Menuju konten utama

Bulog Sebut Pemerintah Perlu Punya Stok Cadangan Bawang Merah

Bulog meminta pemerintah menerapkan kebijakan pengendalian harga bawang merah sebagaimana dilakukan pada beras. Artinya, pemerintah perlu memiliki stok cadangan bawang merah. 

Bulog Sebut Pemerintah Perlu Punya Stok Cadangan Bawang Merah
Pedagang mengatur tumpukan bawang merah dalam karung di Pasar Tradisional Baruga, Kendari, Sulawesi Tenggara, Sabtu (27/4/2019). ANTARA FOTO/Jojon/ama.

tirto.id - Kepala Divisi Pergudangan, Persediaan dan Angkutan Perum Bulog, Mokhamad Suyamto mengatakan pemerintah perlu memiliki stok cadangan bawang merah agar lebih mudah mengontrol harga komoditas hortikultura ini.

Menurut Suyamto, selama ini pemerintah belum memiliki stok cadangan bawang merah dan komoditas holtikultura lainnya dalam jumlah memadai.

Padahal, kata dia, cadangan itu diperlukan saat pemerintah ingin mengendalikan harga komoditas seperti bawang merah. Sebagai informasi, Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat kenaikan harga bawang merah turut memicu inflasi selama April 2019.

Suyamto menjelaskan metode pengendalian harga dengan memperbanyak stok cadangan pemerintah itu sama dengan kebijakan pemerintah terkait komoditas beras.

"Kan sama kayak beras pemerintah, selayaknya semua komoditas ada cadangan pangan pemerintah. Tapi untuk bawang merah belum ada," kata Suyamto usai konferensi pers mengenai gudang CAS Bulog di Komplek Pergudangan Klampok, Brebes, Jawa Tengah, Kamis (2/5/2019).

"Saat harga bawang merah (pasaran) jatuh kami beli, kami simpan. Saat harga (pasaran) tinggi kami lepas (stoknya)," tambah Suyamto.

Suyamto menjelaskan saat ini pemerintah memang telah bergerak dengan menugaskan Bulog membangun gudang berteknologi pengondisian udara (Controlled Atmosphere Storage/CAS).

Gudang berteknologi CAS itu kini dimiliki Bulog di Brebes, Jawa Tengah untuk penyimpanan bawang merah. Gudang ini penting sebab produk hortikultura mudah mengalami penyusutan dan rentan terhadap perubahan suhu serta udara.

Namun, Suyamto mengatakan pengoperasian gudang CAS ini bukan tanpa persoalan. Dalam prosesnya, kata dia, ada risiko yang harus ditanggung Bulog. Misalnya, ketidakpastian harga.

Suyamto menyebut, terkadang harga yang berlaku di pasaran bisa sewaktu-waktu jatuh sehingga mengharuskan Bulog segera melepas bawang merah ke pasaran.

Sebab, jatuhnya harga di pasaran membuat tugas penyimpanan semakin berat lantaran Bulog harus menanggung biaya penyimpanan dari waktu ke waktu.

Dengan demikian, upaya penyimpanan ini dapat dilakukan sejauh harga di pasaran dapat mengompensasi biaya-biaya pengoperasian gudang.

Menurut Suyamto, risiko ini semestinya ditanggung pemerintah yang telah memberikan penugasan kepada Bulog.

"Ini membangun CAS kan lebih ke penugasan maka seharusnya ada campur tangan pemerintah," ucap Suyamto

"Artinya kalau ada bawang cadangan dari pemerintah, risikonya harus ditanggung pemerintah," tambah dia.

Gudang berteknologi CAS ini diresmikan oleh Dirut Bulog, Budi Waseso pada 4 Juli 2018. Gudang ini bertempat di Komplek Pergudangan Klampok, Kecamatan Wanasari, Kabupaten Brebes.

Gudang penyimpanan bawang merah ini memiliki luas tanah 7.830 m2 dan luas bangunan 3.686,81 m2, termasuk gudang jemur bawang seluas 391 m2.

Gudang ini terbagi menjadi 20 kopel dengan kapasitas simpan masing-masing sebanyak 13,6 ton konde askip (bawang dengan daun) atau 16,32 ton rogol askip (bawang tanpa daun) di lokasi sentra produksi.

Baca juga artikel terkait BAWANG MERAH atau tulisan lainnya dari Vincent Fabian Thomas

tirto.id - Ekonomi
Reporter: Vincent Fabian Thomas
Penulis: Vincent Fabian Thomas
Editor: Addi M Idhom