Menuju konten utama

BPS Sebut Upah Rendah Bisa Sebabkan Urbanisasi

“Upah rendah bisa menjadi salah satu yang menyebabkan urbanisasi,” kata Direktur Statistik Harga BPS.

BPS Sebut Upah Rendah Bisa Sebabkan Urbanisasi
(Ilustrasi) inspeksi petugas gabungan dari berbagai unsur tersebut dilakukan untuk mencegah upaya penyelundupan barang berbahaya dan urbanisasi ilegal ke Bali yang memanfaatkan keramaian arus balik Idul Fitri 1437h. antara foto/Nyoman Budhiana.

tirto.id - Badan Pusat Statistik (BPS) mengatakan upah yang rendah bisa menyebabkan urbanisasi. Kendati demikian, urbanisasi tidak akan mempengaruhi upah pekerja tidak tetap maupun buruh.

“Umumnya karena upahnya rendah, orang akan cenderung mencari kehidupan baru yang lebih menjanjikan. Tapi bukan sebaliknya, urbanisasi mempengaruhi upah, tidak begitu. Melainkan upah rendah bisa menjadi salah satu yang menyebabkan urbanisasi,” kata Direktur Statistik Harga BPS Yunita Rusanti di Jakarta, Kamis (15/6/2017) siang.

Menanggapi perihal rendahnya upah pekerja tidak tetap, Yunita mengatakan hal itu terjadi karena tidak ada upah minimum provinsi (UMP) yang mengatur. “Kalau upah buruh tetap di industri misalnya, itu kan mereka ada kebijakan UMP ya. Tetapi kalau di pedesaan biasanya kurang mengacu ke itu. Sehingga mengakibatkan cenderung rendah terus,” kata Yunita.

Yunita berharap upah bagi pekerja tidak tetap dapat diatur juga dengan UMP sebagaimana pekerja tetap. Akan tetapi, dirinya tidak mengelak akan ada sejumlah kendala yang harus dihadapi para pekerja tidak tetap apabila harus membuat dan menerapkan kebijakan serupa. “Agak susah, seperti dalam hal majikannya kasih berapa,” ucap Yunita.

“Di samping itu, kesusahannya karena jam kerjanya tidak jelas. Kalau buruh tetap kan sudah pasti, tidak masuk sanksinya apa, jam kerjanya berapa, sementara ini kan nggak. Itu yang jadi kendala. Harusnya ya bisa (diatur) hampir sama dengan kebijakan UMP,” tambah Yunita.

Sementara itu, Deputi Bidang Statistik Sosial Sairi Hisbullah mengatakan perkembangan upah pekerja tidak tetap dan buruh ini merupakan implikasi dari angka kemiskinan. “Karena kalau tidak ada kenaikan yang signifikan, maka akan sulit sekali menurunkan angka kemiskinan,” tutur Sairi.

Berdasarkan laporan bulanan BPS, upah nominal harian buruh tani nasional pada Mei 2017 naik sebesar 0,29 persen dibandingkan April 2017 (month-to-month). Adapun besarannya adalah Rp49.782,00 per hari dari yang sebelumnya Rp49.638,00. Sedangkan untuk upah riilnya malah mengalami penurunan sebesar 0,45 persen.

Sedangkan untuk upah nominal harian buruh bangunan (tukang bukan mandor) pada Mei 2017, BPS mencatat kenaikannya sebesar 0,26 dari bulan sebelumnya. Untuk upah nominal tersebut naik menjadi Rp83.958,00 per hari, dari yang sebelumnya Rp83.740,00. Sama halnya dengan upah riil buruh tani, upah riil buruh bangunan juga mengalami penurunan, yakni sebesar 0,13 persen.

“Di saat garis kemiskinan semakin tinggi, tetapi upah buruh tetap stagnan. Untuk itu konsekuensinya, kalau semakin tinggi garisnya maka makin susah juga mengejar angka kemiskinan,” jelas Sairi.

Baca juga artikel terkait BPS atau tulisan lainnya dari Damianus Andreas

tirto.id - Ekonomi
Reporter: Damianus Andreas
Penulis: Damianus Andreas
Editor: Alexander Haryanto