Menuju konten utama

BMKG Imbau Warga NTT Waspadai Musim Pancaroba

Pancaroba adalah masa peralihan dari musim kemarau ke musim penghujan atau sebaliknya.

BMKG Imbau Warga NTT Waspadai Musim Pancaroba
Prakiraan cuaca hujan dan berawan. FOTO/istockphoto

tirto.id - Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) mengingatkan masyarakat yang ada di Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT) untuk lebih mewaspadai masa pancaroba di daerah itu, Jumat (29/11/2019).

"Wilayah NTT saat ini memasuki masa pancaroba, di mana kondisi cuaca sangat tidak menentu. Ketika kondisi cuaca sedang cerah bisa terjadi hujan secara tiba-tiba dalam waktu yang singkat dan kembali menjadi cerah, sehingga harus diwaspadai," kata Kepala BMKG Stasiun Meteorologi El Tari, Agung Sudiono Abadi, di Kupang, seperti melansir laman Antara.

Pancaroba adalah masa peralihan dari musim kemarau ke musim penghujan atau sebaliknya.

Ia menjelaskan, hujan yang terjadi pada masa pancaroba ini biasanya disertai petir dan angin kencang.

Kondisi ini disebabkan pada masa pancaroba terdapat peningkatan pertumbuhan awan-awan konveksi. Salah satunya adalah Cumolonimbus (Cb), yang berpotensi menyebabkan terjadinya angin puting beliung.

"Karena sifatnya yang terjadi secara mendadak dan dalam waktu yang sangat singkat, maka harus diwaspadai," katanya.

Mengenai upaya, dia mengatakan, yang dapat dilakukan dalam mengurangi risiko bencana antara lain memangkas dahan pohon yang terlalu besar dari pohon yang terlalu rimbun dan rapuh untuk mengurangi beban.

Kemudian, memerhatikan atap rumah sekitar, jika ada atap dari rumah yang tidak permanen, usahakan untuk menghindari melewatinya di kala hujan, dan cuaca berangin karena atap rumah seperti ini mudah terhempas saat angin kencang.

Selanjutnya, waspada saat keadaan langit cerah, tetapi terdapat awan yang tiba-tiba gelap dan menghindari daerah di bawah awan gelap.

Di samping itu, segera berlindung atau menjauh dari lokasi kejadian, karena peristiwa fenomena tersebut sangat cepat.

Upaya jangka panjang adalah mengganti pohon di pinggir jalan yang berakar tunggang dengan pohon yang berakar serabut, pungkas Agung Sudiono Abadi.

Baca juga artikel terkait BMKG atau tulisan lainnya dari Nur Hidayah Perwitasari

tirto.id - Sosial budaya
Penulis: Nur Hidayah Perwitasari
Editor: Agung DH