Menuju konten utama

Cara Deteksi Parkinson dari Aroma Tubuh

Joy Milne mendeteksi Parkinson pada suaminya melalui aroma tubuh.

Cara Deteksi Parkinson dari Aroma Tubuh
Ilustrasi Aroma Tubuh. FOTO/Istockphoto

tirto.id - Aroma telah lama digunakan sebagai alat deteksi perubahan tubuh makhluk hidup. Namun, seringkali pengobatan modern tidak menggunakan pengetesan aroma untuk mendiagnosa kondisi pasien.

Penelitian terbaru menyebut bahwa aroma tubuh dapat digunakan untuk mendiagnosa atau mendeteksi penyakit Parkinson.

Pada manusia, aroma tubuh diperoleh sebagai tanda usia, diet, jenis kelamin, dan beberapa latar belakang genetik.

Bahan-bahan tertentu yang dimakan juga memengaruhi aroma tubuh yang keluar. Terlebih lagi, aroma tubuh juga dapat menandakan suatu penyakit yang berada dalam tubuh manusia.

Joy Milne, perempuan pertama yang menyadari bahwa aroma tubuh suaminya berubah menjadi lebih musky (bau dedes) yang beberapa tahun kemudian didiagnosa dokter memiliki penyakit parkinson.

Parkinson yaitu penurunan kadar dopamin secara terus menerus pada otak sehingga penderita mengalami depresi, kegelisahan, dan demensia. Ciri fisik lainnya adalah bahwa penderita mengalami tremor, gerakan tubuh lamban, dan kehilangan keseimbangan tubuh.

Scientific American, menyebutkan bahwa gejala klinis seseorang muncul di sebum atau kelenjar minyak seseorang yang mengeluarkan kelembapan tubuh.

Mengidentifikasi aroma tubuh seseorang dapat membantu deteksi dini penyakit parkinson. Para ahli dapat melakukannya, dengan mendefinisikan aroma tubuh seseorang, atau lebih spesifik aroma tubuh penderita parkinson.

Tes awal dilakukan dengan mengidentifikasi aroma yang menempel di pakaian, dan sampel yang diambil dari tengkuk pasien.

Aroma tersebut tidak muncul di ketiak, tapi muncul di dahi atau tengkuk, yang merupakan area dengan produksi sebum tinggi.

Sampel kemudian dibandingkan dengan sampel aroma dari tengkuk 43 pasien parkinson dan 21 orang sehat. Uji coba untuk menemukan perbedaan detail dilakukan dengan teknologi analitis canggih, yaitu desporsi termal kromatografi gas-spektromasi masa. Dengan itu, peneliti mendata aroma orang yang mengidap parkinson terdiri dari 17 komposisi kimia.

Kombinasi lebih spesifik hanya ada 9 atau 4 komposisi kimia. Bau tersebut sangat dekat dengan bau musky, yang menunjukkan bahwa bau tersebut memiliki kontribusi langsung dengan penyakit parkinson.

Joy menyadari aroma ini keluar dari tubuh suaminya dan sempat pula menegur berkali-kali.

"Kami mengalami masa yang sangat kacau, ketika dia berusia sekitar 34 atau 35 [tahun], yang mana saya terus berkata kepadanya, 'kamu belum mandi. kamu belum menyikat gigi dengan benar'," kata Joy dikutip dari BBC.

"Itu aroma baru - saya tidak tahu apa itu. Saya terus berkata kepadanya, dan dia menjadi sangat kesal tentang hal itu. Jadi saya hanya harus diam."

Mantan perawat ini kemudian menyadari kaitan antara aroma tubuh suaminya dengan penyakit parkinson. Dia merasa aroma tubuh pasien parkinson sama dengan aroma yang dicium dari suaminya.

Kemudian, pada suatu konferensi, ia menyampaikan penemuannya tersebut. Beberapa tes kemudian dilakukan oleh Dr Tilo Kunath dari Universitas Edinburgh, dan Kunath mengonfirmasinya.

Selama ini parkinson didiagnosa dengan dua cara, tes laboratorium seperti scan otak atau tes darah dan tes fisik, seperti tremor, tetapi tes fisik seringkali tidak akurat karena tremor sendiri disebabkan oleh banyak hal.

Jadi, tidak heran sejak peradaban Yunani Kuno, praktisi kesehatan menggunakan indera penciuman untuk mendiagnosa pasien. Hipocrates, misalnya menuliskan bahwa aroma tubuh berguna untuk deteksi kesehatan dan aroma urin juga berkaitan dengan penyakit tertentu.

Pada 1776, Dokter Matthw Dobson menguapkan urin pasien diabetes menjadi serbuk putih yang berbau dan terasa seperti gula, seperti dilansir Science History.

Baru-baru ini, dikembangkan metode mencium aroma napas pasien dengan penyakit kanker paru-paru, radang hati atau paru-paru, dan disfungsi hati atau ginjal dan diabetes.

Parkinson merupakan penyakit syaraf otak yang mengganggu kemampuan mental, psikologi, dan motorik tubuh. penyebab pasti Parkinson belum jelas, tetapi beberapa hal seperti faktor genetik, lingkungan, dan pola hidup dapat memicu parkinson, yang biasanya mengidap orang usia kerja.

Karena gejala utama dari parkinson adalah pengurangan signifikan zat dopamin (zat yang menimbulkan perasaan senang dan gembira, berhubungan dengan kepuasan) dalam otak, perawatan mental dan psikologis dapat dilakukan agar penderita dapat menjalani hidup dengan bahagia.

Baca juga artikel terkait PARKINSON atau tulisan lainnya dari Anggit Setiani Dayana

tirto.id - Kesehatan
Kontributor: Anggit Setiani Dayana
Penulis: Anggit Setiani Dayana
Editor: Yantina Debora