Menuju konten utama

Biografi Fidel Castro: Kisah Revolusi Mantan Presiden Kuba

Fidel Castro adalah salah satu pemimpin Kuba yang memiliki rekam jejak paling diperhitungkan. 

Biografi Fidel Castro: Kisah Revolusi Mantan Presiden Kuba
Fidel Castro. FOTO/commons.wikimedia.org

tirto.id - Tepat pada 13 Agustus 2021, orang-orang akan mengenangnya sebagai 95 tahun kelahiran Fidel Castro, mantan presiden Kuba sekaligus pemimpin revolusi. Namanya begitu besar, meskipun telah wafat sejak lima tahun lalu, kisah-kisahnya selalu menarik untuk disimak.

Pria bernama lengkap Fidel Alejandro Castro Ruz ini lahir di Biran, Provinisi Oriente, Kuba, pada 13 Agustus 1926 lalu. Ia merupakan anak ketiga dari enam bersaudara, termasuk dua saudara laki-lakinya, Raúl dan Ramón; dan tiga saudara perempuan, Angela, Emma dan Agustina.

Ayahnya, Angel Castro, adalah pemilik perkebunan gula kaya asal Spanyol. Sebagian besar bisnisnya dilakukan dengan United Fruit Company milik Amerika, dan mendominasi pertanian di wilayah itu. Sementara ibunya bernama Lina Ruz González.

Fidel sendiri dididik di sekolah asrama Jesuit swasta, ia tumbuh dalam keadaan kaya di tengah kemiskinan Kuba. Melansir laman Biography, sejak usia dini Castro sebenarnya telah menunjukkan bahwa dirinya berbakat secara intelektual. Meskipun ia juga “seorang pembuat onar dan lebih tertarik pada olahraga daripada studi”, yang membuatnya beberapa kali bermain untuk tim bisbol sekolah.

Kendati demikian, setelah lulus sekolah pada 1945, Castro memilih melanjutkan studinya ke sekolah hukum di Universitas Havana dan tenggelam dalam iklim nasionalisme Kuba, anti-imperialisme dan sosialisme, yang memfokuskan energinya lebih eksklusif pada politik. Dari sinilah perjalanan politiknya bermula.

Pertemuan Castro dengan Politik

Dua tahun setelah masuk Universitas Havana, atau tepatnya pada tahun 1947, Castro menjadi semakin bersemangat mendalami isu keadilan sosial. Bahkan, pada masa ini, ia telah melakukan perjalanan ke Republik Dominika untuk bergabung dengan ekspedisi yang mencoba menggulingkan diktator negara tersebut, Rafael Trujillo.

Kendati kudeta gagal sebelum dimulai, insiden tersebut tidak banyak mengurangi semangat Castro melakukan reformasi, dan ia pergi ke Bogotá, Kolombia, pada tahun berikutnya untuk berpartisipasi dalam kerusuhan anti-pemerintah di sana.

Pada tahun 1947, Castro juga bergabung dengan Partido Ortodoxo yang didirikan untuk mereformasi pemerintahan di Kuba. Pendirinya, kandidat presiden Kuba Eduardo Chibás, kalah dalam pemilihan tahun 1948 tetapi menginspirasi Castro menjadi “muridnya”.

Castro kemudian menikah dengan Mirta Díaz Balart, yang berasal dari keluarga politik kaya di Kuba. Pernikahan itu membuat Castro memiliki gaya hidup dan koneksi politik yang lebih banyak.

Pada saat yang sama, ia mengembangkan minat pada karya Karl Marx dan berniat mencalonkan diri untuk kursi di kongres Kuba. Tetapi pada bulan Maret 1952, sebuah kudeta yang dipimpin oleh Jenderal Fulgencio Batista berhasil menggulingkan pemerintah, dan pemilihan umum dibatalkan. Hal ini membuat Castro hidup tanpa platform politik yang sah dan sedikit pendapatan untuk menghidupi keluarganya.

Di sisi lain, melansir laman History, Batista menempatkan dirinya sebagai diktator, serta memperkuat kekuasaannya dengan militer dan elite ekonomi Kuba. Bahkan pemerintahan Batista diakui oleh Amerika Serikat.

Sebagai tanggapan atas tindakan Batista, Castro dan sesama anggota Partido Ortodoxo mengorganisir sebuah kelompok yang mereka sebut "The Movement" dan merencanakan pemberontakan. Dari sini lah revolusi kuba bermula.

Revolusi Kuba & Bertemu Che Guevara

Britannica menulis, pada tanggal 26 Juli 1953, Castro dan sekitar 150 pendukungnya menyerang barak militer Moncada di luar Santiago de Cuba dalam upaya awal menggulingkan Batista. Namun, serangan itu gagal dan Castro ditangkap, diadili, dihukum dan dijatuhi hukuman 15 tahun penjara. Saudaranya Raúl juga termasuk di antara mereka yang dipenjara.

Namun, hanya berselang dua tahun kemudian, Batista yang merasa bahwa pemerintahan dan stabilitas keamanan Kuba sudah sangat baik, memutuskan untuk memberikan amnesti kepada Fidel Castro. Castro kemudian pergi dengan saudaranya laki-lakinya, Raul, ke Meksiko. Mereka merencanakan pemberontakan baru ke Kuba, merekrut sejumlah pejuang, dan berkomplot dengan revolusioner lain asal Argentina, Ernesto "Che" Guevara.

Selanjutnya, pada 2 Desember 1956, Castro dan 81 pria bersenjata mendarat di Pantai Kuba, mereka dihadang tentara Kuba. Pertempuran kecil pun tak terhindarkan. Hampir semua pengikut Castro dibunuh dan ditangkap, kecuali Castro, Raul, Che Guevara dan sembilan orang lainnya yang melarikan diri ke Pegunungan Sierra Maestra.

Castro kemudian berkoalisi dengan para kelompok revolusioner dari seluruh Kuba untuk melawan pemerintah Batista. Serangan pun dilancarkan kembali, dan berhasil mengalahkan tentara pemerintah.

Pamor Castro semakin naik, dan mendapat dukungan dari kaum tani yang berharap mereformasi aturan pertanian. Sementara Batista yang dalam kondisi terdesak, mendapat bantuan dari Amerika Serikat, untuk menggempur para pemberontak.

Pertengahan tahun 1958, sejumlah kelompok pemberontak lain juga menyerang pemerintah Batista. Pada saat yang bersamaan, Amerika Serikat mengakhiri bantuan militernya. Kondisi ini membuat posisi Batitsa melemah.

Pada 26 Juli 1958, Che Guevara menyerang Kota Santa Clara berhasil memukul mundur pasukan Batista. Akhirnya, Batista melarikan diri ke Dominika pada 1 Januari 1959. Castro yang saat itu didukung 1.000 pemberontak, telah berhasil memegang kendali atas 30 ribu tentara pemerintah Kuba.

Karena pemimpin pemberontak lain tak punya dukungan yang besar, maka Casto lah yang kemudian didaulat sebagai pemimpin Kuba. Pada 16 Februari 1959, ia dilantik sebagai Perdana Menteri Kuba.

Pada awalnya, Amerika Serikat mendukung pemerintahan Castro. Namun sejak diktator Kuba itu menerapkan sistem Marxisme, meluncurkan program Reformasi Agragria dan menasionalisasi seluruh aset AS di Kuba, Negeri Paman Sam berang dan berbalik arah untuk melawan Castro.

Pada masa Castro, Kuba begitu garang lewat kebijakan ekonomi dan politik internasionalnya. Casto yang selama 49 tahun menjabat, telah menghadapi masa pemerintahan dari 9 presiden AS, yang berganti-ganti dalam kurun waktu tersebut.

Castro disebut sebagai salah satu pemimpin revolusi terbesar. Bahkan, jurnalis The Guardian Simon Tisdall, menyebut Castro membuat "revolusi menjadi nampak seksi" berkat kharismanya.

Di bawah kepemimpinan Castro sendiri, Kuba mengalami kemajuan dalam bidang pendidikan dan kesehatan. Di sisi lain, ia sendiri adalah pemimpin yang tergolong diktator. Siapapun yang menentang pemerintahannya, dihukum penjara, termasuk kaum intelektual. Namun sejak Uni Soviet runtuh pada 1991, Castro kehilangan sumber bantuan yang berharga. Sejak itulah, masa keemasan Kuba mulai meredup.

Memasuki tahun 2008, Castro akhirnya melepas jabatan presidennya. Keputusan itu ia ambil setelah kondisi kesehatannya yang tak kunjung membaik. Meski begitu, ia tetap ikut campur dalam urusan pemerintahan Kuba hingga meninggal pada 25 November 2016.

Baca juga artikel terkait atau tulisan lainnya dari Ahmad Efendi

tirto.id - Sosial budaya
Kontributor: Ahmad Efendi
Penulis: Ahmad Efendi
Editor: Alexander Haryanto