Menuju konten utama
14 Januari 2016

Bom Thamrin, Teror yang Disiapkan dari Penjara

Aksi teror di Thamrin, direbut polisi dan warganet. Kecemasan berubah ke “polisi ganteng” dan meme merisak teroris.

Bom Thamrin, Teror yang Disiapkan dari Penjara
Ilustrasi Bom Thamrin. tirto.id/Deadnauval

tirto.id - Saat hari mulai beranjak siang, di antara keriuhan lalu lalang kendaraan di Jalan MH Thamrin, Jakarta Pusat bunyi ledakan menggelegar yang bersumber dari dekat meja kasir kafe Starbucks, Gedung Skyline. Seketika, kaca depan dan plafon tempat itu hancur dari kejadian pukul 10.40, Kamis (14/1/2016) Siang.

Aiptu Denny Maheu salah satu yang mendengar ledakan saat sedang bertugas menilang seorang pengendara motor. Ia pun bergegas masuk ke dalam Pos Polisi Sarinah untuk melayangkan laporan. Selang lima menit dari ledakan pertama, seorang pelaku teror meledakkan tas berisi bom dalam kemasan gas elpiji melon 3 kilogram ke dalam Pos Polisi.

Tiga orang, termasuk Denny tergeletak di dekat Pos Polisi dengan tubuh bersimbah darah dan berasap. Usai kejadian, perempatan MH Thamrin ditutup. Warga berkerumun tak jauh dari Pos Polisi. Dua pelaku yang turut membaur, menembaki warga secara acak dengan senjata api rakitan yang sudah berkarat, saat kejadian pada pukul 10.52. Satu polisi ditembak di punggung dari jarak dekat, satu pekerja Bangkok Bank ditembak di bagian kepala.

Kemudian ledakan ketiga terjadi pada pukul 10.56 di tengah Jalan Thamrin, depan Gedung Skyline. Suara ledakan itu berasal dari granat rakitan pelaku teror. Di lokasi yang sama, terdengar suara ledakan keempat pukul 10.59 yang juga berasal dari granat rakitan.

Di halaman parkir Starbucks dan Burger King, dua teroris meledakkan satu bom pipa besi dan granat rakitan pada pukul 11.05.

Beberapa barang bukti yang ditemukan di lokasi kejadian: dua buah serpihan accu 12 volt merk GS warna hitam, dua buah saklar tipe geser warna putih, 22 butir peluru berukuran 22 milimeter, lebih dari 446 buah sekrup diameter 1 sentimeter, dan lebih dari 114 paku berukuran 5 sentimeter.

Kejadian mengerikan ini membuat status Jakarta yang awalnya dinyatakan waspada sejak menjelang tahun baru 2016, langsung dinaikkan menjadi siaga I oleh TNI dan Polri.

Para pelaku tindakan teror keji adalah Sunakim alias Afif, komandan lapangan yang pernah divonis 7 tahun penjara karena kasus pelatihan militer di Pegunungan Desa Jalin, Jantho, Aceh Besar pada tahun 2010. Ia melempar granat rakitan.

Selain itu ada Dian Joni Kurniadi yang bertugas melempar bom ke Pos Polisi Thamrin. Kemudian Muhammad Ali, pernah dipenjara karena kasus merampok Bank CIMB Niaga di Medan untuk mendanai teroris pada 2010. Ali bertugas melempar granat. Sedangkan pelaku yang meledakkan bom bunuh diri pertama ialah Ahmad Muhazin.

Aksi ini sudah disiapkan cukup matang, tiga pelaku menyewa kamar kos seluas 3x5 meter di tempat yang sama seharga Rp300 ribu per bulan. Di kamar kos daerah Meruya Utara, Jakarta Barat ketiganya, ditemukan satu buah gawai, Al Quran bersampul cokelat, siwak, kacamata hitam, serta satu buku bertuliskan “jihad”. Satu pelaku lainnya tinggal di dekat kamar kos itu.

Serangan itu meniru tindakan ISIS di enam wilayah Paris pada 13 hingga 14 November 2015 yang menjatuhkan korban 130 tewas dan 494 orang luka-luka.

Sampa Kundu, asisten peneliti di Institute for Defence Studies and Analyses (IDSA) mengatakan, serangan di Thamrin, Jakarta Pusat jauh berbeda dengan aksi teror sebelumnya. Alasannya karena, pertama dilakukan teroris yang berbaiat dengan ISIS. Kedua, para pelaku tak hanya menggunakan bom, melainkan granat dan senjata rakitan juga.

Respons Warganet Tak Takut

Polisi mengambil alih panggung teroris dengan pakaian dan tingkah nyentrik. Sepatu bermerek Gucci dan Adidas, tas merek Coach, dan rambut klimis para polisi memicu tagar #PolisiGantengSarinah di sosial media. Salah yang meroket namanya saat itu ialah, Krishna Murti, seorang polisi berpangkat Kombes yang kala itu menjadi Direktur Reskrimum Polda Metro Jaya.

Sepanjang Kamis (14/1/2015) pukul 10.00 hingga Jumat (15/1/2015) pukul 09.00 WIB, pencarian kata kunci 'Polisi Ganteng Sarinah' meningkat. Google Trends mencatat adanya lonjakan pencarian signifikan, yakni sebesar 130 persen, disusul kata kunci 'Polisi Ganteng Bom Sarinah'. Kata kunci 'Meme Lucu Bom Sarinah' juga meningkat. Saat itu memang ramai meme yang isinya mengolok-olok teroris.

Tagar #KamiTidakTakut di sosial media juga berseliweran. Muhammad Yunus, seorang pengemudi Gojek juga jadi sosok yang mencuat, ia berhasil menyelamatkan salah satu korban bom, Anggun Kartika Sari.

Usai kejadian, warga berbondong-bondong menonton peristiwa itu hingga malam hari. Bahkan ada yang rela berjalan kaki hanya untuk foto-foto di sekitar lokasi kejadian. Polisi berkali-kali meminta warga menjauh dari lokasi kejadian yang memakan korban 34 orang: 26 korban luka-luka, serta 8 korban meninggal dunia.

"Setelah bom, jalan ini tetap ramai dan rumah makan tetap buka," kata David wisatawan asal Swiss untuk liburan selama tiga hari di Jakarta saat ditemui di kawasan Jalan Jaksa, Jakarta Pusat, Kamis malam.

Otak Dalam Penjara

Oman Rochman alias Aman Abdurrahman dan Iwan Darmawan Muntho alias Rois menjadi otak pagelaran teror di objek vital negara, Thamrin. Berdasarkan Putusan PN Jakarta Selatan Nomor 140/Pid.Sus/2018/PN.Jkt.Sel, mereka merencanakan dan menggerakkan teror saat keduanya menjadi tahanan Lapas Kembang Kuning, Nusakambangan, Cilacap.

Pada 2009, Aman divonis 9 tahun penjara. Ia terlibat dalam pelatihan militer teroris di Aceh. Sedangkan Rois, narapidana mati dalam kasus bom di Kedutaan Besar Australia di Kuningan, Jakarta, yang dikenal sebagai kasus bom Kuningan. Aman bertugas menyampaikan doktrin, sedangkan Rois menyusun strategi.

Pada 2014, ramai deklarasi Khilafah Islamiyah atau Islamic State of Iraq and Syiria (ISIS) di Suriah. ISIS dinyatakan sebagai organisasi teroris melalui Resolusi Dewan Keamanan PBB Nomor 2170, pada 15 Agustus 2014. Namun, Aman justru membaiat beberapa tahanan dan orang-orang yang menjenguknya untuk mendukung ISIS.

Baiat itu adalah ikatan untuk mematuhi seruan Al Bagdadi, “Berhijrah ke bumi Syam apabila mampu, namun apabila tidak mampu berjihad lah kalian di negeri masing-masing.”

Infografik Mozaik teror Thamrin

Infografik Mozaik teror Thamrin

Setelah itu Aman membentuk Jamaah Anshor Daulah (JAD) dari dalam penjara. Ia juga mengisi pengajian jarak jauh melalui teleconference/video call. JAD resmi membentuk struktur nasionalnya pada November 2015 di Malang, Jawa Timur.

Usai JAD terbentuk, pada November 2015 itu, Saiful Munthohir alias Abu Gar mengunjungi Aman. Aman membisikkan padanya:

“Ada perintah dari umaroh dari Suriah untuk melaksanakan amaliah jihad seperti yang terjadi di Paris, Perancis. Teknis dan pelaksanaannya nanti akan disampaikan oleh Rois.”

Rois telah menyiapkan dana Rp200 juta untuk serangan di Jalan Thamrin. Ia secara intensif berkomunikasi dengan JAD melalui aplikasi Telegram untuk mencari calon pengantin bom Thamrin dan strategi teror. Sasaran awal yang dituju ialah Jalan Sabang, Jakarta.

Di Malang, JAD menggelar pelatihan ala militer. Mereka dilatih menjadi mesin pembunuh dalam jarak dekat. Mulai dari taktik perang seperti rolling, merayap, jalan merunduk, penyamaran, mengenali peluru dan senjata api, hingga rute penyerangan.

Aman divonis hukuman mati atas teror bom dan penembakan di Thamrin, bom di Kampung Melayu, dan Peledakan Bom di Gereja HKBP Aikomene Samarinda. Delapan buku dan lima lembaran kertas Aman yaitu buku At Thoriq As Shawi hingga Kumpulan Fiqih disita untuk dimusnahkan. Nama Aman juga sempat mencuat saat insiden penyanderaan Mako Brimob 2017 lalu.

Baca juga artikel terkait BOM THAMRIN atau tulisan lainnya dari Dieqy Hasbi Widhana

tirto.id - Sosial budaya
Penulis: Dieqy Hasbi Widhana
Editor: Suhendra