Menuju konten utama

Buah Utuh vs Jus Buah, Mana yang Lebih Menyehatkan?

Buah utuh diklaim lebih menyehatkan ketimbang mengonsumsi jus yang mengandung susu dan gula.

Buah Utuh vs Jus Buah, Mana yang Lebih Menyehatkan?
Jus. FOTO/IStockphoto

tirto.id - Buah-buahan telah lama terbukti memberikan banyak manfaat bagi tubuh. Kandungan vitamin dan mineral pada jenis makanan ini dapat menyehatkan sekaligus memberi tambahan tenaga bagi tubuh.

Selain buah, sayuran juga menyehatkan tubuh. Banyak sayuran yang menyediakan serat yang baik bagi pencernaan. Mengonsumsi sayuran setiap hari dapat meningkatkan kekebalan tubuh serta mencegah berbagai macam penyakit.

Meskipun memiliki banyak manfaat bagi tubuh, tidak semua orang gemar memakan buah dan sayuran. Di Indonesia, tingkat konsumsi buah dan sayur masih rendah. Menurut data dari World Food Programme (WFP) konsumsi buah dan sayur perkapita masyarakat Indonesia tahun 2016 sebanyak 173 gram sehari. Angka ini masih kurang dari setengah yang direkomendasikan, yaitu 400 gram perkapita sehari.

Beberapa orang tidak suka dengan rasa buah dan sayur. Untuk itu, dibuatlah jus dari buah dan sayuran. Tak jarang pula dicampurkan bahan-bahan tambahan seperti gula, susu, dan coklat untuk menambah citarasa. Namun, apakah kandungan nutrisi buah tetap sama meskipun sudah dibuat jus?

Catheryne Saxelby, seorang ahli nutrisi asal Australia mengatakan jus tidak sama dengan buah-buahan utuh. Dalam situs FoodWatch.com.au, dia menulis beberapa perbedaannya.

Menurutnya, buah utuh dikunyah terlebih dahulu, sedangkan jus tidak perlu dikunyah. Padahal, mengunyah membuat produksi air liur lebih banyak, yang membuat buah lebih cepat diserap tubuh.

Gula alami buah dalam jus lebih cepat diserap ke dalam aliran darah daripada yang buah utuh. Sumber konsentrasi gula yang lebih besar pada jus buah dapat lebih mirip dengan minuman ringan.

Selain itu, jus menghilangkan serat yang harusnya digunakan untuk menahan laju penyerapan gula alami di atas. Semakin banyak buah yang digunakan dalam jus, akan semakin menambah konsentrasi gula, sedangkan serat sebagai penahan laju penyerapannya malah digunakan. Padahal, untuk membuat segelas jus jeruk, misalnya, dibutuhkan 3-4 buah.

Satu gelas jus membutuhkan beberapa buah, sedangkan dengan memakan sebuah apel, seseorang sudah merasa kenyang. Meminum cairan tidak akan membuat kenyang lebih lama dibanding memakan makanan utuh. Sebab, cairan lebih cepat diserap oleh tubuh. Hal ini membuat peminum jus beresiko terkena obesitas dua kali lebih besar.

Selanjutnya, penulis buku Complete Food and Nutrition Companion ini mengatakan jus tanpa gula tambahan mengandung rata-rata 11 persen gula, lebih banyak ketimbang minuman bersoda, yaitu 10 persen. Untuk mengatasi ini, gabungkan antara buah dan sayur sebagai jus untuk mengurangi kadar gula. Misalnya, jus jeruk dengan kangkung dan bayam.

Banyak dari jenis jus buah yang bersifat asam, seperti jus jeruk, anggur, dan nanas. Meskipun menyegarkan, minum satu gelas jus buah tersebut setiap hari dapat meningkatkan risiko gigi keropos.

Jus mengandung lebih banyak kalori dibanding buah utuh. Satu gelas jus jeruk mengandung 365 kalori, lebih tinggi dari sebuah jeruk yang mengandung hanya 87 kalori.

Mengonsumsi jus buah masih sah-sah saja, asal tidak dikonsumsi setiap hari. Tidak menambahkan gula apapun bisa membantu mengurangi bahaya yang mungkin ditimbulkan.

Selain itu, usahakan untuk selalu memadukan buah dan sayur dalam membuat jus. Paduan buah dan sayur dapat membantu mengimbangi kebutuhan serat yang hilang dalam jus buah.

Baca juga artikel terkait JUS BUAH atau tulisan lainnya dari Adilan Bill Azmy

tirto.id - Kesehatan
Kontributor: Adilan Bill Azmy
Penulis: Adilan Bill Azmy
Editor: Yantina Debora