Menuju konten utama

Cara Membaca Oximeter dan Berapa Kadar Oksigen Normal Manusia?

Hasil oximeter yang normal angkanya tidak kurang dari 94 persen. Temukan penjelasan cara membaca oximeter di sini.

Cara Membaca Oximeter dan Berapa Kadar Oksigen Normal Manusia?
Ilustrasi OXIMETER. foto/istockphoto

tirto.id - Cara membaca oximeter perlu diketahui bagi Anda yang ingin mengukur kadar oksigen di dalam darah. Berapa hasil oximeter yang normal?

Oximeter adalah sebuah alat yang mampu mendeteksi tingkat oksigen di dalam darah manusia. Angka dan data dalam oximeter memperlihatkan seberapa efisienkah oksigen yang dikirim ke bagian tubuh Anda yang paling jauh dari jantung, seperti lengan dan kaki.

Oximeter berbentuk seperti klip yang ditempatkan pada jari tangan atau daun telinga. Dalam mengecek kadar oksigen, alat ini menggunakan cahaya sebagai pendekteksinya.

Pulse oximeter atau oksimeter digunakan salah satunya untuk mendeteksi dini jika level oksigen pasien COVID-19 turun sehingga tak mengarah pada terjadinya happy hypoxia yang bisa berujung kematian.

Kadar Oksigen Normal Manusia

Tingkat oksigen dalam tubuh yang normal berkisar antara 95 hingga 100 persen. Jika kadar oksigen di dalam tubuh seseorang berada di bawah 90 persen, ia dianggap memiliki kadar oksigen yang rendah dan memerlukan tindakan medis, demikian sebagaimana dikutip dari laman Medical News Today.

Masuknya virus SARS-CoV-2 penyebab COVID-19 ke tubuh melalui sistem pernapasan, menyebabkan cedera langsung pada paru-paru melalui peradangan dan pneumonia dan berdampak negatif pada seberapa baik oksigen ditransfer ke aliran darah.

Kerusakan oksigen dapat terjadi pada berbagai tahap COVID-19, dan tidak hanya pada pasien sakit kritis yang membutuhkan ventilator.

Namun, di sisi lain, ada pasien COVID-19 bisa memiliki tingkat oksigen yang sangat rendah tetapi tampak baik-baik saja dan kondisi inilah yang disebut happy hypoxia.

Ahli pulmonologi, Tim Connolly dalam laman resmi Houston Methodist, pusat medis akademik di Texas Medical Center enekankan, orang tidak boleh menganggap oximeter sebagai tes skrining untuk COVID-19.

"Memiliki tingkat oksigen yang normal tidak berarti Anda bebas dari infeksi. Jika Anda khawatir terpapar (COVID-19), pengujian formal masih diperlukan," kata Connolly, dikutip Antara.

Jika Tidak Ada Oximeter di Rumah

Jika tidak ada oximeter di rumah, pasien COVID-19 yang menjalani isolasi mandiri bisa menghitung napasnya untuk mendeteksi gejala sesak napas.

"Catat suhu dan saturasi oksigen kalau punya oximeter, kalau tidak hitung napas," kata Juru Bicara Vaksinasi COVID-19 Kementerian Kesehatan, Siti Nadia Tarmizi, seperti dikutip Antara.

Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit Amerika Serikat (CDC) melaporkan, sekitar 31-40 persen pasien COVID-19 mengeluhkan sesak napas. Kondisi sesak napas menyebabkan pasien sulit bernapas sehingga membuat mereka terengah-engah.

Dada mungkin terasa terlalu sesak untuk menarik atau menghembuskan napas sepenuhnya. Setiap napas pendek saja membutuhkan usaha yang lebih besar dan membuat pasien dengan keluhan sesak napas merasa terengah-engah. Rasanya seperti bernapas melalui sedotan.

Infografik SC Oksigen

Infografik SC Oksigen. tirto.id/Fuad

Cara Membaca Oximeter

Sementara bila pasien memiliki oximeter, pastikan angka saturasi oksigennya tidak kurang dari 94 persen. Normalnya angka saturasi oksigen untuk menunjukkan organ tubuh seperti paru, jantung, dan sistem peredaran darah bekerja dengan baik berada pada sekitar 95-100 persen.

Oximeter bisa membantu Anda mengetahui berapa banyak oksigen di dalam darah Anda. Alat yang umumnya berukuran kecil dan bisa dikantongi ini memiliki sensor yang menggunakan cahaya untuk mendeteksi oksigen.

Pasien COVID-19 yang melakukan isolasi mandiri baik yang tidak bergejala maupun bergejala bila saturasi oksigennya berada di bawah 94 persen, sebaiknya segera mendapatkan perawatan di fasilitas kesehatan.

Cara Menggunakan Oximeter

Oximeter memiliki dua jenis, yaitu yang ditempatkan pada jari tangan dan telinga.

Untuk oximeter pada jari, pastikan jari yang dimasukkan di antara capit oximeter pas, tidak terlalu kecil dan tidak terlalu besar. Gunakan jari yang ukurannya sesuai dengan space antara capit oximeter.

Jari perlu diposisikan secara tepat agar sinar atau cahaya oximeter dapat bekerja dengan benar. Dengan begitu Oximeter dapat mengukur kadar oksigen secara maksimal.

Jika menggunakan oximeter untuk telinga, pastikan agar penempatannya sesuai dan tepat, yaitu di tengah daun telinga.

Berikut ini beberapa hal yang harus diketahui saat menggunakan oximeter:

1. Hindari cat kuku atau pewarna

Penggunaan cat kuku dapat memengaruhi efektifitas kerja dari oximeter. Warna dari cat kuku dapat menyerap cahaya yang dipancarkan oleh oximeter sehingga mengganggu pendeteksian kadar oksigen dalam darah. Hal tersebut juga berlaku pada penggunaan henna.

2. Hindari cahaya berlebih

Cahaya berlebih dapat mengganggu pengerjaan oximeter sehingga hasilnya akan menjadi tidak akurat.

Contoh dari cahaya yang berlebih adalah sinar matahari secara langsung dan lampu operasi. Selama tidak terpapar cahaya terang secara langsung, oximeter dapat bekerja secara baik.

3. Pergerakan

Setelah oximeter dipasangkan di jari atau telinga, akan lebih baik jika tidak ada banyak pergerakan. Pergerakan pada tubuh yang menyebabkan oximeter ikut bergoyang akan memberikan hasil yang kurang akurat.

Bentuk gelombang dari hasil deteksi akan cenderung tidak menentu dan tidak terdeteksi dengan baik. Oleh karena itu, minimalkan getaran atau gerakan pada tubuh, khususnya jari atau telinga.

4. Perfusi

Perfusi adalah sirkulasi atau aliran darah yang membawa oksigen dari alveoli ke jantung. Beberapa oximeter dapat mendeteksi indikasi aliran darah dalam bentuk angka. Hal tersebut perlu diperhatikan, khususnya pada saat melakukan anestesi atau proses pembiusan.

5. Keracunan karbon monoksida

Dalam beberapa kondisi, oximeter tidak dapat memberikan hasil yang akurat. Salah satunya adalah jika pasiennya mengalami keracunan karbon monoksida yang disebabkan oleh kebakaran atau banyak menghirup asap.

Oleh karena itu, pasien perlu dicek menggunakan alat lain yang lebih canggih.

Baca juga artikel terkait OXIMETER atau tulisan lainnya dari Yulaika Ramadhani

tirto.id - Kesehatan
Penulis: Yulaika Ramadhani
Editor: Agung DH
Penyelaras: Ibnu Azis