Menuju konten utama

BMKG: Awan CB Sepekan di Wilayah Udara RI Ganggu Penerbangan?

BMKG memprediksi awan cumulonimbus (CB) berada di wilayah udara RI sepekan hingga 2 Januari 2023, bagaimana dengan mitigasi penerbangan?

BMKG: Awan CB Sepekan di Wilayah Udara RI Ganggu Penerbangan?
Kepala Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Dwikorita Karnawati memberikan keterangan kepada wartawan saat meninjau lokasi longsor yang disebabkan cuaca ekstrem di Kecamatan Imogiri, Bantul, Yogyakarta, Senin (18/3/2019). tirto.id/Irwan A. Syambudi.

tirto.id - Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) mengungkapkan bahwa awan cumulonimbus (CB) dengan persentase cakupan spasial lebih dari 75 persen selama tujuh hari hari ke depan diprediksi terjadi di Laut Cina Selatan, Laut Sulu, Laut Filipina, Selat Sunda, Laut Jawa, Laut Timor, dan Teluk Carpentaria. Hal ini berdasar potensi pertumbuhan awan CB di wilayah udara Indonesia yang berlaku pada 27 Desember 2022-2 Januari 2023.

“Perlu diwaspadai bahkan mungkin siaga ini awan Cumulonimbus dengan persentase cakupan yang lebih luas lagi, cakupan spasialnya lebih dari 75 persen selama tujuh hari ke depan diprediksi terjadi di Laut Cina Selatan, Laut Sulu, Laut Filipina, Selat Sunda, Laut Jawa, Laut Timor, dan Teluk Carpentaria,” ucap Kepala BMKG Dwikorita Karnawati, Kamis (29/12/2022).

Dwikorita menyebut bahwa penerbangan sangat dipengaruhi oleh potensi pertumbuhan awan CB di wilayah udara Indonesia. Untuk potensi awan CB dengan persentase cakupan spasial lebih dari 75 persen, BMKG telah dipimpin oleh Menteri Perhubungan (Menhub) Republik Indonesia Budi Karya Sumadi guna mengoordinasikan langkah-langkah mitigasinya.

“Ya jadi tadi Bapak Menteri Perhubungan, Bapak Kepala BNPB, juga pimpinan di BRIN bersama kami, dan beberapa pihak terkait ini menyiapkan beberapa langkah. Antara lain, pengaturan penerbangan dan itu mungkin tepatnya di Kementerian Perhubungan dan sedang disiapkan pula TMC, teknologi modifikasi cuaca,” tutur Dwikorita.

Lanjut Dwikorita, awan CB dengan persentase cakupan spasial maksimum antara 50-75 persen selama tujuh hari ke depan diprediksi terjadi di Laut Andaman, Laut Sulu, Laut Filipina, Samudera Pasifik utara Pulau Papua, Samudera Hindia selatan Pulau Jawa hingga barat Pulau Sumatera, Selat Sunda, Laut Jawa, Selat Makassar, Laut Maluku, Laut Banda, Laut Aru, Laut Arafuru, Laut Timor, Teluk Carpentaria, serta sebagian kecil Pulau Papua.

Selain di udara, kata Dwikorita, potensi ekstrem juga terjadi di laut. Yaitu potensi gelombang tinggi di wilayah perairan Indonesia, yang berlaku dari 28 Desember-2 Januari 2023.

Dwikorita mengatakan bahwa tinggi gelombang mencapai 4-6 meter berpotensi terjadi di Laut Natuna utara, perairan Kepulauan Natuna, Selat Sunda bagian barat dan selatan, perairan selatan Banten hingga Jawa Timur, Laut Jawa bagian timur, perairan utara Kepulauan Sapudi hingga Kepulauan Kangean, Laut Sumbawa, perairan selatan Pulau Sumba, Samudera Hindia barat Bengkulu hingga selatan Nusa Tenggara Timur, perairan utara Flores, Laut Flores, dan Laut Arafuru.

Untuk gelombang yang agak lebih rendah yakni 2,5-4 m, lebih lanjut Dwikorita, berpotensi hampir merata di perairan wilayah Indonesia. Antara lain perairan barat Kepulauan Mentawai, perairan Enggano-Bengkulu, perairan barat Lampung, Samudera Hindia barat Kepulauan Mentawai, perairan selatan Bali hingga Sumbawa, Selat Bali-Lombok-Alas bagian selatan, Selat Sumba bagian barat, Laut Sawu, perairan Kupang-Pulau Rote.

Selain itu, perairan Kepulauan Anambas, Laut Natuna, Selat Karimata, Laut Jawa bagian barat dan tengah, perairan utara Jawa Tengah-Jawa Timur, Laut Bali, Selat Makassar bagian selatan, perairan Kepulauan Selayar, perairan selatan Bau-bau hingga Kepulauan Wakatobi, perairan barat Sulawesi Selatan, perairan Kepulauan Sermata-Kepulauan Tanimbar, Laut Banda, perairan Kepulauan Talaud, perairan utara Kepulauan Halmahera, perairan Raja Ampat, serta Samudera Pasifik utara Halmahera hingga Papua.

Baca juga artikel terkait PREDIKSI BMKG atau tulisan lainnya dari Farid Nurhakim

tirto.id - Sosial budaya
Reporter: Farid Nurhakim
Penulis: Farid Nurhakim
Editor: Maya Saputri