Menuju konten utama

BMKG: Cuaca Ekstrem Landa Indonesia Pekan Ini Sampai 3 Februari

Cuaca ekstrem yang diperkirakan akan melanda sebagian wilayah Indonesia pekan ini dipicu oleh aliran udara dingin dari daratan Asia, Samudera Pasifik dan Samudera Hindia ke arah bumi bagian selatan.

BMKG: Cuaca Ekstrem Landa Indonesia Pekan Ini Sampai 3 Februari
Petugas BMKG mengamati arah angin melalui monitor di kantor BMKG Banyuwangi, Jawa Timur, Rabu (29/11/2017). ANTARA FOTO/Budi Candra Setya.

tirto.id - Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) memprediksi cuaca ekstrem berupa hujan dengan intensitas sedang hingga lebat masih akan melanda sebagian wilayah Indonesia dalam sepekan ini, atau sejak 29 Januari-3 Februari 2018.

Kepala BMKG Dwikorita Karnawati menjelaskan kondisi itu terjadi sebab saat ini matahari berada di belahan bumi selatan. Akibatnya, suhu udara di belahan bumi selatan lebih tinggi daripada belahan bumi utara.

“Kondisi ini mengakibatkan adanya tekanan rendah di belahan bumi selatan, sehingga terjadi aliran udara dingin dari belahan bumi utara, tepatnya dari daratan Asia, lalu Samudera Pasifik di sekitar Filipina, atau bagian utara-barat pasifik, serta aliran udara dingin dari arah Samudera Hindia,” kata Dwikorita seperti dilansir laman BMKG.

Aliran udara tersebut menuju belahan bumi selatan, tepatnya ke arah Australia. Hal ini menyebabkan wilayah Indonesia bagian barat dan selatan dilalui oleh aliran udara dingin dari daratan Asia, Samudera Hindia bagian barat, dan Samudera Pasifik di sekitar Filipina.

Menurut Dwikorita, situasi ini memicu potensi hujan dan angin dengan kecepatan tinggi di belasan provinsi. Berdasar data BMKG, belasan provinsi itu ialah Aceh, Jambi, Kepulauan Bangka Belitung, Lampung, Banten, Jawa Barat, Jawa Tengah dan DI Yogyakarta. Selain itu, Bali, NTB, NTT, Kalimantan Barat, Kalimantan Tengah, Sulawesi Tengah, Sulawesi selatan, Papua Barat, dan Papua.

Dwikorita menambahkan aliran udara dingin ke arah wilayah Indonesia juga membawa uap air, baik dari Samudera Pasifik maupun Samudera Hindia bagian barat. Karena itu ada peningkatan potensi hujan lebat disertai angin kencang dengan kecepatan 25 knot (36 km/jam) hingga 35 knot (70 km/jam) di belasan provinsi itu.

Selain itu, BMKG memprediksi, dalam sepekan ke depan, juga terjadi gelombang tinggi di Laut Jawa, Samudera Hindia Selatan Pulau Jawa, Selat Sunda, Perairan Utara Jawa Tengah, Perairan Utara NTB hingga NTT, serta Pesisir Utara Pulau Jawa.

Potensi gelombang setinggi 4-6 meter diperkirakan terjadi di Samudera Hindia Selatan Jawa hingga NTT, Perairan Selatan Pulau Sumba-Sawu-Rote-Laut Timor dan Laut Arafuru. Sementara gelombang setinggi 2,5-4 meter kemungkinan akan terjadi di Perairan Enggano, Barat Lampung, Selat Sunda Bagian Selatan, Laut Selatan Jawa, Kepulauan Sermata-Leti dan Kepulauan Babar-Tanimbar.

Karena potensi cuaca ekstrem itu, BMKG mengimbau masyarakat menunda aktivitas penangkapan ikan secara tradisional hingga gelombang tinggi mereda. Hujan lebat disertai angin kencang diperkirakan akan berbahaya bagi kapal berukuran kecil.

BMKG juga meminta masyarakat mewaspadai potensi genangan, banjir maupun longsor sekaligus bahaya pohon atau baliho tumbang. Selain itu, masyarakat di sebagian pesisir juga perlu mengantisipasi kemungkinan banjir rob akibat datangnya gelombang tinggi.

Gerhana Bulan Super Blue Blood Moon Pengaruhi Gelombang Laut

Gerhana bulan total langka akan bisa diamati di Indonesia pada pekan ini, yakni Rabu, 31 Januari 2018. Gerhana ini muncul saat bulan berada dalam konfigurasi supermoon dan blue moon. Kejadian serupa, menurut catatan BMKG, pernah terjadi di Indonesia pada akhir 1982 silam.

Supermoon terjadi ketika bulan berada dalam jarak terdekatnya dengan Bumi di masa purnama. Ini menyebabkan ukuran bulan purnama terlihat 14 persen lebih besar dan 30 persen lebih terang dari biasanya. Supermoon 31 Januari 2018 merupakan bulan purnama yang kedua kalinya di bulan ini, karena itu disebut blue moon. Super blue moon kali ini spektakuler karena terjadi selama gerhana bulan total. Artinya, bulan akan tampak kemerahan seperti tembaga sehingga diberi julukan blood moon.

Kepala BMKG, Dwikorita Karnawati mencatat sejumlah titik lokasi terbaik untuk mengamati gerhana bulan total ini, pada 31 Januari 2018, adalah Observatorium Boscha (Lembang), Pulau Seribu, Ancol, Taman Mini Indonesia Indah, Planetarium, Museum Fatahilah, Kampung Betawi, Satu Babakan, serta Bukit Tinggi. Masyarakat dapat mengamati puncak Gerhana Bulan Total ini pada Pukul 20:29:8 WIB; Pukul 21:29:8 WITA; dan Pukul 22:29:8 WIT.

Meskipun fenomena ini terbilang langka dan menarik untuk diamati, BMKG memprediksi fenomena ini bisa memicu pasang tinggi gelombang laut maksimum hingga 1,5 meter karena adanya gravitasi bulan dengan matahari. Gerhana ini juga dapat mengakibatkan pasang surut paling minimum mencapai -100 sampai -110 cm.

Dwikorita mengatakan bahwa tinggi pasang maksimum ini bisa mengaggu aktivitas transportasi di sekitar pelabuhan dan pesisir, kegiatan petani garam dan perikanan darat, serta bongkar muat di Pelabuhan.

BMKG memperkirakan dampak gerhana ini terhadap gelombang laut akan terlihat pada 30 Januari sampai 1 Februari 2018. Sejumlah pesisir yang terdampak berada di Sumatera Utara, Sumatera Barat, selatan Lampung, utara Jakarta, utara Jawa Tengah, utara Jawa Timur, dan Kalimantan Barat.

Baca juga artikel terkait CUACA EKSTREM atau tulisan lainnya dari Addi M Idhom

tirto.id - Sosial budaya
Reporter: Addi M Idhom
Penulis: Addi M Idhom
Editor: Addi M Idhom