Menuju konten utama

BPS Catat Ekspor Migas dan Tambang Turun di November 2017

Dibandingkan periode yang sama di 2016, nilai ekspor Indonesia pada Januari-November 2017 sendiri meningkat 17,16 persen atau mencapai 153,90 miliar dolar AS.

BPS Catat Ekspor Migas dan Tambang Turun di November 2017
Suasana aktivitas bongkar muat di Pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta, Kamis (16/11/2017). ANTARA FOTO/Muhammad Adimaja

tirto.id - Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat ekspor minyak dan gas (migas) pada November 2017 mengalami penurunan sebesar 14,22 persen dari 1.480,8 juta dolar AS menjadi 1.270,2 juta dolar AS.

Adapun merosotnya angka tersebut dipengaruhi oleh penurunan ekspor minyak mentah hingga 12,38 persen menjadi 437,5 juta dolar AS dan ekspor hasil minyak yang juga turun 19,60 persen menjadi 119,5 juta dolar AS. BPS pun mencatat ekspor gas turut mengalami penurunan sebanyak 14,37 persen menjadi 713,2 juta dolar AS.

“Dari Oktober ke November 2017, ekspor migas kita turun 14,22 persen, sedangkan ekspor nonmigas tumbuh 1,82 persen,” ucap Kepala BPS Suhariyanto dalam jumpa pers di kantornya pada Jumat (15/12/2017).

Lebih lanjut, volume ekspor migas pada November 2017 terhadap Oktober 2017 untuk minyak mentah turun 15,71 persen dan untuk gas turun 14,92 persen. Kendati demikian, hasil minyak tercatat mengalami kenaikan sebesar 0,22 persen.

Tak hanya migas, penurunan ekspor pada bulan lalu juga dialami industri tambang. Suhariyanto mengatakan kalau penurunan untuk industri tersebut terjadi cukup tajam, yakni sebesar 8,09 persen.

Pola ini berbeda dibanding bulan sebelumnya. Ekspor tambang kini mengalami pertumbuhan yang negatif,” kata Suhariyanto.

Sayangnya, Suhariyanto tidak menjelaskan secara rinci faktor yang memengaruhi turunnya ekspor migas maupun tambang. Untuk di industri tambang, Suhariyanto menilai kalau penurunan bisa dipahami mengingat kenaikan ekspor tambang pada Oktober 2017 sudah relatif tinggi, yakni mencapai 11,95 persen.

“Apa karena stok di sana, saya nggak tahu persis. Tapi bisa jadi di sana masih tercukupi dari ekspor kita di Oktober 2017,” ujar Suhariyanto.

Secara keseluruhan, nilai ekspor Indonesia pada November 2017 mencapai 15,28 miliar dolar AS. Perolehan angka tersebut meningkat 0,26 persen dibanding ekspor pada Oktober 2017 sedangkan apabila dibandingkan dengan pencapaian di November 2016, ada peningkatan sebesar 13,18 persen.

Suhariyanto mengklaim tipisnya pertumbuhan ekspor pada November 2017 terhadap Oktober 2017 dipengaruhi oleh harga sejumlah komoditas nonmigas dalam dua bulan terakhir.

“Ada beberapa komoditas yang harganya naik, seperti minyak kernel, nikel, dan cokelat, dan ada beberapa komoditas yang mengalami penurunan [harga], seperti karet, timah, batu bara, dan minyak kelapa sawit,” ungkap Suhariyanto.

Masih dalam kesempatan yang sama, Suhariyanto juga menyatakan bahwa ekspor pada bijih, kerak, dan abu logam mengalami penurunan terbesar hingga 133,5 juta dolar AS (setara dengan 28,55 persen). Sementara itu, peningkatan terbesar terjadi pada lemak dan minyak hewan/nabati senilai 152,3 juta dolar AS (8,04 persen).

Nilai ekspor Indonesia pada Januari-November 2017 sendiri meningkat 17,16 persen (mencapai 153,90 miliar dolar AS) dibandingkan periode yang sama di 2016. Sedangkan untuk ekspor nonmigas sendiri, tercatat meningkat 16,89 persen (mencapai 139,68 miliar dolar AS).

“Secara kumulatif, seluruh sektor mengalami peningkatan. Sektor pertambangan naik paling tinggi, yakni 34,38 persen,” ujar Suhariyanto.

Baca juga artikel terkait MIGAS atau tulisan lainnya dari Damianus Andreas

tirto.id - Bisnis
Reporter: Damianus Andreas
Penulis: Damianus Andreas
Editor: Yuliana Ratnasari