Menuju konten utama
Berita COVID-19 Hari Ini

Cara Dapatkan Kembali Indra Perasa & Penciuman Usai Sembuh COVID-19

Cara mendapatkan kembali indra perasa dan indra penciuman usai sembuh dari COVID-19.

Cara Dapatkan Kembali Indra Perasa & Penciuman Usai Sembuh COVID-19
Ilustrasi kehilangan indra penciuman. FOTO/iStockphoto

tirto.id - Kehilangan indra perasa dan indra penciuman menjadi salah satu gejala yang terkait dengan Coronavirus dan sering dialami oleh pasien COVID-19.

Dikutip Times of India, gejala ini menjadi sesuatu yang sulit untuk diatasi dan dapat membuat stres pasien secara psikologis.

Kesaksian pasien merinci, kondisi ini sangat menyebalkan, karena aroma yang paling biasa sekalipun, dapat membuat mereka kehilangan nafsu makan, sehingga akan memperlambat pemulihan.

Secara alami, mendapatkan kembali indra penciuman dan rasa sangat penting, tidak peduli berapa lama waktu yang dibutuhkan.

Meskipun tidak ada obat yang terbukti untuk mengatasi gejala ini, Dr. Al Knable, seorang dokter di New Albany, Indiana, Amerika Serikat yang baru-baru ini menerima dosis pertama vaksin COVID-19 memberikan tips untuk mendapatkan kembali indera perasa dan penciuman setelah sembuh dari COVID-19.

Knable sebagai seseorang yang berhasil sembuh dari virus ini adalah salah satu dari sedikit orang yang mengalami kehilangan rasa dan penciuman dalam jangka panjang saat terinfeksi COVID-19, bahkan setelah gejala-gejalanya mereda.

"Rasa dan bau saya hilang, dan hilang sama sekali selama kira-kira dua setengah hingga tiga minggu. Kemudian pada dasarnya ada beberapa selingan di mana ia kembali sedikit dengan beberapa distorsi dan yang lainnya," katanya seperti dilansir situs Whas 11.

Masih terlalu dini untuk mengetahui apakah efek samping ini terkait langsung dengan virus Corona, tetapi Knable mengatakan bahwa ada cara untuk melatih kembali indra Anda.

Cara Mengembalikan Indra Perasa & Penciuman yang Hilang

Dr Knable mengatakan, Anda bisa membiasakan diri dengan bau tertentu, baik dan buruk seperti yang dilakukannya, termasuk pergi ke lemari bumbu atau lemari es hanya untuk mencium bau sesuatu.

"Anda ingin duduk di sana dan merenungkan bau itu atau memikirkan apakah Anda akan memberi nama pada bau itu," ujarnya.

Menurutnya, proses semacam ini terbukti efektif dengan kasus serupa, jadi dia mendorong siapa pun yang menderita gejala ini untuk mencobanya.

"Semudah kedengarannya, itu terbukti efektif. Dan saya pikir itu membantu saya," katanya.

Dr Knable mengatakan dia juga telah mendengar beberapa bukti dari orang-orang yang melihat peningkatan pada rasa dan penciuman mereka satu atau dua minggu setelah menerima vaksin COVID-19.

Meskipun tidak ada cukup data untuk mengatakan vaksin sepenuhnya memulihkan indra ini, dia mengatakan bahwa kasus ini adalah tanda positif.

Sebuah studi juga menunjukkan bahwa menjalani "pelatihan penciuman" dapat membantu beberapa orang mendapatkan kembali indra penciuman mereka jika hilang atau menjadi terdistorsi setelah suatu penyakit, termasuk COVID-19.

Untuk studi kohort retrospektif, yang diterbitkan dalam jurnal The Laryngoscope, para peneliti menganalisis data pada 153 pasien dengan post-infectious olfactory dysfunction (PIOD), hilangnya penciuman setelah sakit yang mencari perawatan di telinga, hidung, dan tenggorokan.

Para pasien menerima serangkaian alat pelatihan penciuman dengan aroma berbeda, termasuk kayu putih, lemon, mawar, kayu manis, coklat, kopi, lavender, madu, stroberi, dan timi.

Mereka diuji di awal uji coba untuk melihat seberapa baik mereka bisa mencium bau yang berbeda dan kemudian diuji lagi setelah enam bulan pelatihan penciuman.

Seperti diwartakan Very Well Health, para peneliti menemukan perbaikan yang relevan secara klinis dalam fungsi penciuman secara keseluruhan pada orang-orang yang memiliki indra penciuman lebih rendah pada awal percobaan.

Orang dengan parosmia distorsi indra penciuman atau hilangnya intensitas aroma, dan orang tua juga cenderung menunjukkan peningkatan seiring waktu.

Penulis penelitian menyimpulkan bahwa pelatihan penciuman dapat mengarah pada pemulihan yang relevan secara klinis dalam kemampuan seseorang untuk membedakan antara aroma dan mengidentifikasi aroma yang berbeda.

Baca juga artikel terkait STUDI COVID-19 atau tulisan lainnya dari Dhita Koesno

tirto.id - Kesehatan
Penulis: Dhita Koesno
Editor: Agung DH