Menuju konten utama

Bom Polrestabes Medan & Rentetan Teror yang Menyasar Polisi 2019

Sepanjang tahun 2019, terdapat tiga kasus penyerangan yang menargetkan markas polisi.

Bom Polrestabes Medan & Rentetan Teror yang Menyasar Polisi 2019
Polisi berjaga pascabom bunuh diri di Mapolrestabes Medan, Sumut, Rabu (13/11/2019). ANTARA FOTO/Irsan Mulyadi/aww.

tirto.id - Bom bunuh diri meledak di Polrestabes Medan, Rabu (13/11/2019). Peristiwa yang terjadi pada pukul 08.45 tersebut, mengakibatkan seorang pelaku bom bunuh diri tewas dan enam orang mengalami luka ringan. Saat melakukan aksinya, pelaku mengenakan jaket ojek online.

Serangan teror yang menargetkan personil polisi tak hanya terjadi kali ini saja. Dalam satu tahun ini, berdasarkan penelusuran Tirto, terdapat tiga kali penyerangan terhadap polisi.

Dalam laporan Tirto sebelumnya, Khairul Fahmi, peneliti dari Insitute for Security and Strategic Studies (ISESS) menilai bahwa personel Polri merupakan target utama dari teror. Hal tersebut dibenarkan oleh Ridwan Habibi, peneliti terorisme dari Universitas Indonesia.

Ridwan menyebut, polisi menjadi sasaran karena aksi balas dendam.

“Karena polisi paling banyak menangkap, memenjarakan, membunuh teman-teman (teroris). Sehingga kemudian mereka melakukan semacam balas dendam,” ujar Ridwan saat itu.

Selalu Berasal dari Jaringan JAD

Terduga pelaku Imam Mustofa (31) menyerang anggota Polsek Wonokromo, Surabaya, Sabtu (17/8/2019). Kala itu, pelaku memetakan keadaan lokasi kantor polisi dan personel.

“Sengaja tidak bawa identitas. Kemudian petugas mempersilakan ia kembali lagi sambil bawa identitas,” kata Karopenmas Mabes Polri, Brigjen Pol Dedi Prasetyo di Mabes Polri, Senin (19/8/2019).

Sebelum melakukan penyerangan, pelaku sempat mampir ke pasar untuk membeli pisau, celurit, senjata mainan, ketapel, dan kelereng.

Kejadian di Polsek Wonokromo itu menyebabkan Aiptu Agus Sumarsono terluka, lalu dibawa ke Rumah Sakit RKZ Surabaya.

“Dari buku literasi soal ISIS, bendera ISIS, serta barang bukti yang digunakan untuk menyerang,” ungkap Dedi memaparkan beragam barang bukti.

Mabes Polri pernah mengatakan, jaringan Jamaah Ansahrut Daulah telah memetakan beberapa sasaran aksi terorisme yang akan terjadi pada upacara 17 Agustus. Hanya saja yang diketahui polisi yakni terduga teroris Padang yang menyasar wilayah di Sumatera Barat.

Saat itu, Mabes Polri mengatakan bahwa teroris memetakan Polda Sumatera Barat, Polresta Padang, dan Pos Polisi Lalu Lintas Sebagai target operasi.

Dua bulan sebelum kejadian tersebut, Rofik Asharuddin (22) meledakkan diri di depan pos pantau di simpang Tugu Kartasura, Jawa Tengah, Senin (3/6/2019), sekitar pukul 22.45. Sehari setelah kejadian, Kapolda Jawa Tengah Irjen Rycko Amelza Daniel menyebut ledakan itu merupakan serangan kepada petugas kepolisian.

"Ini serangan kepada petugas polisi dan ini bukan yang pertama. Oleh karena itu, kami mengimbau kepada masyarakat agar tidak khawatir, tetap lanjutkan aktivitasnya. Kami tetap menjamin kelancaran pemudik," Rycko di sela-sela meninjau lokasi ledakan di Sukoharjo, Selasa dini hari (4/6/2019) seperti dilansir Antara.

Korban dari kejadian tersebut hanya pelaku yang terkena bahan peledak di tubuhnya. Sedangkan kondisi Pospam Tugu Kartasura usai ledakan tak terlihat adanya kerusakan.

Rycko mengklaim, kepolisian sebenarnya telah mengantisipasi potensi serangan terorisme di Jawa Tengah, termasuk pada semua tempat penjagaan dan pos layanan kepolisian.

Baca juga artikel terkait BOM MEDAN atau tulisan lainnya dari Widia Primastika

tirto.id - Hukum
Reporter: Widia Primastika
Penulis: Widia Primastika
Editor: Dieqy Hasbi Widhana