Menuju konten utama

Cara Budidaya Jamur Kancing dengan Mudah dan 4 Tahapannya

Cara dan 4 tahap budidaya jamur kancing: Pengomposan, sterelisasi, inokulasi, hingga pemanenan.

Cara Budidaya Jamur Kancing dengan Mudah dan 4 Tahapannya
foto/shutterstock

tirto.id - Jamur kancing adalah jenis jamur pangan yang termasuk paling banyak dibudidayakan. Jamur yang memiliki nama latin Agaricus bisporus ini juga dikenal sebagai champignon. Seperti namanya, jamur ini berbentuk bulat mirip kancing. Lantas, bagaimana tahapan dan cara budidaya jamur kancing?

Berwarna putih bersih, krem, atau coklat muda, jamur kancing pada umumnya dijual segar atau dalam bentuk kalengan. Jamur ini biasanya digunakan dalam berbagai masakan western, seperti pizza, kaserol, dan omelet.

Jamur ini diminati oleh masyarakat luas karena mengandung nutrisi yang kompleks, meliputi karbohidrat, protein, serat, dan berbagai macam vitamin serta mineral. Khasiat lain yang dimiliki jamur kancing ini adalah mampu melawan penyakit kanker dan penyakit metabolik dengan senyawa yang dikandungnya.

Di Indonesia, jamur kancing memiliki harga yang cukup tinggi dibandingkan jenis jamur lain, seperti jamur tiram. Oleh karenanya, jamur kancing memiliki potensi sebagai komoditas tersendiri. Jamur ini berpeluang bagus untuk dibudidayakan di Indonesia.

Secara umum, keberhasilan budidaya jamur didorong antara lain oleh kualitas bibit jamur yang baik. Ini dicirikan dengan penyebaran miselium (bagian yang berfungsi sebagai penyerap makanan) merata, tebal, dan berwarna putih.

Cara dan 4 Tahapan Budidaya Jamur Kancing

Pada dasarnya, tahapan budidaya jamur kancing serupa dengan jamur kompos lainnya, misalnya jamur merang. Tahapannya meliputi empat langkah, yaitu pengomposan, sterilisasi, inokulasi (penanaman bibit), dan pemanenan.

1. Pengomposan

Media tanam yang digunakan dalam budidaya jamur kancing perlu dimatangkan atau dilapukkan terlebih dahulu melalui proses pengomposan. Tujuannya adalah supaya nutrisi dalam media tanam tersebut dapat diserap dengan mudah oleh jamur.

Pengomposan juga dapat mematikan mikroba-mikroba patogen atau penyakit, sehingga dapat mengurangi kemungkinan kontaminasi.

Dalam tahap pengomposan, jamur kancing memerlukan kandungan hara yang berguna dalam proses pertumbuhan, meliputi Nitrogen (N), Fosfor (P), dan Kalium (K). Kandungan tersebut antara lain terdapat pada jerami yang mana dapat dijadikan sebagai media utama dalam budidaya jamur kancing.

Namun, dikarenakan unsur Nitrogen pada jerami belum mencukupi kebutuhan jamur untuk tumbuh dengan baik. Oleh karenanya, diperlukan tambahan media lain yang memiliki kandungan Nitrogen yang cukup tinggi, seperti pupuk organik atau pupuk alami dari kotoran kuda atau kotoran unggas.

Selain unsur-unsur tersebut, jamur juga memerlukan nutrisi dan vitamin yang bisa diperoleh dari bekatul atau dedak. Kandungan kapur (CaCo3) juga diperlukan untuk menjaga pH media tanam agar tetap netral, yaitu pada angka 7.

Di samping itu, air kelapa juga dianjurkan untuk ditambahkan karena memiliki kandungan yang lengkap, meliputi mineral, vitamin, gula, maupun asam amino yang baik untuk pertumbuhan jamur.

Berikut merupakan dua formula media tanam yang dapat digunakan dalam budidaya jamur kancing:

a. Formula I

  • 100 kg jerami
  • 5 kg bekatul atau dedak
  • 2 kg kapur
  • 1 kg pupuk ZA (amonium sulfat)
  • 3 kg pupuk urea
  • 3 liter air kelapa
b. Formula II

  • 100 kg jerami
  • 10 kg kotoran kuda atau ayam
  • 5 kg bekatul
  • 1 kg urea
  • 2 kg kapur

Adapun teknik pengomposan dapat dilakukan sebagai berikut:

Jerami dipotong-potong kemudian dicuci dengan air mengalir hingga bersih dan ditiriskan. Semakin kecil potongan, maka semakin baik. Kelembaban jerami perlu dijaga antara 60-70%. Ini ditandai dengan kondisi jerami yang basah, tetapi ketika diangkat, airnya tidak menetes.

Jerami kemudian disusun setinggi 10-15 cm, kemudian diselingi dengan kapur, bekatul, dan kotoran kuda atau ayam di atasnya. Ulangi langkah ini hingga tumpukan jerami mencapai ketinggian ±1,5 meter. Agar pengomposan berjalan baik, tumpukan media jerami sebaiknya ditutup dengan terpal atau plastik.

Berikutnya, lapisan kompos perlu diaduk setiap tiga hari sekali untuk menghasilkan kompos yang merata. Tiga hari pertama, lapisan diaduk atau dibalik sambil ditambahkan urea. Tiga hari kedua atau hari keenam, lapisan dibalik lagi sambil ditambahkan dengan pupuk ZA. Setiap tiga hari selanjutnya, lapisan dibalik tanpa penambahan zat lain.

Pengomposan dilakukan selama 18 hingga 21 hari. Proses pengomposan yang sempurna akan menghasilkan kompos dengan ciri warna yang gelap, tidak berbau, struktur halus atau remah, dan pH netral pada angka 7.

2. Sterilisasi

Setelah tahap pengomposan selesai, lakukan sterilisasi di dalam ruang khusus atau kumbung (bangunan untuk membudidayakan jamur) yang tertutup rapat.

Sterilisasi dilakukan dengan mengalirkan uap air panas selama 8 hingga 10 jam dalam suhu antara 60-70°C. Selanjutnya, suhu dipertahankan pada angka 40-50°C selama 24 hingga 36 jam.

3. Inokulasi

Inokulasi atau penanaman bibit dilakukan setelah sterilisasi selesai dan suhu media telah menyamai suhu ruang, dengan cara menebarkan bibit di bagian atas dan tengah media tanam.

Kumbung atau ruang budidaya jamur harus tertutup rapat dengan suhu yang terjaga antara 20-25°C dan dengan kelembaban antara 80-90%. Sirkulasi udara di dalam kumbung juga harus merata, sehingga diperlukan penggunaan kipas angin atau AC. Dengan begitu, sirkulasi udara akan tetap lancar sekalipun ruang dalam keadaan tertutup rapat.

Dalam waktu kurang lebih 2 minggu, miselium akan tumbuh memenuhi permukaan media tanam. Pada tahap ini, perlu dilakukan pelapisan tanah setebal 2,5 hingga 5 cm di atas kompos yang telah ditumbuhi miselium.

Adapun syarat tanah yang bisa digunakan untuk pelapisan kompos ini adalah:

  • Memiliki pH netral (pH ±7)b. bersih dari hama dan penyakit (disterilisasi dengan menggunakan uap panas dengan suhu 70°C selama ±4 jam).
  • Memiliki pori sehingga dapat menyimpan air.

Selain berguna menopang jamur agar dapat berdiri tegak, pelapisan ini penting untuk:

  • Membentuk mikroklimat/ kondisi ruangan yang lembab sehingga dapat merangsang pertumbuhan tubuh buah.
  • Menahan air dalam kompos sehingga kompos tidak mudah kering.
  • Mencegah terjadinya serangan hama dan penyakit.

Sekitar 14 hingga 20 hari setelah proses pelapisan tanah, perlu dilakukan aerasi (penambahan oksigen) dengan membuka lubang ventilasi, baik dari pintu ataupun jendela.

Suhu ruangan untuk tahap pembentukan tubuh buah perlu ini dijaga antara 16-20°C. Kisaran suhu ini dapat diperoleh dengan bantuan penyiraman atau pendingin AC, atau dengan membuka pintu dan jendela. Cara sederhana yang lain yaitu dengan menyimpan balok-balok es di dalam ruangan.

Perlakuan suhu rendah ini bertujuan untuk memicu perubahan fisiologis dari pertumbuhan miselium ke pembentukan tubuh buah.

4. Pemanenan

Bakal tubuh buah jamur akan mulai tumbuh beberapa hari setelah pengondisian ruangan dengan suhu rendah.

Dalam rentang 10 hingga 15 hari hari setelah munculnya bakal tubuh buah, jamur kancing sudah siap dipanen. Pemanenan dilakukan pada saat jamur dalam stadium kancing, yakni ketika memiliki diameter sekitar 2-4 cm.

Baca juga artikel terkait RAGAM DAN HIBURAN atau tulisan lainnya dari Syaima Sabine Fasawwa

tirto.id - Sosial budaya
Kontributor: Syaima Sabine Fasawwa
Penulis: Syaima Sabine Fasawwa
Editor: Iswara N Raditya