Menuju konten utama

Cap Go Meh, Epilog Tahun Baru Cina yang Dirayakan Meriah

Cap Go Meh dirayakan 15 hari setelah hari pertama dalam sebuah tahun (Zheng yue).

Cap Go Meh, Epilog Tahun Baru Cina yang Dirayakan Meriah
Seorang anggota pemadam kebakaran memasang hiasan Naga Bersinar di Posko Damkar Panca Bhakti, Pontianak, Kalimantan Barat, Selasa (12/2/2019). ANTARA FOTO/Jessica Helena Wuysang/wsj.

tirto.id - Orang-orang Tionghoa mengadakan perayaan Cap Go Meh yang jatuh 15 hari setelah Tahun Baru Cina. Perayaan Cap Go Meh ditandai dengan munculnya bulan penuh atau purnama pada awal tahun kalender Cina. Cap Go Meh umumnya dirayakan di daerah dengan populasi warga Tionghoa tinggi di Indonesia.

Cap Go Meh terdiri dari kata Cap Go (lima belas) dan Meh (malam) yang berasal dari bahasa Hokkien. Sesuai dengan namanya, Cap Go Meh dirayakan 15 hari setelah hari pertama dalam sebuah tahun (Zheng yue).

Tidak seperti perayaan tahun baru biasa, perayaan tahun baru Cina dirayakan selama 2 minggu penuh dan ditutup dengan perayaan Cap Go Meh.

Dilansir Ozip, penelitian membuktikan setiap perayaan Cap Go Meh, bulan purnama selalu muncul di langit. Tradisi Asia Timur menyebutkan jika bulan purnama muncul di langit, maka harus ada lampion-lampion dengan nyala gemerlapan di bumi untuk menghormatinya.

Perayaan Cap Go Meh jauh lebih meriah daripada Imlek. Salah satu tradisi perayaan Cap Go Meh ini adalah Lontong Cap Go Meh, yang merupakan campuran antara kebudayaan Cina dan Jawa.

Lontong Cap Go Meh dimakan bersama opor ayam, telur rebus, sayur lodeh, sambal goreng ati ayam, dan telur pindang yang ditaburi dengan koya atau ebi kering.

Melansir artikel berjudul Lontong Cap Go Meh A Celebration at the Night of Full Moon yang ditulis Josphne M. Windajanti, awalnya lontong Cap Go Meh hanya terkenal di Jawa Tengah, tapi seiring berjalannya waktu menjadi masakan populer khas Cap Go Meh di seluruh Nusantara.

Lontong opor menggantikan yuan xiao atau bola-bola nasi (rice ball) dan opor ayam serta pelengkap lainnya adalah adaptasi kebudayaan Jawa. Makanan ini merupakan hasil asimilasi budaya antar dua negara dan dua etnis, yaitu Jawa dan Cina yang menjadi populer di nusantara.

Artikel itu juga menyebut, makanan ini tidak serta merta perpaduan budaya, tapi juga memiliki makna. Lontong, yang lebih padat daripada nasi memiliki arti kekayaan yang lebih melimpat dan ‘dipadatkan’ di keluarga. Nasi juga menjadi lambang umur panjang.

Telur menjadi perlambang keberuntungan. Aneka lauk dengan berbagai macam cita rasa; pedas, manis, dan gurih sebagai doa agar hidup lebih bervariasi dan setiap rasa dalam hidup dapat menjadi sebuah kenikmatan.

Tidak hanya lontong, festival dengan pertunjukan liong dan barongsai juga ikut digelar. Ribuan lampion dan hiasan bernuansa merah di pasang untuk mengundang kemeriahan di hari terakhir perayaan Tahun Baru Cina ini.

Perayaan Cap Go Meh paling meriah di Indonesia, diadakan di Singkawang, Kalimantan Barat. Sebagaimana diwartakan Antara, pada 2017, naga sepanjang 178 meter yang dibuat Santo Yosep Singkawang memecahkan Rekor MURI.

Ribuan lampion juga dipasang di Singkawang pada saat perayaan Cap Go Meh. Pada tahun lalu, panitia Cap Go Meh Singkawang memasang lampion replika 12 shio.

Perayaan ini sangat penting bagi orang Tionghoa, karena menjadi penutup rangkaian Tahun Baru Cina untuk menyambut tahun yang penuh berkah dan keberuntungan.

Baca juga artikel terkait CAP GO MEH atau tulisan lainnya dari Anggit Setiani Dayana

tirto.id - Sosial budaya
Penulis: Anggit Setiani Dayana
Editor: Dipna Videlia Putsanra