Menuju konten utama
Sejarah Islam

Biografi Nashiruddin ath-Thusi: Sejarah Pemikiran Ilmuwan Astronomi

Biografi, sejarah hidup, pemikiran, dan karya ilmuwan muslim Nashiruddin ath-Thusi (Nasiruddin Al-Tusi).

Biografi Nashiruddin ath-Thusi: Sejarah Pemikiran Ilmuwan Astronomi
Ilustrasi astronomi. FOTO/iStockphoto

tirto.id - Biografi dan sejarah hidup serta pemikiran Nashiruddin ath-Thusi (sering ditulis pula sebagai Nasiruddin Al-Tusi) sangat menarik. Ia adalah ilmuwan muslim lintas pengetahuan, dari sains seperti astronomi, matematika, optik, geografi, mineralogi, dan ilmu pengobatan, bahkan musik, teologi, logika, etika, hingga filsafat Islam.

Nashiruddin ath-Thusi bernama lengkap Muhammad bin Muhammad bin al-Hasan at-Thūsī. Ia punya beberapa nama sapaan, termasuk Muhaqqiq, Khuwaja Thusi, Khuwaja Nasir, al-Din Tusi, atau hanya dipanggil Tusi saja di kalangan Barat. Tusi dilahirkan pada 18 Februari 1201 M di Tus, Korasan, dekat Mashed, Persia (sekarang Iran).

Cendekiawan muslim kesohor, Ibnu Khaldun (1332–1406 M), seperti dikutip James Winston Morris lewat "An Arab Machiavelli? Rhetoric, Philosophy and Politics in Ibn Khaldun’s Critique of Sufism" dalam Harvard Middle Eastern and Islamic Review 8 (2009), menyebut Tusi sebagai yang terbesar dari para cendekiawan Persia

Biografi Singkat Nashiruddin ath-Thusi

Nashiruddin ath-Thusi sudah menjadi anak yatim sejak usia muda. Sebelum wafat, sang ayah berpesan kepadanya untuk menempuh pendidikan setinggi mungkin. Maka, sejak saat itu, Tusi tidak lelah untuk mempelajari segala sesuatu, menimba ilmu kepada banyak guru.

Nashiruddin ath-Thusi menerima pendidikan pertamanya di kota tempat ia lahir, Tus. Guru pertamanya bernama Kamal al-Din ibnu Yunus. Sejak kecil, Tusi digembleng ilmu agama, seperti fiqih, ushul fiqih, hikmah, dan kalam, terutama pemikiran Ibnu Sina dari Mahdar Fariduddin Damad dan matematika dari Muhammad Hasib.

Dari kampung halamannya, Tusi pindah ke Nishapur (masih termasuk Persia) untuk belajar filsafat di bawah Farid al-Din Damad. Selain itu, ilmu matematika didapatnya dari Muhammad Hasib. Nashiruddin ath-Thusi juga mempelajari sufi dan teologi dari Attar Nishapur.

Setelah menuntaskan pendidikan di Nihshapur, Nashiruddin ath-Thusi pergi ke Baghdad (kini Irak) yang pernah menjadi pusat kebudayaan ilmu pengetahuan pada masa puncak keemasan peradaban Islam.

Selama di Baghdad, Tusi memperdalam lagi keilmuwannya dengan berguru kepada beberapa orang, termasuk ilmu pengobatan dan filsafat dari Qutbuddin, juga matematika dari Kamaluddin bin Yunus, serta fiqih dan ushul dari Salim bin Bardan.

Dari situlah Nashiruddin ath-Thusi kemudian mendedikasikan sepanjang hidupnya untuk mengembangkan berbagai ilmu pengetahuan seperti astronomi, biologi, kimia, matematika, filsafat, kedokteran, seni, hingga ilmu agama Islam.

John J. O'Connor dan Edmund F. Robertson lewat artikel bertajuk "Nasir al-Din Tusi" (1999) yang terhimpun dalam Arsip Sejarah Matematika MacTutor Universitas St Andrews, Skotlandia, memandang bahwa pengetahuan yang banyak didapatkan berpengaruh pada perkembangan intelektual Tusi.

Nashiruddin ath-Thusi lahir pada abad ke-13 M, masa ketika dunia Islam diinvasi Mongol di bawah pimpinan Jenghis Khan (1206-1227). Salah satu guru Tusi, Attar Nishapur, gugur dibunuh pasukan Mongol.

Dalam situasi yang rawan itu, Tusi diminta oleh penguasa di daerah asalnya untuk bergabung ke istana. Tusi pulang kampung dan menerima tawaran itu. Di istana, Nashiruddin ath-Thusi punya akses untuk mempelajari lebih dalam segala ilmu pengetahuan, ia pun menghasilkan beberapa karya.

Agresi yang dilakukan pasukan Mongol sampai ke tanah kelahiran Nashiruddin ath-Thusi pada 1220 M, dipimpin oleh Hulagu Khan yang tidak lain adalah cucu Jenghis Khan. Penguasa yang menaungi Tusi digulingkan, istana pun dihancurkan hingga luluh lantak.

Beruntungnya Nashiruddin ath-Thusi karena Hulagu Khan sangat berminat terhadap ilmu pengetahuan, khususnya astronomi. Tusi tidak dibunuh, justru sebaliknya, oleh Hulagu Khan ia diangkat sebagai penasihat.

Di bawah lindungan Hulagu Khan, keilmuwan dan pengetahuan Tusi semakin berkembang. Hulagu Khan bahkan mendukung Tusi membangun observatorium megah bernama Observatorium Maragha di Persia yang tuntas pada 1262 M.

Observatorium Maragha pernah dianggap sebagai salah satu observatorium paling bergengsi di dunia. Bahkan, tulis Raghib As Sirjani dalam Sumbangan Peradaban Islam pada Dunia (2009), observatorium ini menjadi pegangan para ilmuwan Eropa, khususnya di bidang astronomi.

Pemikiran dan Penemuan Nashiruddin ath-Thusi

Pemikiran Nashiruddin ath-Thusi bermanfaat dalam perkembangan ilmu pengetahuan, terutama ilmu astronomi. Puluhan karya telah dihasilkannya dan menjadi rujukan bagi banyak ilmuwan di dunia. Tusi juga sering berdiskusi dengan Jalaluddin Rumi (1207-1273).

Selain itu, Nashiruddin ath-Thusi banyak menerjemahkan maupun menyunting karya-karya Yunani Kuno ke dalam bahasa Persia. Kumpulan terjemahan ini diberi tajuk kitab Al-Mutawassitat Bain al-Handasa wal Hai’a atau Buku-buku Pengetahuan antara Geometri dan Astronomi.

Karya terkenal Tusi lainnya adalah kitab Al-Tazkira fil Ilm Al-Hai’a atau Memorial Astronomi, berisi tentang hasil penelitian astronomi yang begitu lengkap pada masanya. Bahkan, kitab ini dijadikan rujukan sarjana astronomi dan diterjemahkan ke dalam berbagai bahasa di dunia Timur maupun Barat.

Nashiruddin ath-Thusi juga dianggap sebagai penemu torquetum atau turquet, yakni instrumen astronomi yang dirancang untuk mengambil dan mengubah pengukuran yang dibuat dalam tiga set koordinat: horizon, khatulistiwa, dan ekliptika. Dalam arti tertentu, torquetum adalah komputer analog dan sangat populer pada abad 15 dan 16.

Karya-karya Nashiruddin ath-Thusi

Berikut ini beberapa karya yang pernah dihasilkan oleh Nashiruddin ath-Thusi:

  • Al-Mutawassitat Bain al-Handasa wal Hai’a tentang ilmu geometri dan astronomi.
  • Al-Tazkira fil Ilm Al-Hai’a atau Memorial Astronomi, tentang hasil penelitian astronomi.
  • Mukhtasar fil Ilm al-Tanjim wa Marifat al-Taqwim atau Ikhtisar Astrologi dan Penanggalan.
  • Al-Barifi Ulum al-Taqwim wa Harakat al-Aflak wa-Ahkam al-Nujum, tentang almanak, gerak bintang-bintang dan astrologi.
  • Sayr wa-Suluk, tentang ilmu pelayaran.
  • Al-Shakl al-qattā, buku ilmu matematika, khususnya membahas segi empat lengkap dan ringkasan lima volume trigonometri.
  • Al-Tadhkirah fi'ilm al-hay'ah, memoar tentang ilmu astronomi.
  • Akhlaq-i Nasiri, tentang etika.
  • Al-Risalah al-Asturlabiyah, sebuah risalah tentang astrolabe, instrumen astronomi yang digunakan untuk menentukan posisi benda-benda langit.
  • Zij-i Ilkhani atau Tabel Ilkhani, risalah tentang astronomi utama.
  • Awsaf al-Ashraf, sebuah karya pendek mistis-etis dalam bahasa Persia.
  • Tajrīd al-Iʿtiqād, komentar tentang doktrin Syiah.
  • Dan masih banyak lagi.

Baca juga artikel terkait BIOGRAFI ILMUWAN MUSLIM atau tulisan lainnya dari Nurul Azizah

tirto.id - Sosial budaya
Kontributor: Nurul Azizah
Penulis: Nurul Azizah
Editor: Iswara N Raditya