Menuju konten utama

BPS: Indonesia Impor Beras Pecah 284 Ribu Ton hingga November

BPS mencatat impor beras yang dilakukan Indonesia didominasi beras jenis broken rice atau beras pecah sebanyak 284,50 ribu ton.

BPS: Indonesia Impor Beras Pecah 284 Ribu Ton hingga November
Calon pembeli melihat berbagai jenis beras di Pasar Induk Beras Cipinang (PIBC), Jatinegara, Jakarta, Senin (7/11/2022). ANTARA FOTO/Galih Pradipta/wsj.

tirto.id - Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat impor beras yang dilakukan Indonesia didominasi beras jenis broken rice atau beras pecah sebanyak 284,50 ribu ton. Angka tersebut sekitar 87,15 persen dari total impor beras pada Januari-November 2022.

"Khusus untuk komoditas beras, pada Januari-November 2022 impor beras kita sebanyak 326,45 ribu ton yang didominasi oleh broken rice, other than of a kind used for animal feed dengan kode HS 10064090," kata Deputi Statistik Produksi M Hanibullah dikutip Antara, Jakarta, Kamis (15/12/2022).

Menurut catatan BPS, impor beras terbesar kedua yakni berjenis glotinous rice atau beras ketan sebanyak 26,23 ribu ton atau 8,03 persen dari total impor beras. Jenis beras lainnya yang diimpor pada periode tersebut di antaranya other fragrant rice, basmati rice, dan hom mali rice.

Habibullah memaparkan, impor beras terbesar sepanjang 11 bulan pertama di tahun ini berasal dari India dengan volume 157,97 ribu ton atau mencakup 48,49 persen dari total impor beras.

Selanjutnya yakni Pakistan, di mana Indonesia mengimpor 68,72 ribu ton beras asal Pakistan atau 21,05 persen dari total impor beras.

Impor beras juga dilakukan dari negara tetangga Thailand sebanyak 51,58 ribu ton atau 15,80 persen dari total impor. Sedangkan 13,58 persen impor beras berasal dan dari Vietnam sebanyak 44,34 ribu ton.

Habibullah menyampaikan untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri, Indonesia masih perlu mengimpor beberapa komoditas pangan strategis seperti gandum, kedelai, beras, bawang putih, dan daging jenis lembu.

Baca juga artikel terkait IMPOR BERAS

tirto.id - Ekonomi
Sumber: Antara
Editor: Anggun P Situmorang