Menuju konten utama

Bio Farma Ditarget Produksi Alat Tes PCR 2 Juta per Bulan

Kebutuhan alat tes PCR tinggi seiring peningkatan kasus COVID-19 di Indonesia.

Bio Farma Ditarget Produksi Alat Tes PCR 2 Juta per Bulan
Petugas mengambil sampel cairan dari hidung dan tenggorokan pedagang saat mengikuti swab test di Pasar Pagi, Kota Pangkalpinang, Kepulauan Bangka Belitung, Kamis (11/6/2020). ANTARA FOTO/Anindira Kintara/Lmo/aww.

tirto.id - Menteri Koordinator Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (Menko PMK) Muhadjir Effendy mengatakan, Indonesia menargetkan untuk menggunakan alat tes polymerase chain reaction (PCR) buatan dalam negeri.

Muhadjir mengatakan, BUMN PT Bio Farma kini sudah bisa memproduksi 50 ribu unit PCR per pekan. Pemerintah akan melipatgandakan produksi hingga 2 juta unit per bulan demi memenuhi kebutuhan alat tes PCR di Indonesia.

"Kemarin saya berkunjung ke Bio Farma, di sana sudah bisa memproduksi 50 ribu per minggu dan kalau itu bisa melipatgandakan produksinya sampai 2 juta per bulan. Itu bisa memenuhi kebutuhan dalam negeri dan beliau [Jokowi] sangat mendukung," kata Muhadjir usai menghadap Presiden Jokowi di Istana Negara, Jakarta, Senin (22/6/2020).

Muhadjir juga menuturkan, pemerintah Indonesia berencana menggunakan laboratorium vaksin flu burung untuk memenuhi target alat tes PCR. Pemerintah akan mengubah laboratorium tersebut agar bisa memproduksi alat tes PCR.

"Bapak Presiden sudah menyetujui dan nanti akan dilaksanakan koordinasi antara Menteri BUMN yang membawahi Bio Farma dengan Menteri PUPR, dan Menkes untuk bagaimana supaya [alat] PCR itu bisa diproduksi dalam negeri, sehingga kita tidak terlalu tergantung dengan impor," kata Muhadjir.

Mantan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan itu mengatakan, Bio Farma akan mendesain konsep untuk pembangunan pabrik produsen alat tes PCR. Sedangkan Kementerian PUPR akan mengerjakan proses pembangunan agar cepat.

Di sisi lain, Muhadjir mengatakan, penggunaan satu alat PCR akan memudahkan penanganan COVID-19 untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri. Sebab, pemerintah mendapati alat PCR yang tidak kompatibel dengan reagen yang diperoleh pemerintah.

"Jadi merk-nya beda bisa tidak cocok. Ini nanti kita sederhanakan apalagi satu (merk) akan lebih mudah operasional di lapangan, dan beliau sudah menyetujui dan kita tinggal menindaklanjuti saja," kata Muhadjir.

Kebutuhan alat tes PCR tinggi seiring kasus Corona di Indonesia. Per hari ini, 22 Juni 2020, ada 46.845 kasus, 18.735 sembuh dan 2.500 meninggal.

Baca juga artikel terkait VIRUS CORONA atau tulisan lainnya dari Andrian Pratama Taher

tirto.id - Bisnis
Reporter: Andrian Pratama Taher
Penulis: Andrian Pratama Taher
Editor: Zakki Amali