Menuju konten utama

BRI Tak Ganti Kerugian Korban Skimming yang Ceroboh Bocorkan Data

Kebocoran data pribadi oleh nasabah kepada orang lain bisa terjadi adanya iming-iming hadiah oleh oknum pembobol.

BRI Tak Ganti Kerugian Korban Skimming yang Ceroboh Bocorkan Data
Seorang polisi tengah berdiri di depan atm BRI Karangasem, Bali. Foto/Polda Bali

tirto.id - PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk pasti akan mengganti kerugian nasabah korban skimming. Namun, ganti-rugi tidak berlaku bagi nasabah akibat kecerobohannya membocorkan data pribadi.

Kepala Divisi Sekretariat Perusahaan (Corporate Secretary) BRI Bambang Tribaroto mengatakan bahwa penggantian kerugian akibat skimming tidak butuh waktu lama. Adanya tindak kejahatan skimming ini bisa terlacak paling lama sekitar dua sampai tiga hari.

"Umpamanya dia orang Jakarta, hari ini bertransaksi, tapi tiba-tiba hari ini juga ada transaksi di luar negeri. Kan enggak mungkin. Di hari yang sama di waktu berdekatan ada dua transaksi di tempat yang jauh berbeda. Itu langsung kami warning," ujar Bambang kepada Tirto, Rabu (21/3/2018).

Tindakan cepat ketika diketahui ada skimming oleh petugas adalah pemblokiran sementara nomor rekening nasabah. Hal itu nantinya segera diinformasikan kepada nasabah.

"Kalau memberikan data-data pribadi, seperti password dan sebagainya ke orang lain ya enggak diganti," katanya kemudian.

Biasanya kebocoran data pribadi oleh nasabah kepada orang lain bisa terjadi adanya iming-iming hadiah oleh oknum pembobol. Dia menyebutkan istila itu sebagai social engineering.

"Penipu-penipu itu memang mencari kode-kode rahasia yang tidak seharusnya dikasihkan ke orang lain. Itu yang menjadi dibobol," ucapnya.

Itu serupa dengan kasus pembobolan uang nasabah BRI dari Jakarta yang diduga merupakan pegawai Bawaslu DKI. Nasabah pria paruh baya tersebut memviralkan video aksi pembobolan tabungan yang dialaminya.

Modus pembobolan tersebut bermula ketika ada seseorang yang mengatasnamakan petugas Bank BRI menelpon korban. Ia kemudian mendapatkan lima buah pertanyaan dengan pilihan jawaban ‘ya’ atau ‘tidak’. Kelima pertanyaan tersebut adalah nama, alamat, nama orang tua perempuan atau ibu, nomor ATM, dan kode rahasia ATM.

Pertanyaan yang dilontarkan oleh penelpon semuanya benar sehingga korban menjawab 'ya'. Ketika nasabah ini jawab semua pertanyaan dengan 'ya', uangnya berpindah semua. Kini menurut pengakuan korban, rekeningnya terkuras dan hanya tersisa Rp57.500.

Bambang mengatakan,kasus seperti itu tidak mendapatkan ganti rugi oleh BRI. Lagi pula, dikatakannya, ada manipulasi dari nasabah soal kronologi kejadian.

"Dia sudah minta maaf ke BRI. Jadi, memang apa yang diakuinya sebagai orang BRI yang menelpon dia ternyata tidak spenuhnya benar. Dia ditanya 'yes' or 'no'. Padahal, pertanyaan dan jawabannya nggak gitu. Jadi, dia memberikan kode rahasia yang seperti password-nya. Jadi, bisa kebuka semua," ungkapnya.

"Ibaratnya dia memberikan kunci rumahnya ke orang. Pasti bisa dibuka semua kan? Nah, itu sebenarnya dia ngasih kode rahasia ke orang yang enggak tahu itu siapa," imbuhnya.

Untuk mencegah hal semacam itu terjadi lagi, ia menyatakan BRI telah memviralkan pernyataan-pernyataan peringatan lewat video di akun resmi media sosial BRI.

"Jangan sampai memberikan data apapun melalui SMS/telpon/WhatsApp, yang disebarkan ke mana-mana. Penipu kan bisa saja tanya ini itu untuk mendapatkan kode rahasia dengan iming-iming hadiah. Kadang-kadang itu dikasih. Penipu itu caranya pinter. Makanya, nasabah BRI dikasih edukasi soal itu," jelasnya.

Baca juga artikel terkait SKIMMING atau tulisan lainnya dari Shintaloka Pradita Sicca

tirto.id - Bisnis
Reporter: Shintaloka Pradita Sicca
Penulis: Shintaloka Pradita Sicca
Editor: Yuliana Ratnasari