Menuju konten utama

BPPTKG: Guguran Lava Pijar Merapi 300 Meter Itu Fenomena Biasa

BPPTKG menyatakan guguran lava pijar Gunung Merapi sejauh 300 meter yang terlihat pada Minggu (16/12/2018) malam termasuk fenomena biasa.

BPPTKG: Guguran Lava Pijar Merapi 300 Meter Itu Fenomena Biasa
Asap solfatara keluar dari kubah lava Gunung Merapi terlihat dari Balerante, Klaten, Jawa Tengah, Kamis (29/11/2018). ANTARA FOTO/Hendra Nurdiyansyah/aww.

tirto.id - Balai Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kebencanaan Geologi (BPPTKG) menyebut guguran lava pijar Gunung Merapi yang terlihat pada Minggu (16/12/2018) malam merupakan fenomena biasa yang terjadi saat pertumbuhan kubah lava baru.

Kepala BPPTKG Hanik Humaida menyatakan guguran lava sudah terjadi sejak 22 Agustus 2018 lalu. Dalam pengamatannya terbaru, guguran lava pijar yang terlihat pada Minggu pukul 19.08 WIB itu menuju arah selatan Kali Gendol.

"Jaraknya [luncuran lava pijar] 300 meter ke arah selatannya arah Kali Gendol. Sebenarnya itu sudah terjadi sejak lama, tapi arahnya ke dalam kawah dominannya ke arah barat laut," katanya saat dikonfirmasi Tirto melalui telepon, Senin (17/12/2018).

Ia pun menegaskan bahwa peristiwa tersebut merupakan fenomena yang biasa terjadi di tengah pertumbuhan kubah lava baru.

"Kubah ini masih terus tumbuh, kan kalau dari bawah ada yang tumbuh maka yang di atas terjadi guguran," jelasnya.

Dia melanjutkan, saat ini volume kubah lava baru sekitar 350.000 meter kubik atau sekitar 2.000-3.000 meter kubik per hari. Padahal volume atau daya tampung ke seluruh kubah lava mencapai 10 juta meter kubik.

"Belum ada bahaya ke masyarakat, jarak luncur guguran ini cuma 300 meter. Cuma tetap hati-hati ikuti rekomendasi kami 3 kilometer dari puncak untuk tidak terjadi aktifitas," kata Hanik.

Hal yang sama juga terkait dengan kegiatan wisata di sekitar lereng gunung Merapi, ia merekomendasikan kegiatan aman yakni pada jarak 3 kilometer dari puncak.

Hanik menyarankan untuk sementara kegiatan pendakian lebih baik tidak dilakukan. "Pendakian sampai saat ini belum direkomendasikan," ujarnya.

Di sisi lain, pihaknya juga mengimbau kepada masyarakat untuk selalu mengikuti informasi dari BPPTKG. Ia menegaskan bahwa sampai saat ini belum ada material dari Gunung Merapi yang menuju ke arah Kali Gendol, sehingga belum ada potensi lahar dingin.

"Sekali lagi kami ingatkan bahwa pertumbuhan kubah lava Merapi adalah 20.000 per hari, [sementara saat] ini hanya 3.000. Bahkan 2006 sampai ratusan ribu meter kubik," kata dia.

Sebelumnya, Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Ignasius Jonan menyebut hingga awal Januari 2019 diperkirakan tidak ada erupsi yang besar pada Gunung Merapi. Namun erupsi-erupsi kecil diperkirakan masih tetap akan terjadi.

"Potensi mungkin sampai awal Januari 2019 untuk adanya erupsi besar itu sepertinya enggak. Kalau toh ada itu hanya guguran lava. Jadi muntah saja, muntah dari kawah yang agak penuh," kata Jonan saat saat meninjau Pos Pengamatan Gunung Merapi (PGM) Kaliurang Yogyakarta, Rabu (12/12/2018) lalu.

Hingga saat ini menurut Jonan pertumbuhan lava perhari mencapai sekitar 3.400 meter kubik, sedangkan volume kubah lava mencapai 357.000 meter kubik.

"Jadi suatu saat [lava] ya tumpah. Karena ada sudetan, tumpahannya itu ke arah tenggara, ke arah Kali Gendol. Kalau untuk meletus besar, dari analisa kami, dari sejarah letusan sebelumnya, mestinya enggak," jelasnya.

Baca juga artikel terkait GUNUNG MERAPI atau tulisan lainnya dari Irwan Syambudi

tirto.id - Sosial budaya
Reporter: Irwan Syambudi
Penulis: Irwan Syambudi
Editor: Dewi Adhitya S. Koesno