Menuju konten utama

Capres-Cawapres Butuh Suporter Bola sebagai Lumbung Suara

Tim kampanye Jokowi-Ma'ruf dan Prabowo-Sandi sama-sama sadar, suporter bola adalah lumbung suara. Makanya mereka berupaya mendekat.

Capres-Cawapres Butuh Suporter Bola sebagai Lumbung Suara
Suporter Persija Jakarta memberikan dukungan saat menghadapi Mitra Kukar dalam laga terakhir Liga 1 di Stadion Utama Gelora Bung Karno, Jakarta, Minggu (9/12/2018). ANTARA FOTO/Akbar Nugroho Gumay

tirto.id - Sejak pertengahan 2018 hingga awal 2019, dua pasang capres-cawapres makin getol kampanye ke masyarakat. Salah satunya ke suporter sepak bola. Mereka butuh suporter sebagai lumbung suara.

Juru Bicara (Jubir) Tim Kampanye Nasional (TKN) Arya Sinulingga mengakui signifikansi kelompok ini.

"Suporter itu efektif banget. Lihat suporter Persija turun semua pas lagi perayaan. Jadi itu potensi besar [lumbung suara]," kata Arya kepada reporter Tirto, Kamis (3/1/2019).

Agar memperoleh dukungan dari mereka, Arya menuturkan TKN akan mencari tokoh-tokoh kunci suporter bola. "Metodenya pasti kami cari tokoh-tokoh kunci. Lalu kami lakukan pendekatan dan kami dorong untuk memilih Pak Jokowi," tambahnya.

Dalam proses pendekatan itu, TKN akan menjabarkan program apa saja yang bakal diselenggarakan Jokowi-Ma'ruf, salah satunya menyiapkan lapangan bola di desa-desa. "Itu sudah kami bikin, langkah ke depan kami buat lagi."

Untuk melakukan itu semua, tim memberi tugas khusus ke La Nyalla Mattalitti. La Nyalla dipilih karena ia pernah menjabat Ketua Umum Persatuan Sepakbola Seluruh Indonesia (PSSI). La Nyalla kini berada di kubu Jokowi, meski pada 2014 lalu ia tergolong pendukung keras Prabowo Subianto.

"Sama La Nyalla kami sudah minta masuk ke suporter-suporter. Kan, beliau juga punya pengaruh besar ke suporter bola."

Hal serupa diungkapkan Jubir Badan Pemenangan Nasional (BPN) Prabowo-Sandi, Andre Rosiade. Andre mengatakan BPN akan mewujudkan impian para suporter.

"Suporter itu keinginannya sederhana: prestasi, mafia diberantas. Di sinilah Pak Prabowo dan Bang Sandi memastikan bagaimana nanti kita bangun roadmap sepak bola," jelasnya kepada reporter Tirto.

Jika TKN akan meminta bantuan La Nyalla, BPN akan melibatkan seluruh kadernya di daerah-daerah. Ia sendiri mengklaim sudah berkampanye ke suporter bola sesuai dengan Daerah Pilihannya (Dapil), Sumatera Barat 1.

"Saya berkomunikasi dengan pendukung Semen Padang. Mungkin caleg-caleg lain melakukan hal yang sama, ucapnya.

Tak Bakal Selalu Mudah

Pengamat Politik dari Universitas Indonesia (UI), Aditya Perdana mengatakan jika dukungan suporter bola memang berpengaruh pada paslon capres-cawapres. Menurutnya, hal ini karena suporter bola punya massa yang solid.

"Saya pikir ada pengaruhnya. Suporter bola punya massa dan massanya solid," ujarnya kepada reporter Tirto. "Kalau massa mereka cukup banyak, ada sejuta, dua juta. Ya, itu luar biasa buat paslon," ucapnya.

Aditya mengatakan meski pada dasarnya apolitis, suporter bola bisa mendukung politikus karena umumnya pimpinan mereka punya relasi dekat. Maret 2013 misalnya, suporter Persija, The Jak Mania menobatkan Jokowi sebagai anggota dewan kehormatan. Ketika itu Jokowi masih menjabat sebagai Gubernur DKI Jakarta.

Prabowo Subianto pun pernah mendapat dukungan serupa. Juni 2014, ia pernah disambut nyanyian suporter Persebaya, Bonek. Teriakan-teriakan "Prabowo Presidenku" terus dikumandangkan Bonek saat Prabowo memberikan sambutan.

Yang paling hangat adalah dukungan Viking Persib Club (VPC) untuk cawapres Ma'ruf Amin. Mereka mendukung Ma'ruf karena merasa ada perhatian lebih dari Ketua Umum MUI non-aktif tersebut untuk sepak bola Indonesia.

Meski faktanya dukungan itu ada dan upaya mendulang suara dilakukan politikus, namun mendapat dukungan suporter tak akan melulu mudah.

Ketua Viking Frontline Tobias Ginanjar Sayidina menegaskan pada dasarnya tak semua pimpinan suporter mau mendukung politikus. Tobias, misalnya, tak mau kelompoknya mendukung Prabowo-Sandi meski ia kini berstatus caleg DPRD Jawa Barat dari Partai Gerindra—partai oposisi.

"Jangan ditarik ke pusaran untuk dukung-mendukung. Kalau secara pribadi individu berpolitik, ya, sah-sah saja, tapi, kan, yang tidak benar itu ketika mengatasnamakan organisasi untuk mendukung," kata Tobias kepada reporter Tirto.

Baca juga artikel terkait PILPRES 2019 atau tulisan lainnya dari Riyan Setiawan

tirto.id - Politik
Reporter: Riyan Setiawan
Penulis: Riyan Setiawan
Editor: Rio Apinino