Menuju konten utama

Candi dan Hutan yang Memberikan Kehidupan

Laku penghijauan tidak bisa dilihat hasilnya dalam waktu pendek. Ia adalah kerja yang membutuhkan napas panjang.

Andovi da Lopez bersama komunitas Darling Squad melakukan penanaman pohon di sekitar kawasan Candi Prambanan . foto/dok. Siap Darling

tirto.id - Candi-candi di Indonesia dan nyaris di manapun di seluruh dunia dibangun dengan pola serupa: dikelilingi hutan nan hijau. Coba tengok sketsa Borobodur yang dibuat oleh seniman Belanda H.N. Sieburgh pada 1838, juga lukisan yang dibuat F.C. Wilsen pada 1849 dan 1850. Borobudur dikelilingi pepohonan rimbun dan sawah.

Perkara hutan yang mengelilingi candi itu bukan soal estetika belaka, melainkan ada kandungan spiritual di sana. Dalam makalah “Spiritual and Ecology of Sacred Groves in Tamil Nadu, India”, disebutkan bahwa dalam konsep Hindu di India, semua bentuk kehidupan adalah suci adanya. Selain itu, dipercaya bahwa dewa-dewa bersemayam di alam.

“Karena itu pohon-pohon dianggap sakral di kebudayaan Tamil kuno,” tulis tiga penulis jurnal itu: Swamy, Kumar, dan Sundarapandian.

Beberapa pohon yang dianggap sebagai tempat semayam roh leluhur, antara lain, adalah banyan (Ficus benghalensis), bodhi (Ficus religiosa) atau kerap dikenal sebagai ara suci, mimba (Azadirachta indica), dan asam (Tamarindus indica). Para penganut Hindu percaya bahwa jika manusia merusak pohon sakral, membahayakan satwa yang tinggal di sana, maka akan ada kutukan seperti penyakit ataupun gagal panen.

“Jadi orang-orang bahkan tidak berani mengambil batang kayu mati dari kawasan sakral.”

Di Indonesia, perkara kerapuhan bangunan juga menjadi alasan kenapa di sekitar candi tidak ditanam banyak pohon: karena akarnya ditakutkan bisa merusak struktur bangunan. Meski begitu, penanaman pohon tetap perlu dilakukan agar area sekitar candi terlihat hijau dan lestari.

Berangkat dari hal itu, Bakti Lingkungan Djarum Foundation menyelenggarakan kegiatan Candi Sadar Lingkungan (Candi Darling) di kawasan Situs Ratu Boko dan Candi Ijo. Dalam acara yang diikuti 248 mahasiswa dari 22 kampus di Yogyakarta, ada lebih dari 2.350 tanaman perdu dan semak berbunga yang di tanam di sekitar dua komplek candi ini, mulai dari bugenvil, merak, melati, soka, tanjung, juga kepel.

Infografik Advertorial Menghijaukan Candi

Infografik Advertorial Menghijaukan Candi. tirto.id

Aneka pohon yang ditanam ini berasal dari Pusat Pembibitan Tanaman (PPT) yang dikelola Djarum Foundation sejak 1979. Pusat pembibitan seluas empat hektare ini berpusat di Kudus, Jawa Tengah. Mereka melakukan pembibitan berbagai tanaman untuk konservasi, mulai dari trembesi, kenari, asam, hingga randu alas. Dari tempat ini pula, pohon-pohon untuk Djarum Tree For Life diambil dan ditanam menyebar di utara pulau Jawa, lingkar Madura, juga penghijauan lereng Gunung Muria.

Selain di Ratu Boko dan Candi Ijo, program Candi Sadar Lingkungan ini juga sudah menghijaukan beberapa candi di Yogyakarta dan Jawa Tengah, yakni Candi Roro Jonggrang, Candi Sewu, Candi Bubrah, dan Candi Lumbung. Di acara ini, ada 536 peserta dari 46 kampus dan 26 komunitas yang turut menanam lebih dari 5.200 pohon dan semak berbunga, mulai dari melati Jepang, bugenvil, kana, pandan duri kuning, juga hanjuang.

Body Artikel Penanaman Pohon

Komunitas Darling Squad melakukan penanaman pohon di sekitar kawasan situs Ratu Boko. foto/dok. Siap Darling

Program penghijauan candi ini bukan sekadar program singkat, melainkan berkelanjutan. Bakti Lingkungan Djarum Foundation bahkan sudah merencanakan gerakan penghijauan candi-candi di seluruh Indonesia hingga 2025 kelak.

“Prakarsa Siap Darling melalui program Candi Darling merupakan langkah nyata dalam menggerakkan generasi milenial khususnya mahasiswa agar lebih peduli terhadap lingkungan. Program ini diharapkan dapat menumbuhkan rasa memiliki dan bangga dikarenakan mereka turut berperan serta menghijaukan situs-situs warisan sejarah bangsa Indonesia serta menularkan kebiasaan baik ini di masyarakat luas. Harapan jangka panjang adalah langkah ini akan menciptakan ekosistem lingkungan yang berkelanjutan,” ungkap FX Supanji, Vice President Director Djarum Foundation.

Laku penghijauan ini tentu tidak akan bisa dilihat hasilnya dalam waktu pendek. Ia adalah kerja yang membutuhkan napas panjang. Hasilnya mungkin tidak dinikmati oleh sang penanam, melainkan oleh anak cucunya kelak.

Kerja-kerja jangka panjang yang dilakukan oleh Djarum Foundation ini diharapkan menjadi pondasi bagi gerakan serupa: penghijauan di sekitar candi. Diharapkan, dengan kerja-kerja seperti ini, berbagai candi di Indonesia akan kembali ke anatominya semula: dikelilingi oleh pepohonan dan hutan yang memberikan penghidupan.

Dan kerja maraton seperti ini jelas membutuhkan banyak bantuan dari para relawan. Bakti Lingkungan Djarum Foundation membuka lebar-lebar kesempatan untuk menjadi relawan Candi Darling dan bersama-sama menghijaukan candi.

(JEDA)

Penulis: Tim Media Servis
-->