Menuju konten utama

BNPB: 13 Wilayah Jateng Dilanda Banjir Rob dan Gelombang Pasang

BNPB mencatat 221 jiwa mengungsi akibat banjir rob di Jawa Tengah.

BNPB: 13 Wilayah Jateng Dilanda Banjir Rob dan Gelombang Pasang
Sejumlah pekerja pelabuhan mendorong motor mereka yang mogok saat menerobos banjir limpasan air laut ke daratan atau rob yang merendam kawasan Pelabuhan Tanjung Emas, Semarang, Jawa Tengah, Selasa (24/5/2022). ANTARA FOTO/Aji Styawan/wsj.

tirto.id - Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) mencatat sebanyak 13 wilayah kabupaten/kota di sepanjang pesisir Pantai Utara (Pantura) Jawa Tengah dilanda banjir rob dan gelombang pasang sejak Senin (23/5/2022) lalu.

Menurut data per hari Rabu (25/5/2022), wilayah terdampak adalah Kabupaten Brebes, Kabupaten Tegal, Kota Tegal, Kabupaten Pemalang, Kabupaten Pekalongan, Kota Pekalongan, Kabupaten Batang, Kabupaten Kendal, Kota Semarang, Kabupaten Demak, Kabupaten Jepara, Kabupaten Pati dan Kabupaten Rembang.

Kemudian data per 24 Mei 2022, banjir melanda di empat desa di Kabupaten Brebes terdampak banjir rob dengan tinggi muka air 10-20 sentimeter.

Kota Tegal melaporkan empat kelurahan terendam banjir rob hingga ketinggian 45 sentimeter. Sementara itu, satu kelurahan di Kabupaten Tegal dilaporkan terendam banjir rob dengan ketinggian 40-100 sentimeter.

Banjir rob juga dilaporkan merendam wilayah Kota Pekalongan dengan ketinggian muka air antara 10-90 sentimeter.

"Akibat peristiwa itu, sebanyak 221 jiwa terpaksa harus mengungsi," kata kata Abdul Muhari, Plt. Kepala Pusat Data, Informasi dan Komunikasi Kebencanaan BNPB melalui keterangan tertulis, Jumat (27/5/2022).

Muhari mengatakan Kabupaten Pekalongan melaporkan empat desa yang terdampak banjir rob dengan ketinggian 5-40 sentimeter. Berikutnya di Kabupaten Pemalang ada sebanyak delapan desa yang terendam banjir rob dengan ketinggian air 30-100 sentimeter.

Adapun wilayah Kabupaten Batang, banjir rob dengan tinggi muka air hingga 40 sentimeter. Selanjutnya banjir rob dilaporkan berdampak di lima desa dan dua kelurahan yang berada di Kabupaten Kendal.

"Peristiwa itu berdampak pada 1.847 jiwa," ucapnya.

Kemudian di Kota Semarang terjadi banjir rob dengan tinggi muka air hingga lebih dari 1 meter. Peristiwa itu terjadi setelah tanggul jebol karena tidak mampu menampung air laut yang terus naik akibat gelombang tinggi.

Wilayah paling parah terdampak banjir rob adalah di kawasan Lamicitra, termasuk wilayah Bandarharjo, Kebonharjo, Tambak Lorok dan Kemijen yang berbatasan langsung dengan laut Jawa.

Banjir rob juga dilaporkan terjadi di empat desa di Kabupaten Demak. Peristiwa itu telah berdampak pada kurang lebih 10 ribu jiwa. Ketinggian muka air akibat rob tercatat 25-100 sentimeter.

Adapun banjir rob juga melanda wilayah Kabupaten Jepara, meliputi tiga Desa dengan ketinggian 10-20 sentimeter. Kabupaten Pati melaporkan wilayah yang paling banyak terdampak banjir rob sebanyak 25 desa.

Kemudian di Kabupaten Rembang sebanyak sembilan desa yang terdampak, terdiri dari 119 Kepala Keluarga (KK) yang terdampak dan 11 orang warga mengungsi.

Peristiwa banjir rob yang meluas itu menurut Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) disebabkan oleh beberapa faktor salah satunya yakni fenomena perigee, yakni kondisi jarak terdekat bulan dengan bumi.

Pada kondisi ini, orbit bulan berada di dekat bumi dan dapat memengaruhi adanya pasang surut air laut. Adapun faktor lain adalah adanya peningkatan ketinggian gelombang yang terjadi di utara jawa.

Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) dan tim gabungan juga fokus pada pengurangan risiko bencana dan meminimalisir dampak apabila terjadi bencana susulan. Mulai dari membuat penahan gelombang sementara, membersihkan sumbatan sungai hingga menormalisasi muara-muara sungai.

Di samping itu, masing-masing BPBD juga telah mendirikan tenda pengungsian dan posko darurat bencana termasuk dapur umum guna menyuplai kebutuhan pemakanan bagi warga terdampak.

Guna mengantisipasi adanya bencana susulan, BNPB mengimbau kepada seluruh instansi terkait dan masyarakat agar bersama-sama melakukan upaya pengurangan risiko bencana. Upaya seperti pemantauan dan pengelolaan Daerah Aliran Sungai (DAS), pembersihan sampah maupun material lain yang dapat menyumbat aliran air, monitoring kondisi tanggul, jalan dan jembatan di kawasan pesisir. Untuk jangka menengah dan panjang, rehabilitasi ekosistem pesisir seperti mangrove perlu dikedepankan sebagai benteng alam dalam mencegah rob.

Baca juga artikel terkait BANJIR ROB PANTURA atau tulisan lainnya dari Riyan Setiawan

tirto.id - Sosial budaya
Reporter: Riyan Setiawan
Penulis: Riyan Setiawan
Editor: Gilang Ramadhan