jadi memperoleh hasil negatif.

Cara Membedakan Alat Swab Antigen Baru atau Bekas dan Dampaknya
Petugas medis penanganan COVID-19 melakukan swab antigen secara acak pada penumpang KRL di stasiun Bekasi, Bekasi Kota, Jawa Barat, Senin (21/6/2021). ANTARA FOTO/Paramayuda/foc.

tirto.id - Beberapa waktu lalu, tersebar kasus penipuan alat swab antigen bekas yang digunakan petugas kesehatan untuk memeriksa infeksi Covid-19. Alat swab antigen bekas ini amat berbahaya karena dapat menularkan virus Covid-19.

Bisa jadi, peserta tes yang awalnya sehat menjadi sakit, serta tertular Covid-19 karena menggunakan alat swab antigen bekas. Berikut ini cara membedakan alat swab antigen baru atau bekas untuk menghindari malpraktik kesehatan di masa pandemi.

Alat swab antigen atau rapid antigen merupakan tes alternatif dari metode polymerase chain reaction (PCR) dalam mendeteksi virus corona Sars-CoV-2. Kendati demikian, swab antigen ini tidak seakurat tes PCR untuk diagnosis Covid-19.

Namun, tes swab antigen dianggap lebih murah, cepat, dan hasilnya pun cukup akurat. Meskipun begitu, Badan Kesehatan Dunia (WHO) tetap memprioritaskan tes swab PCR sebagai standar utama untuk diagnosis pasien Covid-19.

Secara umum, akurasi tes swab antigen ini mencapai 97 persen. Keunggulan lainnya, hasilnya akan keluar hanya dalam waktu 30 menit.

Sehingga, tes swab antigen ini dijadikan sebagai metode screening, diagnosis, dan penelusuran kontak pasien positif Covid-19 dengan cepat. Biasanya, ia dijadikan syarat untuk melakukan perjalanan kereta api, pesawat, dan sebagainya.

Cara Membedakan Alat Swab Antigen Baru dan Bekas

Sebelum memastikan bahwa alat swab antigen itu baru atau bekas, ia harus memenuhi sejumlah indikator kelayakan berdasarkan rekomendasi Kementerian Kesehatan (Kemenkes).

Penggunaan alat swab antigen harus memenuhi beberapa indikator sebagai berikut.

  • Memiliki izin edar dari Kemenkes
  • Memenuhi rekomendasi WHO
  • Mendapat rekomendasi Badan Pengawas Obat dan Makanan Amerika Serikat (FDA)
  • Direkomendasikan Badan Obat-obatan Eropa (EMA)
  • Tes antigen lain dengan spesifitas ≥ 97% dan sensitivitas ≥ 80% sesuai kriteria Badan Penelitian dan Pengembangan Kemenkes
Setelah memenuhi indikator-indikator di atas, alat swab antigen itu harus benar-benar baru atau pertama kali dipakai. Peserta tes yang bermaksud melakukan tes swab harus waspada pada alat swab antigen bekas.

Untuk memastikan alat swab antigen baru dan belum pernah dipakai sebelumnya, perhatikan stik antigen tersebut dengan ciri-ciri sebagai berikut.

  • Warna stik putih bersih dalam keadaan tersegel
  • Kondisi stik antigen mulus
  • Kapas lidi alat swab tidak bergerigi
  • Stik alat tes antigen tak beraroma
Sebelum menjalani tes, peserta tes swab antigen juga berhak untuk meminta petugas untuk memperlihatkan merek alat, tanggal kedaluwarsa, dan izin edar yang terdapat pada kemasan. Apabila petugas menolak atau alat tes kelihatan sudah bekas, peserta bisa meminta alat swab antigen yang baru.

Dampak Menggunakan Alat Swab Antigen Bekas

Setidaknya, terdapat dua dampak penggunaan alat swab antigen bekas untuk memeriksa infeksi Covid-19.

Pertama, alat swab antigen bekas berpotensi menularkan Covid-19 dari orang lain. Kendati alat tes swab sudah dicuci dengan alkohol, virus Covid-19 tetap bisa menempel pada stik tes tersebut.

Kedua, alat swab antigen bekas sering kali tidak akurat mengecek infeksi Covid-19. Orang yang sebenarnya terkena Covid-19 bisa jadi memperoleh hasil negatif.

Akibatnya, ia diperbolehkan bepergian ke mana-mana dan berpotensi menulari banyak orang. Di masa pandemi Covid-19, alat swab antigen ini membawa dampak negatif besar sehingga pandemi menjadi semakin tidak terkendali.

Baca juga artikel terkait SWAB ANTIGEN atau tulisan lainnya dari Abdul Hadi

tirto.id - Kesehatan
Kontributor: Abdul Hadi
Penulis: Abdul Hadi
Editor: Nur Hidayah Perwitasari