Menuju konten utama
Liga Jerman

Bundesliga Investigasi Selebrasi Gol Pemain Terkait George Floyd

Laga Liga Jerman pekan 29 diwarnai bentuk aksi solidaritas untuk mendiang George Floyd.

Bundesliga Investigasi Selebrasi Gol Pemain Terkait George Floyd
Pendemo berseru di depan kantor polisi kelima pada hari keempat aksi protes setelah insiden tewasnya George Floyd saat ditahan polisi di Minneapolis, Minnesota, Amerika Serikat, Jumat (29/5/2020). ANTARA FOTO/REUTERS/Nicholas Pfosi/hp/djo

tirto.id - DFB atau Asosiasi Sepak Bola Jerman usut aksi solidaritas para pemain Bundesliga yang kedapatan melakukan selebrasi gol untuk almarhum George Floyd. Adapun para pemain Liga Jerman yang terancam terkena sanksi ini ialah Jadon Sancho, Achraf Hakimi, Weston McKennie, dan Marcus Thuram.

Laga Bundesliga pekan 29 kemarin diwarnai bentuk aksi solidaritas untuk mendiang George Floyd.

George Floyd adalah seorang pria kulit hitam berusia 46 tahun yang pada tanggal 25 Mei 2020 ditangkap oleh petugas kepolisian Minneapolis, AS, lantaran dituding membeli rokok dengan uang kertas 20 dolar AS palsu.

Tujuh belas menit setelah mobil patroli pertama tiba di tempat kejadian, George Floyd tidak sadarkan diri dan dijepit oleh petugas polisi. Ia tidak menunjukkan tanda-tanda kehidupan.

Kejadian itu sontak memicu protes masif. Di AS banyak aksi demonstrasi menuntut keadilan. Di belahan dunia lain pun terjadi aksi solidaritas dan memerangi rasisme. Termasuk yang dilakukan oleh empat pemain Bundesliga tersebut.

McKennie, gelandang bertahan Schalke asal AS, mengenakan semacam ban kapten, tetapi bertuliskan "Keadilan Untuk George Floyd". Aksi itu dilakukannya saat Schalke menjamu Werder Bremen pada Sabtu (30/5/2020).

Sehari kemudian menyusul Sancho dan Hakimi yang membuka kaus dengan tulisan yang sama seperti yang dimiliki McKennie setelah mereka mencetak gol. Sedangkan Thuram melakukan aksi duduk dengan bertumpu pada satu lutut setelah mencetak gol bagi Borussia Monchengladbach.

Sebenarnya, ada satu lagi aksi yang dilakukan striker FC Koln, Anthony Modeste. Setelah menjebol gawang RB Leipzig, Modeste menyandingkan telapak tangan (warna lebih terang) dan punggung tangan (warna lebih gelap) yang mengartikan bahwa warna kulit harusnya tidak membuat orang tidak bisa hidup berdampingan.

Dari kelimanya, DFB hanya fokus kepada McKennie, Sancho, dan Hakimi. Pasalnya ketiga pemain ini jelas-jelas memuat tulisan tertentu pada kelengkapan bertanding mereka yang tidak sesuai dengan aturan IFAB (International Football Association Board).

"Perlengkapan yang dipakai pemain tidak boleh mengandung unsur politik, agama atau slogan personal, pernyataan, atau gambar. Pemain juga tidak boleh menunjukkan pakaian dalam yang mengandung unsur-unsur tersebut," demikian aturan seperti dikutip dari situs web resmi DFB, Selasa (2/6/2020).

"Untuk pelanggaran terkait hal itu, pemain dan atau klub bisa menerima sanksi dari penyelenggara kompetisi, asosiasi sepak bola negara terkait, atau dari FIFA."

DFB sendiri masih menyelidiki apakah tindakan yang dilakukan para pemain tersebut termasuk kategori yang melanggar aturan. Pasalnya, hal seperti ini memang sangat sensitif.

Seperti, misalnya, andai mereka mendapatkan hukuman, malah bisa menimbulkan anggapan tidak baik bagi DFB. Terutama terkait perang terhadap rasisme yang selama ini digaungkan di sepak bola.

Presiden DFB, Fritz Keller, sangat paham dengan tindakan yang dilakukan para pemain tersebut. Mereka hanya menggunakan panggung sepak bola untuk menyampaikan isi hati agar tercipta keadilan bagi George Floyd dan orang-orang kulit hitam lain di AS.

"Itu adalah hal yang intoleran ketika orang mendapatkan sikap diskriminasi hanya karena warna kulit. Menjadi lebih menyedihkan karena mereka harus meninggal karena rasisme seperti itu," kata Keller.

"Saya menghormati para pemain yang mau berdiri dan menunjukkan solidaritas mereka. Saya merasa bangga pada mereka. Dari sisi moral, saya sangat memahami aksi mereka di pertandingan kemarin."

Baca juga artikel terkait LIGA JERMAN atau tulisan lainnya dari Wan Faizal

tirto.id - Olahraga
Kontributor: Wan Faizal
Penulis: Wan Faizal
Editor: Ibnu Azis