Menuju konten utama

Bom Hidrogen yang Lebih Mengerikan dari Bom Atom

Kekuatan bom hidrogen ditaksir dapat menghancurkan seluruh Kota New York.

Bom Hidrogen yang Lebih Mengerikan dari Bom Atom
Efek tes ledakan berbentuk jamur dari 11 megaton termonuklir milik Amerika Serikat pada tahun 1954. FOTO/National Nuclear Security Administration/Nevada Field Office.

tirto.id - Korea Utara kembali menjadi perhatian dunia internasional bahkan memunculkan kekhawatiran banyak negara. Setelah uji coba rudal balistik yang menyebabkan ketegangan dengan Jepang, Korea Utara dikabarkan sedang mengembangkan bom hidrogen canggih dengan kekuatan menghancurkan yang hebat.

Media Korea Utara KCNA merilis foto Kim Jong-un sedang memeriksa sebuah senjata yang diyakini merupakan bom hidrogen atau termonuklir. Beberapa hari lalu juga terjadi guncangan 6,3 skala richter di Korea Utara yang diduga berasal dari uji coba nuklir ke-6 Korea Utara.

Baca juga: BMKG Catat Gelombang Seismik Tak Lazim di Korea Utara

Meski belum ada verifikasi, para ahli mengungkapkan Korea Utara mengalami kemajuan dalam pengembangan senjata nuklir. Tak menutup kemungkinan Kim Jong-un akan melakukan tes termonuklir di masa depan.

Baca juga: Uang yang Dibakar Kim Jong-un Demi Uji Coba Rudal

Kabar pengembangan bom hidrogen ini langsung mendapat kecaman dari dunia internasional. Salah satu berasal dari PBB. Menurut organisasi internasional itu, bom hidrogen Korea Utara dapat menyebabkan ketidakstabilan di kawasan.

“Tindakan ini adalah pelanggaran serius lainnya yang dilakukan DPRK (Democratic People's Republic of Korea) terhadap kewajiban internasional dan merongrong upaya non proliferasi (pengembangan senjata nuklir) dan perlucutan senjata internasional. Aksi ini juga sangat mendestabilisasi keamanan kawasan,” kata juru bicara Sekjen PBB Stephane Dujarric.

Kontroversi soal bom hidrogen ini bukanlah masalah baru. Amerika Serikat adalah negara pertama yang mengembangkan bom hidrogen. Uji coba dilakukan pada 1954 di dekat Kepulauan Marshall. Bom dengan massa 15 megaton itu memiliki kekuatan yang jauh lebih kuat dari bom atom yang dijatuhkan di Hiroshima. Uji coba bom hidrogen terakhir oleh AS dilakukan pada 1992.

Baca juga: Mengapa Sekutu Memilih Hiroshima untuk Dibom

Selain Amerika Serikat, ada juga Inggris, Perancis, Israel, Pakistan, India, Rusia, dan Cina yang terkonfirmasi melakukan uji coba bom hidrogen. Catatan terakhir kali, Israel melakukan uji coba yaitu pada 1970-an. Sedangkan Rusia terakhir kali melakukan uji coba bom hidrogen pada 1991 dan Inggris melakukan uji coba setahun setelahnya. Perancis, Pakistan, dan Cina tercatat melakukan hal sama pada 1996. Sedangkan India terakhir kali melakukan uji coba pada 1998. Kini, setelah 19 tahun, Korea Utara hadir menjadi negara baru sebagai pengembang bom hidrogen, di tengah suara-suara menghentikan penggunaan bom hidrogen yang mematikan.

Baca juga: Badai Sanksi Tak Bikin Jera Korea utara Menembakkan Rudal

Infografik bom hidrogen

Apa itu bom hidrogen? Bom hidrogen biasa disebut dengan bom termonuklir. Bom ini dipercaya sebagai senjata penghancur yang jauh lebih mematikan dibandingkan bom atom. Bom hidrogen menggunakan fusi atau penggabungan atom untuk menghasilkan ledakan, berbeda dengan bom atom reguler yang menggunakan fisi atau pemisahan atom untuk hasilkan ledakan.

Penggabungan beberapa atom (fusi) ini yang menyebabkan ledakan yang jauh lebih besar jika dibandingkan dengan ledakan yang dihasilkan bom atom. Bom hidrogen dapat 1.000 kali lebih kuat jika dibandingkan dengan bom atom yang dijatuhkan Amerika Serikat di Jepang 72 tahun lalu.

Sedangkan bom hidrogen yang dikembangkan Korea Utara menurut ahli menggabungkan proses fisi dan fusi. Tahap pertama atom pada bagian depan akan memicu fisi nuklir lalu pada bagian belakang tahap kedua mulai berlangsung yaitu fusi nuklir.

“Ini berarti ledakan bisa terjadi dua kali lipat dan tiga kali lipat dan karena itulah kekuatannya bagus, bahkan jika ukuran dan beratnya seimbang, jika itu bom hidrogen, kekuatannya bisa puluhan atau ratusan kali lebih besar,” kata Chang Young-keun, ahli roket dari Korea Aerospace University.

Ketika bom hidrogen ditembakkan, lebih dari sepertiga energi yang dilepaskan dalam bentuk panas, cahaya dan beberapa radiasi seperti ultraviolet dan sinar-X. Selain itu, suhu panas yang dihasilkan dari bom hidrogen lebih panas daripada suhu permukaan matahari. Panas yang luar biasa ini mampu melelehkan materi yang berada di pusat ledakan. Selain gelombang panas dan daya ledak yang besar, bom hidrogen juga menghasilkan radiasi tinggi.

Dampak radiasi ini bisa berkaca dari kejadian beberapa dekade lalu. Ratusan ribu penduduk Hiroshima meninggal dunia sebulan setelah ledakan nuklir akibat kanker dan perubahan hormon serta Chromosom karena radiasi nuklir. Sehingga radiasi yang diakibatkan bom hidrogen juga mematikan.

Bom ini juga tergolong lebih canggih dan dapat dibuat sesuai ukuran intercontinental ballistic missile (ICBM) atau rudal balistik antarbenua. Ini artinya bom hidrogen dapat menjangkau wilayah dengan radius lebih dari 10.000 km jika mengacu pada ICBM Korea Utara yang diklaim mampu menjangkau 11.000 km atau bisa menjangkau Amerika Serikat.

“Perangkat semacam bom hidrogen akan mampu menguapkan seluruh kota New York--tidak ada yang akan tetap hidup,” kata Andrei Lankov, Profesor Studi Korea dari Universitas Kookmin di Seoul kepada Al Jazeera.

“Dengan bom atom, Anda hanya bisa membunuh paling banyak separuh dari Manhattan (luas Manhattan hanya sekitar 10 persen dari luas New York).”

Baca juga: Cara Korea Utara Mengakali Embargo PBB

Kemampuan bom hidrogen yang ditaksir sangat dahsyat, tentu ini tak hanya jadi ancaman bagi rival Korea Utara seperti AS. Senjata ini juga menebar ketakutan negara-negara lain. Traktat larangan uji coba nuklir sudah didiskusikan sejak 1990-an. Namun, kesepakatan bersama yaitu Comprehensive Nuclear-Test-Ban Treaty (CTBT) ini masih belum dapat diterapkan karena belum mendapat kesepakatan penuh. Masih ada delapan negara dari Annex II yang belum meratifikasi ketentuan ini antara lain Cina, India, Pakistan, Iran, AS, Korea Utara, Mesir, dan Israel.

Secara regulasi, sudah ada Treaty on the Non-Poliferation of Nuclear Weapon (NPT) yang mengajak negara-negara di dunia untuk meminimalisir penggunaan nuklir dan hanya digunakan untuk tujuan perdamaian misalnya untuk tujuan kesehatan. Agar tujuannya tercapai, traktat ini berada dalam tanggung jawab Badan Energi Atom Internasional (IAEA) untuk melakukan inspeksi ke semua negara.

Namun, berkaca dari beberapa kasus senjata Korea Utara, meski dianggap melanggar aturan internasional, dikecam banyak negara dan diembargo pada berbagai sektor, Kim Jong-un tetap tak mempedulikan tanggapan dunia internasional. Sikap Korea Utara tetap mempertahankan pengembangan bom hidrogen tentu berpotensi membangkitkan negara-negara lain yang jelas-jelas sudah punya pengalaman menguji coba dan memiliki bom hidrogen.

Baca juga artikel terkait KONFLIK KOREA atau tulisan lainnya dari Yantina Debora

tirto.id - Teknologi
Reporter: Yantina Debora
Penulis: Yantina Debora
Editor: Suhendra