Menuju konten utama

Calon Kepala Daerah Tak Boleh Abai Rambu-Rambu Berbusana

Pakaian bukanlah urusan sepele dalam politik elektoralPada pilkada kemarin, Ridwan Kamil-lah yang paling peduli pada detail dalam berpakaian.

Calon Kepala Daerah Tak Boleh Abai Rambu-Rambu Berbusana
Bakal calon Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil dan bakal calon Wakil Gubernur Jawa Barat Uu Ruzhanul Ulum berpose usai pendaftaran pasangan calon Pemilu gubernur Jawa Barat 2018 di Kontor Komisi Pemilihan Umum (KPU) Jawa Barat, Bandung, Jawa Barat, Selasa (9/1/2018). ANTARA FOTO/Novrian Arbi

tirto.id - Potret wajah Alam Ganjar, putra Ganjar Pranowo, nampak berseri. Di foto itu ia tidak sedang merayakan kemenangan sang ayah melainkan tengah memegang sebuah sepatu yang terbuat dari anyaman enceng gondok. Foto turut diunggah di akun Instagram ibunya. Sang ibu berkata bahwa sepatu ialah hasil bisnis Alam dan kawan-kawan. Produk dijual seharga Rp180.000 dan bisa digunakan oleh pria dan wanita.

Sayangnya, ayah Alam tidak mengenakan sepatu tersebut di atas panggung debat Pilkada 2018. Padahal, produk itu bisa jadi salah satu unsur ‘keindonesiaan’ baru selain kemeja batik dan kain batik yang biasa digunakan oleh politikus saat berkampanye atau berdebat. Langkah Alam memanfaatkan enceng gondok sebagai material sepatu terbilang berani lantaran masih jarang orang yang terpikir memanfaatkan enceng gondok untuk membuat sepatu.

Di mata para politikus, ragam produk aksesori karya kaum milenial belum banyak dilirik meski sudah eksis di pasaran. Untuk sepatu, misalnya, ada produk bernama Pijak Bumi dan Brodo.

Pikiran sebagian para pejabat negara terkait penampilan masih terpaku dengan hal yang biasa dilakukan pejabat lain atau hal yang lumrah dikenakan. Contohnya Ganjar. Di atas panggung debat atau momen-momen kampanye lain, ia merasa cukup nyaman tampil dengan kemeja putih berkerah bundar yang membuatnya terkesan santai tapi karismatik.

Ia seperti terinspirasi Jokowi yang cukup konsisten dengan kemeja putihnya. Bila Jokowi kerap memilih untuk menggulung kemeja, Ganjar menempuh jalan lebih praktis dengan mengenakan kemeja dengan panjang lengan di bawah siku. Lengan yang digulung atau yang tidak panjang ini menyiratkan keinginan para politikus untuk menunjukkan sikap atau pemikiran demokratis dan mudah didekati.

Gaya busana ternyata bukan perkara sepele. Para politikus di Amerika Serikat mulai memerhatikan penampilan setelah John F. Kennedy terpilih menjadi presiden. Ia dianggap punya tampilan atraktif yang memengaruhi keputusan massa untuk memilihnya. Kennedy kemudian menginspirasi para politikus lain untuk mencukur rapi jenggot dan kumis serta mengenakan suit dengan dasi berwarna merah atau biru.

Pada tahun 1980an, jargon power dressing mulai marak di panggung politik Amerika Serikat. Power dressing dikaitkan dengan citra yang hendak disampaikan pada khalayak lewat gaya berbusana. Di Indonesia setidaknya ada dua tipe power dressing. Satu, citra kasual dan membaur yang hendak disampaikan para politikus. Kedua, citra konvensional yang dipancarkan lewat busana resmi seperti suits atau setelan jas.

BBC menyebut suits diminati lantaran mampu membuat seseorang merasa dirinya kuat dan punya kuasa untuk mengontrol. Hal itu tersirat dari potongan tegas dan material busana yang biasanya terkesan keras dan kaku. Sementara warna monokrom membuat seseorang terkesan tangguh dan tak terkalahkan.

Vanessa Brown, dosen senior bidang desain dan budaya Nottingham Trent University, pernah mencoba menganalisis penampilan Theresa May yang menggunakan aksen baju diagonal. Menurut Brown, aksen tersebut mengesankan kecepatan, modern, dan pandangan terdepan.

“Gaya tersebut mudah digunakan tampa terkesan ruwet atau lemah,” katanya.

infografik gaya busana politikus di hadapan publik

Di Indonesia, adaptasi tren mengenakan suits seolah masih setengah-setengah. Suit yang dikenakan oleh beberapa politikus dalam negeri berpotongan longgar. Rasanya yang jadi referensi bukan lagi Kennedy tetapi Donald Trump yang selalu tampil mengenakan jas yang nampak kedodoran.

Barry Brummett, profesor komunikasi University of Texas, pernah berkata bahwa politikus tidak bisa berpenampilan terlalu sempurna lantaran harus mampu membuat semua orang dari semua jenis kelas terutama kelas pekerja dan kelas menengah bisa merasa teridentifikasi. Oleh karena itu, jas yang dikenakan pun sebaiknya bukan yang tidak terlalu bagus dan bermerek.

Andaikata para politikus dalam negeri lebih banyak memperhatikan Obama yang senantiasa mengenakan jas berpotongan slim atau pas badan dan tetap memenangkan pemilihan umum, mungkin mereka tak akan lagi memilih memakai jas longgar.

Pun tidak akan ada blazer serupa Harrington jacket yang membuat pemakainya seperti tenggelam dalam bungkusan jaket. Jaket Harrington tercipta pada 1930. Produk tersebut ialah jaket ringan yang biasa terbuat dari katun atau polyester.

Pada 1950an, Elvis Presley mempopulerkan penggunaan jaket tersebut lewat film King Creole. Di momen itu pula muncul ragam varian Harrington jacket salah satunya versi yang dibuat untuk para pengemudi truk. Modifikasi jaket muncul pada bentuk kerah. Sampai hari ini ragam model jaket ini masih diproduksi. Di luar negeri, ia biasanya digunakan untuk beraktivitas di luar ruangan.

Selain jas longgar, ada beberapa jenis busana lain yang bisa ditinggalkan demi membuat penampilan jadi lebih sesuai dengan citra yang hendak ditampilkan. Kesan santai masih bisa dibuat dengan meninggalkan celana jeans longgar yang terkesan kebesaran seperti celana pinjaman.

Pada tahun 1873, Levi Strauss dan Jacob Davis memang menciptakan celana jeans berpotongan longgar. Saat itu jeans diciptakan sebagai busana kerja para penambang. Selain kuat, faktor yang harus dipertimbangkan ialah kemampuan penambang untuk leluasa bergerak.

Kini sudah ada celana jeans berbagai model yang bisa disesuaikan dengan mobilitas calon pemakainya. Bagi orang yang menginginkan kesan lebih santai dan kasual bisa mengenakan celana jeans berpotongan slim fit. Andaikata tidak ingin celana nampak terlalu ketat, jenis straight jeans bisa jadi opsi berikutnya.

Di panggung debat, ada kalanya celana jeans dipadukan dengan kemeja putih. Kemeja putih tak harus polos. Beberapa kali muncul kemeja dengan aksen garis dengan warna merah atau hijau terang yang diaplikasikan pada satu bagian busana. Hal ini membuat kemeja putih yang selalu membawa kesan eksklusif dan profesional jadi luntur.

Kini, Ridwan Kamil jadi salah satu orang yang terpilih jadi gubernur dalam pilkada serentak. Masyarakat Jawa Barat telah memilih sosok arsitek yang selalu tampil dengan detail busana presisi dan estetis. Ridwan seolah mengingat beberapa pon dalam pelajaran kuliah arsitektur dan terapkan dalam merancang busana: tidak pernah kebesaran dan selalu tampil dengan nuansa warna yang sesuai tema.

Beberapa waktu lalu, ia berani mengenakan luaran model military jacket yang serupa dengan busana putih Sukarno. Ia memilih warna biru tua. Dasi satin teruntai di antara kerah busana. Ia bisa membuat orang lain memandang detail busananya, meski menyaksikan tayangan tanpa suara sekalipun.

Baca juga artikel terkait PILKADA SERENTAK 2018 atau tulisan lainnya dari Joan Aurelia

tirto.id - Gaya hidup
Penulis: Joan Aurelia
Editor: Maulida Sri Handayani