Menuju konten utama

BMKG Bantah Isu Indonesia Akan Didera Gelombang Panas Mematikan

BMKG secara tegas menyatakan bahwa, artikel yang diterbitkan oleh laman online Deutsche Welle (DW) Indonesia yang berjudul "Indonesia Akan Didera Gelombang Panas Mematikan" adalah tidak benar.

BMKG Bantah Isu Indonesia Akan Didera Gelombang Panas Mematikan
Ilustrasi. Petugas Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) mengamati arah angin melalui monitor di kantor BMKG Banyuwangi, Jawa Timur, Rabu (29/11/2017). ANTARA FOTO/Budi Candra Setya

tirto.id - Menanggapi sejumlah pemberitaan berita yang beredar di masyarakat pada laman pada laman online Deutsche Welle (DW) Indonesia yang berjudul "Indonesia Akan Didera Gelombang Panas Mematikan", Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) menampik hal tersebut.

Dalam rilis yang diterima Tirto Jumat (20/4/2018), BMKG menyatakan bahwa berita yang beredar tersebut adalah berita daur ulang yang sudah pernah diterbitkan pada 20 Juni 2017 lalu.

Artikel yang ditulis DW Indonesia tersebut didasarkan pada paper ilmiah Camilo Mora et al. (University of Hawai) yang terbit di Nature Climate Change Juni 2017 lalu berjudul "Global Risk of Deadly Heat".

BMKG menyatakan, pemberitaan DW Indonesia tersebut terkonsentrasi pada dampak besar yang akan terjadi di Indonesia, sebenarnya tidak cukup relevan dengan kajian ilmiah paper Mora et al (2017) tersebut.

Hal itu dikarenakan, selain paper Mora et al (2017) lebih membahas pada skala global dan tidak menyebut Indonesia secara spesifik, data kejadian gelombang panas yang dipakai sebagai dasar analisis dan pengambilan kesimpulan tidak ada satupun yang berasal dari Indonesia.

Sebagian besar data gelombang panas terjadi di Eropa dan Amerika Utara, sebagian kecil di India, Cina dan Australia, atau dengan kata lain, Indonesia tidak termasuk dari 164 kota 36 negara yang dikaji data gelombang panasnya dalam paper tersebut.

Deputi Bidang Klimatologi Herizal mengatakan, Indonesia belum pernah mengalami gelombang panas yang berdampak kematian, dan belum ada kajian terkait dampak gelombang panas dengan menggunakan batas atas (threshold) suhu permukaan dan kelembaban udara terhadap fisiologi tubuh orang Indonesia

"Bagi orang Indonesia threshold tersebut mungkin belum memberikan dampak mematikan. Namun demikian, dampak peningkatan suhu permukaan terhadap peningkatan risiko kekeringan parah dan potensi kejadian gelombang panas pada masa mendatang patut menjadi perhatian kita bersama di Indonesia," kata Herizal dalam rilis.

Demikian juga dalam konteks perubahan iklim, apabila aktivitas manusia dan perlakuan terhadap lingkungan masih business as usual (BAU), maka tingkat kenyamanan hidup manusia kedepan dapat berpotensi makin buruk.

BMKG juga mengimbau masyarakat yang ingin memperoleh informasi terkini terkait perubahan iklim, agar dapat membuka layanan informasi cuaca 24 jam, melalui Call center 021-6546318, atau laman https://www.bmkg.go.id/, serta melalui akun media sosial twitter @infobmkg.

Baca juga artikel terkait BMKG atau tulisan lainnya dari Yandri Daniel Damaledo

tirto.id - Sosial budaya
Reporter: Yandri Daniel Damaledo
Penulis: Yandri Daniel Damaledo
Editor: Yandri Daniel Damaledo