Menuju konten utama

BIN Klaim Sudah Antisipasi Rencana ISIS Pindah Markas ke Indonesia

Rencana pemindahan pusat operasi ISIS dari Marawi ke Indonesia telah disampaikan Menteri Pertahanan Ryamizard Ryacudu.

BIN Klaim Sudah Antisipasi Rencana ISIS Pindah Markas ke Indonesia
Penduduk yang kembali dari pusat evakuasi berjalan melewati rumah yang hancur ditembak peluru yang dipercaya disewa oleh pemimpin kelompok militan pro-Islamic State Isnilon Hapilon dan Omar Maute sebelum penyerangan mereka di daerah tersebut, di Basak, distrik Malutlut di kota Marawi, Filipina, Minggu (29/10/2017). ANTARA FOTO/REUTERS/Romeo Ranoco

tirto.id - Badan Intelijen Negara (BIN) sudah memonitor rencana ISIS memindahkan markas mereka dari Marawi, Filipina ke Indonesia. Bahkan, BIN sudah mengantongi nama-nama anggota kelompok yang diduga berafiliasi dengan Jamaah Ansharut Daulah (JAD) yang juga bagian dari ISIS.

"Semua ini sudah [didata]. Artinya kemungkinan terburuk itu pasti sudah ada pemetaan dan strategi," kata Direktur Komunikasi dan Informasi BIN Wawan Purwanto saat dihubungi Tirto, Selasa (15/5/2018).

Wawan menerangkan, BIN sudah mengantisipasi isu pindahnya markas ISIS karena masyarakat Indonesia berhubungan dekat dengan kelompok Marawi.

Berdasarkan informasi, kata Wawan, markas ISIS direncanakan akan dipindahkan ke Poso, Sulawesi Tengah. Namun batal karena markas tersebut diserang aparat.

Kemudian, ISIS pun berusaha memindahkan markas ke daerah Bima, NTB. Selain itu, ISIS pun disinyalir berusaha memindahkan markas ke Aceh. Tetapi masyarakat Aceh menolak. Sehingga BIN memperkirakan para anggota ISIS masih berada di Bima, NTB.

Wawan menuturkan, BIN sudah mengawasi dan mengantongi nama-nama orang yang berkaitan dengan ISIS. Akan tetapi, BIN sulit bergerak karena ketentuan perundang-undangan.

"Daftarnya sudah ada, tapi kan bukti belum cukup, sehingga memang undang-undang kan melarang kalau bukti belum ada enggak boleh diapa-apain," kata Wawan.

Oleh karena itu, BIN mendorong agar UU Terorisme direvisi sehingga mereka bisa lebih leluasa dalam mengantisipasi aksi teror.

"Dulu waktu kita masih punya Undang-Undang Anti Subversi itu kalau sinyalemen aja sudah bisa dilakukan penangkapan. Sekarang ini kan kita tidak kayak dulu. Nah, sekarang ini makanya ini yang mau direvisi di DPR," kata Wawan.

Saat ini, BIN telah melakukan sejumlah upaya antisipatif. Mereka juga meminta pemerintah memperkuat sistem pertahanan.

Di sisi lain, BIN juga mengimbau masyarakat agar waspada dan peka terhadap lingkungan masing-masing.

Selain itu, BIN juga meminta masyarakat kritis dengan ajaran-ajaran yang tidak pas atau mengarah pada bentuk radikal.

"Aksi-aksi seperti ini kan berawal dari lingkungan terdekat. Oleh karenanya tidak boleh orang itu cuek atau menganggap sepele ataupun ada pengabaian terhadap sesuatu yang terjadi di lingkungannya," kata Wawan.

Rencana pemindahan pusat operasi ISIS di Asia Tenggara dari Marawi, Filipina ke Indonesia telah disampaikan Menteri Pertahanan Ryamizard Ryacudu. Ia mengatakan, persiapan itu telah dimulai dengan terjadinya rentetan aksi teror di Jawa Timur beberapa hari terakhir.

Penjelasan itu disampaikan Ryamizard kala menjawab pertanyaan jurnalis ihwal peristiwa bom di Surabaya dan Sidoarjo.

"Dalam perintah dari Kabul [Afghanistan], mereka akan memindahkan Marawi ke sini [Indonesia]. Artinya mereka sudah persiapkan benar, matang, harus jadi. Ini perintah mereka yang saya tangkap. Ini disiapkan saja begini, enggak nanggung," ujar Ryamizard di kawasan Menteng, Jakarta, Senin (14/5/2018).

Baca juga artikel terkait ISIS atau tulisan lainnya dari Andrian Pratama Taher

tirto.id - Hukum
Reporter: Andrian Pratama Taher
Penulis: Andrian Pratama Taher
Editor: Alexander Haryanto