Menuju konten utama

BNPT Tak Tahu Sosok Prof Rohan di Pleidoi Aman Abdurrahman

Suhardi Alius mengatakan, pihaknya tidak mengetahui sosok Profesor Rohan dari Singapura yang disebutkan Aman dalam pledoinya.

BNPT Tak Tahu Sosok Prof Rohan di Pleidoi Aman Abdurrahman
Terdakwa kasus dugaan serangan teror bom Thamrin dengan terdakwa Oman Rochman alias Aman Abdurrahman mengikuti sidang yang beragendakan pembacaan replik atau tanggapan dari Jaksa penuntut umum (JPU) atas nota pembelaannya (pleidoi), Rabu (30/5/2018). ANTARA FOTO/Galih Pradipta

tirto.id - Ketua Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT), Suhardi Alius menyatakan, tidak mengetahui sosok Profesor Rohan dari Singapura yang disebutkan terpidana terorisme Aman Abdurrahman dalam pleidoinya di Pengadilan Negeri Jakarta Selatan (PN Jaksel), Jumat (25/5/2018).

"Kami enggak tahu Aman Abdurrahman ketemu sama orang dari Singapura itu," kata Suhardi, dalam rapat dengar pendapat (RDP) dengan Komisi III DPR, di Kompleks DPR, Senayan, Jakarta Pusat, Rabu (30/5/2018).

Pernyataan tersebut disampaikan Suhardi sebagai tanggapan atas Anggota Komisi III, Nasir Djamil yang meragukan sistem deradikalisasi narapidana terorisme di lembaga pemasyarakatan yang dilakukan BNPT.

Nasir menilai, kasus Prof Rohan dengan Aman Abdurrahman sebagai bukti jika pakar yang dipilih BNPT untuk melakukan deradikalisasi tidak memiliki konsep jelas dalam pekerjaannya. Lantaran, menurutnya, orang tersebut tidak memiliki narasi yang tepat untuk menderadikalisasi dengan menawarkan kebebasan kepada Aman.

Tanggapan Suhardi kepada Nasir tersebut kemudian dicecar oleh Wakil Ketua Komisi II, Desmond J Mahesa. Ia mempertanyakan bagaimana bisa seorang asing dapat masuk ke lapas narapidana terorisme kelas kakap tanpa diketahui BNPT.

"Gak jelas ini. Ini catatan kita dan harus dilakukan BNPT. Ada apa dengan Menkumham?", kata Desmond.

Dalam pleidoi yang dibacakan dalam sidang kasus tindak pidana terorisme di ruang sidang utama Prof H. Oemar Seno Adji, PN Jakarta Selatan, Jumat (25/5/2018), Aman Abdurrahman mengaku sempat didatangi seorang profesor bernama Rohan dari Singapura yang mengajaknya berkompromi.

"Prof Rohan berkata, bagaimana kalau pemerintah ini menawarkan kepada Ustad untuk berkompromi dengan pemerintah. Bila Ustad Aman mau berkompromi maka langsung dibebaskan dan bila tidak mau berkompromi maka akan dipenjara akan dipenjara seumur hidup," ucap Aman.

Prof Rohan merupakan tamu yang datang menemui Aman pada tanggal 21 Desember 2017 di sel isolasi Brimob Kelapa Dua. Prof Rohan berasal dari Sri Lanka yang bekerja untuk negara Singapura.

"Dia [Prof Rohan] bekerja untuk negara Singapura dan bekerja sama dengan Pemerintah RI dalam bidang pengkajian gerakan Islam" ucap Aman.

Prof Rohan datang bersama penerjemah dan beberapa perwira pertama dan menengah Densus 88. Prof Rohan mewawancarai Aman sejak pukul 10.30 WIB-17.15 WIB perihal tauhid, syirik hukum dari demokrasi, status pemerintah-pemerintah yang ada, perihal khilafah Islamiyah dan hijrah dan hal-hal yang berkaitan.

"Saya jelaskan dengan apa yang saya pegang selama ini," ucap Aman.

Kemudian pada Jumat, (22/12/2017) Prof Rohan dan rombongan kembali datang disertai tim videografer. Aman kembali diwawancarai dari pukul 10.30 WIB-11.30 WIB sambil direkam dengan kamera video.

"Diwawancarai perihal buku-buku dan rekaman-rekaman kajian yang disebarkan selama di penjara dan di luar penjara dan perihal lainnya," ucap Aman.

Usai wawancara, Prof Rohan meninggalkan Aman dan berjanji akan kembali lagi pada pukul 13.30 WIB.

"Kemudian datang perwira akpol Densus 88 dan anggota dan penerjemah tapi Prof Rohan tidak datang. Kata perwira akpol, Prof Rohan sedang bertemu dengan seorang pejabat tinggi negara dan insyaallah sore datang ke sini," kata Aman.

Perwira itu juga sempat mengatakan kalau video yang tadi direkam akan diperlihatkan kepada Kapolri dan Aman pun mempersilahkannya.

Pada pukul 17.00 WIB Prof Rohan pun datang dan memberikan 3 pertanyaan. Pertama menawarkan kepada dirinya untuk melakukan kompromi dengan iming-iming akan dibebaskan.

"Saya jawab dengan mengatakan saya tidak akan mau berkompromi dengan pemerintah ini. Saya insyaallah akan keluar dari penjara berupa mayat sebagai syahid atau keluar dalam keadaan hidup sebagai pemenang dalam prinsip ini," ujar Aman.

Kedua Aman ditawarkan untuk berjalan-jalan ke banyak museum di Indonesia untuk melihat sejarah Indonesia dan ketiga Aman diajak oleh Prof Rohan untuk makan malam di luar. Aman pun tetap menolak.

"Saya jawab saya tidak mau saya tidak akan keluar dari penjara kecuali berupa mayat sebagai syahid. Saya paham bahwa ajakan nomor 2 dan 3 adalah ranjau yang mencelakakan prinsip saya," ucap Aman.

Prof Rohan pun akhirnya pamit pulang. Aman menilai bahwa apa yang terjadi pada dirinya merupakan bukti bahwa ada nuansa politik dalam kasus yang dialaminya dan pemerintah menurutnya takut jika khilafah akan benar-benar terjadi di dunia.

"Bila saya mau berkompromi dengan pemerintah thagut ini dan menjual agama saya kepada mereka. Intinya adalah nuansa politik pemerintahan ini yang bermain dimana kecemasan semua pemerintahan negara-negara dunia terhadap khilafah Islamiyah yang mengancam singgasana mereka" ucap Aman.

Baca juga artikel terkait SIDANG AMAN ABDURRAHMAN atau tulisan lainnya dari M. Ahsan Ridhoi

tirto.id - Hukum
Reporter: M. Ahsan Ridhoi
Penulis: M. Ahsan Ridhoi
Editor: Yandri Daniel Damaledo