Menuju konten utama

Boeing 737 Max 8 Dilarang Terbang, Apa Dampaknya Bagi Maskapai?

Meski jumlah pesawat yang dikandangkan cukup banyak, Lion Air menjamin operasional maskapainya tak terganggu.

Boeing 737 Max 8 Dilarang Terbang, Apa Dampaknya Bagi Maskapai?
Armada Boeing 737 Max 8 milik maskapai Lion Air. FOTO/Lion Air

tirto.id - Lion Air resmi menghentikan sementara pengoperasian (temporary grounded) pesawat jenis Boeing 737 Max 8 sebanyak 10 unit. Langkah ini dilakukan maskapai berlogo singa merah menyikapi surat edaran Ditjen Perhubungan Udara Kementerian Perhubungan yang meminta maskapai menghentikan pengoperasian pesawat buatan perusahaan Amerika Serikat itu.

“Dengan ini Lion Air menyatakan akan menghentikan sementara pengoperasian 10 pesawat Boeing 737 Max 8 sampai dengan waktu yang ditentukan,” ucap Corporate Communications Strategic Lion Air, Danang Mandala dalam keterangan tertulis yang diterima Tirto, Senin (11/3/2019).

Pesawat jenis Boeing 737 Max 8 dilarang terbang sampai inspeksi intensif yang dimulai sejak Selasa (12/3) dinyatakan selesai.

Namun, Danang enggan merinci rute yang dilayani 10 pesawat Boeing 737 Max 8 itu. Ia hanya mengatakan pesawat tersebut melayani rute domestik dan internasional.

Meski jumlah pesawat yang dikandangkan cukup banyak, Danang menjamin operasional maskapai berkode JT ini tidak akan terganggu. Sebab, Lion Air menyiapkan pesawat pengganti untuk seluruh armada yang dilarang terbang tersebut.

Lion Air akan merotasi kesepuluh pesawat itu dengan pesawat jenis 737 800 NG (38 unit), 737 900 ER (70 unit), dan Airbus 330-300 (3 unit). Danang menjamin tak ada pengurangan jumlah penerbangan usai keputusan Kemenhub diberlakukan.

Danang juga memberi jaminan kepada penumpang yang telah memesan tiket untuk penerbangan Selasa (12/3/2019) hingga akhir pekan ini. Mereka akan tetap terlayani penerbangannya.

“Ada pesawat yang akan gantikan. Kalau pengoperasian pesawat itu ada yang posisinya standby sebagai pesawat cadangan. Rutenya normal seperti biasa,” ucap Danang saat dihubungi reporter Tirto, Selasa (12/3/2019).

Ketika ditanya mengenai dampak kebijakan tersebut pada keuangan perusahaan, Danang mengklaim Lion Air telah memperhitungkan hal itu dengan baik. Lion Air akan berupaya meminimalisir dampak pada operasional maskapai.

“Kami sudah ada perhitungan. Berapa-berapanya belum bisa kami beritahukan,” kata dia.

Selain Lion Air, Garuda Indonesia juga tercatat mengoperasikan satu pesawat jenis serupa. Maskapai pelat merah tersebut hanya menggunakan pesawat jenis Boeing 737 Max 8 untuk dua rute internasional, yakni GK-HKG dan CGK-SIN.

Kerugian Tak Terhindarkan

Pengamat penerbangan Alvin Lie menilai kerugian yang dialami maskapai memang tidak dapat dihindarkan.

Namun, kata Alvin, keputusan grounded oleh Kemenhub memang menjadi satu-satunya pilihan yang harus diambil pasca kecelakaan pesawat Ethiopian Air dan Lion Air. Hal itu dilakukan untuk mengembalikan kepercayaan konsumen.

Bila penerbangan pesawat Boeing 737 Max 8 tetap dilanjutkan, Alvin khawatir efek psikologis yang dialami konsumen belum reda. Ia mengatakan hal itu bisa memicu penolakan hingga keributan apabila konsumen dipaksakan menggunakan pesawat jenis serupa.

"Kita tidak boleh mengabaikan aspek psikologis pengguna jasa. Saat ini sudah banyak yang merasa takut mendapat jatah terbang dengan Boeing 737 max 8," ucap Alvin saat dihubungi reporter Tirto, Selasa (12/2/2019).

Keputusan Indonesia dan China menghentikan sementara pengoperasian pesawat jenis Boeing 737 Max 8 kini disusul Singapura. Pagi tadi, Selasa (12/3/2019), Singapura resmi melarang maskapai di negaranya mengoperasikan pesawat jenis serupa.

Singapura bahkan melarang pesawat buatan Amerika Serikat tersebut mendarat di negaranya.

Meski demikian, Alvin optimistis pelarangan terbang Boeing 737 Max 8 ini tak akan berlangsung lama. Ia mendorong agar koordinasi antara pemerintah, pihak Boeing dan maskapai mampu merampungkan audit tersebut.

Alvin menuturkan, persoalan teknis pesawat ini juga sempat dialami jenis lain seperti Airbus 330, Airbus 380 hingga Boeing 787. Namun, pada akhirnya masalah teknis tersebut dapat ditemukan dan diselesaikan.

"Kalau tidak digunakan sama sekali itu terlalu ekstrem ya. Setiap pesawat itu awal pasti ada masalah, tapi setelah diketahui sumber masalahnya dan dilakukan perbaikan sistemik, keandalannya pun terjamin," ujar Alvin.

Baca juga artikel terkait MASKAPAI PENERBANGAN atau tulisan lainnya dari Vincent Fabian Thomas

tirto.id - Ekonomi
Reporter: Vincent Fabian Thomas
Penulis: Vincent Fabian Thomas
Editor: Gilang Ramadhan