Menuju konten utama
20 Juni 1947

Bugsy Siegel Bos Mafia yang Merintis Pusat Perjudian Las Vegas

Bugsy Siegel membangun karier mafianya dari jalanan New York. Mencium potensi cuan besar dari bisnis perjudian Las Vegas.

Bugsy Siegel Bos Mafia yang Merintis Pusat Perjudian Las Vegas
Ilustrasi Mozaik Benjamin Bugsy Siegel. tirto.id/Sabit

tirto.id - Las Vegas di Amerika Serikat telah menjadi kiblat perjudian dunia yang terbesar dan paling populer sejak akhir abad ke-20. Sebagai pusat perjudian, wilayah itu telah melalui sejarah panjang yang kontroversial. Selain perjuadian, kriminalitas juga memberi warna pada pertumbuhan Kota Las Vegas di masa awal.

Dan, membicarakan sejarah Las Vegas tidak akan lengkap tanpa menyebut satu nama penting: Benjamin Siegel.

Encyclopaedia Britannica mencatat nama Benjamin “Bugsy” Siegel sebagai mafia yang memainkan peran sangat penting dalam membangun kerajaan judi di Las Vegas. Sebagaimana tokoh-tokoh mafia lain, Bugsy Siegel punya kisah hidup Bugsy Siegel pun sangat khas.

Siegel lahir pada 28 Februari 1906 di bilangan Brooklyn, New York, dalam keluarga yang perekonomiannya pas-pasan. Dia tumbuh dengan mengakrabi kehidupan jalanan dengan segala tekanan hidup dan keterbatasan. Untuk makan sehari-hari, dia harus bekerja serabutan.

Di masa remajanya, Siegel mulai terlibat dalam kriminalitas sebagai penagih “uang keamanan” dari para pedagang kelontong Yahudi di New York. Sekira 1918, Siegel berkenalan dengan Meyer Lansky, seorang kriminal kakap, yang kemudian menyeretnya dalam aksi-aksi pencurian mobil.

Pada 1920-an, Siegel menjajaki pula bisnis penyelundupan dan perjudian kecil-kecilan di sekitar New York, New Jersey, dan Philadelphia. Aksi-aksi pencurian mobil yang dia lakukan pun membuatnya perlahan dikenal di kalangan sindikat Amerika Serikat. Dia pun mulai disewa untuk jasa pembunuhan berencana. Konon, jasa pembunuhan inilah yang menjadi cikal bakal Murder, Inc—kemudian dianggap sebagai sindikat pembunuhan berskala nasional di Amerika Serikat.

Kepiawaian Siegel dalam menjalankan pembunuhan sempat menarik perhatian Lucky Luciano, seorang bos kriminal paling ditakuti kala itu. Pada 1931, Luciano mengumpulkan empat orang yang menurutnya punya potensi. Bugsy Siegle termasuk dalam empat rekrutan istimewa itu—bersama Albert Anastasia, Vito Genovese, dan Joe Adonis.

Mereka berempat kemudian terlibat dalam suatu misi berat yang tentunya diganjar bayaran tinggi. Perintahnya: membunuh Joe Masseria.

Joe Masseria tentu bukan orang sembarangan. Dia bos mafia kelahiran Sisilia, Italia, yang bermigrasi ke Amerika Serikat kala usianya baru 16 tahun. Bagi Luciano, sepak terjang Masseria di dunia kriminal dianggap bisa merepotkan bisnisnya. Akhirnya, pada 15 April 1931, empat pemuda yang disewa oleh Luciano itu berhasil memberondongkan tembakan dan memastikan Masseria tewas di tempat.

Setelah pembunuhan itu, nama Bugsy Siegel jadi semakin terkenal di kalangan kriminal Amerika Serikat. Terlebih, dia juga punya wajah yang terbilang cukup tampan.

Melirik Las Vegas

Pada 1937, seorang pimpinan jaringan mafia memberinya wewenang untuk mengembangkan wilayah pesisir barat. Siegel rupanya juga jeli membaca peluang dan kemudian membuka bisnis rumah perjudian di wilayah barunya itu. Dia bahkan berinovasi dengan mengembangkan kapal judi yang beroperasi di lepas pantai.

Bisnis perjudian itu sukses dan membuat Siegel makin tajir. Tapi, itu bukanlah satu-satunya tambang uangnya karena Siegel juga merambah bisnis narkotika dan pemerasan. Selain itu, dia juga piawai dalam membangun hubungan baik dengan bintang-bintang Hollywood seperti Clark Gable dan Jean Harlow.

Pada akhir dekade 1930-an, Siegel telah menjadi salah satu bos sindikat mafia paling kaya di penjuru negeri Paman Sam. Meski begitu, dia masih juga mengejar ambisi membangun pusat perjudian berskala nasional. Pada 1945, Siegel mulai melirik Las Vegas untuk dijadikan basis bisnisnya.

Meski begitu, lokasi kota yang berada di sebelah timur laut Los Angeles sempat dipertanyakan. Pasalnya, membutuh sekira enam jam perjalanan darat untuk menempuh rute Los Angeles-Las Vegas—kurang nyaman untuk ukuran waktu itu. Lain itu, Siegel pun harus memastikan tidak ada rivalnya yang mengincar lokasi itu.

Tapi, Siegel berhasil meyakinkan kawan-kawannya yang tergabung dalam sebuah konsorsium bisnis mafia. Dia berjanji akan menyulap tempat itu menjadi pusat perjudian nasional. Konsorsium mafia itu pun menggelontorkan biaya hingga US$1,5 juta untuk memulai proyek Siegel. Siegel lantas memanfaatkan dana itu untuk mengakuisisi dan merenovasi Hotel Flamingo sesuai visinya.

Pecah Kongsi dengan Meyer Lansky

Gelontoran dana itu tidak lepas dari jasa Meyer Lansky, sahabat baik Siegel sejak masih sama-sama mencuri mobil di jalanan Kota New York. Agak berbeda dengan Siegel, Lansky punya keahlian di bidang akuntansi. Selain itu, Lansky punya mimpi besar membangun sindikat mafia dengan menggabungkan kekuatan kelompok-kelompok non-Italia.

Dengan bantuan Luciano, pada Mei 1929, Lansky berhasil membangun sindikat mafia yang terdiri dari geng Italia, Yahudi, dan Irlandia. Bisnis sindikat Lansky berjalan mulus dan dia pun dengan cepat jadi kaya raya.

Sindikat itulah yang kemudian juga membantu Siegel mewujudkan visinya atas Las Vegas. Namun, proyek Las Vegas itu pulalah yang membuat hubungan Siegel dan Lansky pecah.

Di awal proyek berjalan, Siegel menggunakan anggaran itu sesuai kesepakatan. Namun, seiring dengan berkembangnya pembangunan, biayanya membengkak hingga mencapai empat kali lipat atau sekira US$6 juta. Siegel pun mulai memainkan akal bulusnya untuk menutupi hal itu.

Infografik Mozaik Benjamin Bugsy Siegel

Infografik Mozaik Benjamin Bugsy Siegel. tirto.id/Fuad

Hingga Desember 1946, proses konstruksi Hotel dan Kasino Flamingo telah menghabiskan dana hingga US$4 juta. Lalu, dari mana Siegel memperoleh US$2 juta sisanya?

Melalui pacarnya, Virginia Hill, Siegel mulai menyimpan dana gelap di bank-bank Eropa agar tidak terdeteksi. Siegel yang licik pun mulai mencari pinjaman lain dan menulis cek-cek bodong untuk menutupi biaya konstruksi yang bengkak.

Seturut rencana awal, Hotel dan Kasino Flamingo seharusnya dibuka secara resmi pada awal Maret 1947. Namun, Siegel bersikeras membukanya pada 26 Desember 1946. Itu adalah keputusan keliru jika dipandang dari sisi bisnis. Pasalnya, sehari setelah Natal, kebanyakan orang lazimnya memilih menghabiskan waktunya di rumah bersama keluarga dan bukan di tempat berjudi.

Hari pembukaan itu benar-benar jadi petaka buat Siegel. Banyak tamu undangan menolak datang, begitu pun para pengisi acaranya. Lebih parah lagi, Siegel sudah telanjur menyewa beberapa pesawat untuk menjemput mereka.

Tapi, Siegel bukan orang yang mudah menyerah. Dia justru tetap dengan rencananya mengadakan perayaan pembukaan selama tiga hari di akhir Desember 1946 itu.

“Pada akhirnya, akan ada tiga malam pembukaan, bukan hanya satu. Siegel sendiri yang memutuskan tanggal 26, 27, dan 28 Desember. Malam pertama adalah untuk penduduk setempat. Ini untuk menjaga hubungan baik dengan masyarakat sekaligus cara untuk mendinginkan suasana jika banyak bintang yang gagal muncul,” tulis Michael Shnayerson dalam bukunya Bugsy Siegel: The Dark Side of the American Dream (2020, hlm. 278).

Siegel sebenarnya telah membuat janji dengan komedian Jimmy Durante dan bintang radio Rose Marie sebagai pencair suasana. Mereka nantinya diiringi oleh band Xavier Cugat. Tapi sesuai dugaan, hotel itu sepi pengunjung—bahkan sampai beberapa bulan setelah pembukaan.

Keadaan itu membuat kasino yang membutuhkan biaya operasional tinggi itu terus merugi. Imbasnya, Siegel pun kesulitan membayar utang-utangnya. Lansky yang melihat keadaan itu akhirnya kehabisan kesabaran juga.

Lansky berniat mengambilalih manajemen hotel dari Siegel begitu hotel mulai membukukan keuntungan. Untuk memuluskan rencana itu, Lansky pun menyewa pembunuh bayaran untuk menghabisi Siegel.

Pada tengah malam tanggal 20 Juni 1947—tepat hari ini 74 tahun silam, pembunuh bayaran memberondong ruang tamu rumah Siegel yang megah di Beverly Hills. Siegel tewas di tempat. Di waktu yang hampir bersamaan, tiga anak buah Lansky mendatangi Hotel Flamingo dan mengambil alih pimpinan manajerial.

Setelah kematian Siegel, Las Vegas justru semakin masyhur. Meski begitu, warisan Siegel di Las Vegas menjadi sebuah kontroversi tersendiri. Ketika banyak yang menganggap Siegel berjasa membangun kota itu dari nol, Robert Lacey—penulis biografi Meyer Lansky: The Thinking Man’s Gangster (1991) justru menganggap sebaliknya.

“Ben Siegel tidak membangun sebuah kasino megah. Dia tidak membeli tanah dan tidak membangun Flamingo dari awal. Tapi, kematiannya membuat Las Vegas terkenal,” kata Lacey.

Baca juga artikel terkait BOS MAFIA atau tulisan lainnya dari Tyson Tirta

tirto.id - Sosial budaya
Penulis: Tyson Tirta
Editor: Fadrik Aziz Firdausi