Menuju konten utama

BPS Ungkap Penyebab Tahu & Tempe Masih jadi Penyumbang Inflasi

Penyumbang inflasi terbesar berasal dari komoditas pangan tahu dan tempe dikarenakan stok kedelai yang mulai menipis hingga realisasi impor yang lambat.

BPS Ungkap Penyebab Tahu & Tempe Masih jadi Penyumbang Inflasi
Deputi Bidang Statistik Distribusi dan Jasa BPS Setianto. foto/Dok. BPS

tirto.id - Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat inflasi sebesar 5,42 persen pada November 2022 secara year on year (yoy). Inflasi ini lebih rendah jika dibandingkan Oktober 2022 sebelumnya yang sebesar 5,71 persen secara yoy.

Deputi Bidang Statistik Distribusi dan Jasa BPS, Setianto mengatakan, salah satu penyumbang inflasi terbesar berasal dari komoditas pangan tahu dan tempe. Hal tersebut dikarenakan stok kedelai yang mulai menipis hingga realisasi impor yang lambat.

Secara tahunan, tahu memberikan andil inflasi sebesar 12,43 persen dan secara bulanan atau month to month (mom) sebesar 2,12 persen. Sementara untuk komoditas tempe memberi andil 13,56 persen (yoy) dan secara bulanan sebesar 2,13 persen (mtm).

"Tahu tempe masih menyumbang inflasi atau masih mengalami kenaikan harga. Tahu dan tempe disebabkan stok kedelai dalam negeri yang semakin menipis sedangkan realisasi impor kedelai lamban," katanya dalam konferensi pers di Gedung BPS, Jakarta, Kamis (1/12/2022).

Setianto mengatakan berdasarkan data dari Chicago Board of Trade, harga kedelai sudah mengalami naik sejak September 2022. Naiknya harga kedelai menyebabkan kekhawatiran pedagang akan kenaikan produk olahan kedelai yaitu tempe dan tahu.

Sebelumnya, Ikatan Pedagang Pasar Indonesia (IKAPPI) mencatat harga tempe di tingkat pedagang pasar DKI Jakarta rata-rata mengalami kenaikan dari Rp7.000 per lempar papan menjadi Rp9.000. Lonjakan ini merupakan dampak dari kenaikan harga kedelai saat ini berada di Rp13.000 per kg.

Ketua Dewan Pimpinan Pusat IKAPPI, Abdullah Mansuri mengatakan, tingginya harga bahan baku tempe seperti kedelai membuat ongkos produksi pedagang meningkat. Hal itu membuat pedagang harus menaikan harga jual.

"Secara keseluruhan harga kedelai dikisaran Rp13.000 ya. Dan tempe produksi tempe alami kenaikan. Per hari sekarang tempe sudah Rp9.000 per papan," kata dia kepada Tirto, Jumat (7/10/2022).

Dia mengatakan, untuk menyiasati kenaikan tersebut para pedagang berinisiatif untuk memperkecil ukuran tempe. Hal itu dilakukan agar harga tempe tetap berada di angka Rp7.000 supaya tidak menurunkan permintaan dari konsumen.

"Dan kalau nanti Rp7.000 potongannya nanti akan kita perkecil. Itu yang akan kita lakukan," kata dia.

Baca juga artikel terkait DAMPAK INFLASI atau tulisan lainnya dari Dwi Aditya Putra

tirto.id - Ekonomi
Reporter: Dwi Aditya Putra
Penulis: Dwi Aditya Putra
Editor: Intan Umbari Prihatin