Menuju konten utama

Bolehkah Tidur Setelah Makan Sahur di Bulan Puasa Ramadan?

Bolehkah tidur setelah makan sahur di bulan puasa Ramadan? Apakah ada dampaknya bagi kesehatan tubuh?

Bolehkah Tidur Setelah Makan Sahur di Bulan Puasa Ramadan?
Ilustrasi tidur setelah makan sahur. foto/istockphoto

tirto.id - Tidur setelah makan sering dikaitkan dengan bertambahnya berat badan, termasuk persoalan boleh atau tidak orang yang berpuasa tidur setelah makan sahur.

Massachusetts Institute of Technology (MIT) menyebutkan bahwa makan makanan kecil sebelum tidur tidak menyebabkan kenaikan berat badan. Lantas, bolehkah kita tidur setelah makan sahur?

Melansir Sleep Advisor, baik atau buruknya tidur setelah sahur akan bergantung pada banyak faktor. Berikut adalah di antaranya:

1. Jumlah kalori dalam makanan yang masuk

Kalori makanan, baik dikonsumsi siang ataupun malam hari, memiliki jumlah yang sama. Artinya, makan sebelum tidur tidak akan menambah berat badan jika asupan kalori tetap terkontrol.

Sementara itu, penelitian melaporkan bahwa makan akan membuat tidur lebih berkualitas akibat rasa kenyang dan puas setelah makan.

Meski demikian, Healthline menulis bahwa makan sebelum tidur mungkin dapat menumbuhkan kebiasaan yang tidak sehat.

Banyak penelitian menunjukkan bahwa orang yang makan sebelum tidur cenderung akan menambah berat badan.

Hal tersebut disebabkan oleh makanan yang dikonsumsi menjadi lebih banyak sehingga menambah kalori.

Di sisi lain, kebanyakan orang suka mengonsumsi camilan di malam hari saat menonton TV atau menyelesaikan pekerjaan mereka. Tidak mengherankan bahwa kebiasaan ini dapat menyebabkan kenaikan berat badan.

Beberapa orang juga menjadi sangat lapar sebelum tidur karena mereka tidak makan cukup di siang hari.

Rasa lapar yang ekstrem pada malam hari ini dapat menyebabkan siklus makan terlalu banyak sebelum tidur, kemudian menjadi terlalu kenyang untuk makan keesokan paginya.

Hal ini akan terus berulang menjadi rutinitas yang dapat menyebabkan makan berlebih dan penambahan berat badan.

Oleh karena itu, penting untuk memastikan bawah perut sudah kenyang di siang hari.

Masalah dengan makan di malam hari yang membuat berat badan terus naik tidak disebabkan karena metabolisme tubuh yang beralih menyimpan kalori sebagai lemak di malam hari.

Sebaliknya, kenaikan berat badan disebabkan oleh kebiasaan tidak sehat, karena terlalu banyak makan camilan sebelum tidur.

2. Perhatikan apa yang dimakan

Pada umumnya, diyakini bahwa berat badan akan naik apabila makan terlambat. Tetapi sebenarnya, kenaikan berat badan terjadi karena jenis makanan yang dikonsumsi.

Makan camilan berkalori tinggi seperti keripik, permen, atau kue, sebelum tidur akan menyebabkan peningkatan lemak tubuh.

Dikutip Sleep Advisor dari Colombia University, ada baiknya untuk tidak mengonsumsi junk food sebelum tidur. Dengan cara ini akan mengurangi potensi kenaikan berat badan berlebih.

Sementara itu, rasa lapar sebelum tidur dapat diatasi dengan memakan makanan kecil yang dibagi-bagi dalam waktu-waktu tertentu sepanjang hari.

Jika ingin menurunkan berat badan, asupan kalori harus kurang dari pengeluaran kalori. Maka, tidak masalah ketika makan di pagi hari atau larut malam.

3. Makan setidaknya 3 jam sebelum tidur

Makan besar terakhir sebaiknya dilakukan setidaknya 2-3 jam sebelum tidur.

Healthline mewartakan, bagi yang memiliki Gastroesophageal Reflux Disease (GERD), kondisi di mana asam lambung naik hingga tenggorokan, makan sebelum tidur akan memperparah penyakit.

Gejalanya meliputi mulas, sulit menelan, benjolan di tenggorokan atau asma yang memburuk di malam hari.

Makan sebelum tidur dapat membuat gejala lebih buruk. Pasalnya, kondisi perut yang kenyang ketika berbaring akan membuat asam lambung lebih mudah naik ke tenggorokan.

Oleh karena itu, jika memiliki GERD, sebaiknya hindari makan apa pun selama minimal 3 jam sebelum berbaring di tempat tidur.

Baca juga artikel terkait TIDUR SETELAH SAHUR atau tulisan lainnya dari Dinda Silviana Dewi

tirto.id - Kesehatan
Kontributor: Dinda Silviana Dewi
Penulis: Dinda Silviana Dewi
Editor: Dewi Adhitya S. Koesno