tirto.id - Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat ada 7 persen dari 90.967 responden BPS memilih untuk mengucilkan masyarakat yang terpapar COVID-19.
Kepala BPS Kecuk Suhariyanto menuturkan institusinya mencari tahu langkah masyarakat jika menemukan warga sekitar positif COVID-19. Dalam survei itu, mereka menemukan ada sejumlah responden memilih untuk mengucilkan pasien positif COVID-19.
"Masih ada 7 persen masyarakat yang dia akan mengucilkan atau berikan stigma negatif kepada penderita. Ini tidak bisa dibiarkan," kata Kecuk dalam konferensi pers rilis survei ‘Perilaku Masyarakat di Masa Pandemi COVID-19’ secara daring dari Gedung BNPB, Jakarta, Senin (28/9/2020).
Kecuk mencontohkan, pengucilan yang terjadi bisa beragam. Ia mencontohkan ada pegawai BPS yang tinggal di suatu kos-kosan positif COVID-19. Ia lantas masuk RSD Wisma Atlet. Begitu sembuh, pemilik kos mengusir sang pegawai.
"Sehingga kami harus carikan tempat lain. Ke depan sosialisasi lebih gencar mengenai COVIS-19 perlu dilakukan," kata Kecuk.
Dalam data yang dirilis BPS, respons tertinggi masyarakat ketika menemukan warga terpapar COVID-19 adalah memperketat protokol kesehatan (45 persen). Kemudian ada 22 persen orang memilih untuk memberikan dukungan, 24 persen mengaku tidak ada kasus COVID-19 di daerahnya dan 2 persen memilih tidak merespons.
BPS juga mencatat ada beberapa lokasi yang tidak menerapkan protokol kesehatan. Ia menuturkan, 2,08 responden menyebut tempat kerja tidak menerapkan protokol kesehatan sama sekali; 1,69 responden mengaku mengunjungi mal/plaza/tempat perbelanjaan tidak menerapkan protokol Kesehatan.
Kemudian 17,32 persen responden mengaku mengunjungi pasar tradisional perbelanjaan tidak menerapkan protokol kesehatan; lalu 5,78 persen responden mengaku menemukan tempat ibadah yang tidak menerapkan protokol kesehatan; serta 1,40 responden mengaku pelayanan publik yang dikunjungi tidak menerapkan protokol kesehatan.
Penulis: Andrian Pratama Taher
Editor: Abdul Aziz