Menuju konten utama

BPS: Neraca Dagang Juli 2019 Tekor 63,5 Juta dolar AS

BPS merilis perkembangan ekspor-impor Indonesia pada Juli 2019 mengalami defist sebesar 63,5 juta dolar AS.

Kapal tunda melintas di Pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta, Rabu (14/8/2019). BPS mencatat, neraca perdagangan Indonesia pada Juli masih mengalami defist sebesar 63,5 juta dolar AS. ANTARA FOTO/Aditya Pradana Putra/wsj.

tirto.id - Badan Pusat Statistik (BPS) merilis perkembangan ekspor-impor Indonesia pada Juli 2019. Dari data yang diperoleh, ekspor menunjukkan kenaikan sementara impor menurun dibandingkan posisi Juli tahun sebelumnya.

Meski demikian, neraca perdagangan Indonesia masih mengalami defist sebesar 63,5 juta dolar AS lantaran nilai impor jauh lebih tinggi ketimbang ekspor. Pada bulan lalu, nilai ekspor Indonesia tercatat sebesar 15,45 miliar dolar AS sementara impornya 15,51 miliar dolar AS.

Meski demikian, kinerja perdagangan bulan lalu masih jauh lebih baik ketimbang Juli 2018 yang mencatat defisit sampai 2,03 miliar dolar AS.

Sementara secara akumulasi, neraca perdagangan sepanjang Januari-Juli 2019 baru defisit 1,9 miliar dolar AS.

Secara garis besar, menurut data BPS, tekornya neraca dagang RI di bulan Juli 2019 disebabkan oleh perdagangan migas yang mengalami defisit hingga 142,4 miliar dolar AS. Sedangkan perdagangan non-migas hanya bisa surplus 78,9 miliar dolar AS.

Posisi neraca migas sendiri masih tetekan perdagangan minyak mentah dan hasil minyak yang masing-masing defisit sebesar 304,4 miliar dolar AS dan 687,2 miliar dolar AS. Sementara migas, masih konsisten mencetak surplus, yakni 849,2 miliar dolar AS di bulan lalu.

Surplus neraca non-migas secara tahunan juga terpangkas lantaran menurunnya nilai ekspor dari 14,86 miliar dolar pada Juli 2018 menjadi 13,84 miliar dolar AS. Hal ini disebabkan oleh penurunan harga serta berkurangnya impor ke beberapa negara.

"Beberapa komoditas mengalami peningkatan harga beberapa di antaranya adalah emas. Nikel juga naik, perak, kernel, aluminium dan tembaga," ucap kepala BPS Suharyanto di kantornya, Kamis (15/9/8/2019).

Sebaliknya, ada pula komoditas andalan, tetapi mengalami penurunan nilai yang tajam.

"Antara lain karet, kemudian sawit di mana kontribusi ekspornya 10,4 persen," imbuhnya.

Nilai impor sendiri sudah relatif turun dari 15,63 miliar dolar AS pada Juli tahun lalu menjadi 13,76 miliar dolar AS pada Juli tahun ini.

Baca juga artikel terkait NERACA PERDAGANGAN INDONESIA atau tulisan lainnya dari Hendra Friana

tirto.id - Ekonomi
Reporter: Hendra Friana
Penulis: Hendra Friana
Editor: Dewi Adhitya S. Koesno