Menuju konten utama

BIN Jawab Tudingan Tes Swab Bermasalah

Menurut BIN, hasil tes swab false positive adalah hal yang lumrah terjadi karena perbedaan reagen dan mesin PCR yang digunakan.

BIN Jawab Tudingan Tes Swab Bermasalah
Petugas kesehatan mengambil sampel lendir warga saat tes usap (swab test) drive-thru di Jalan Jendral Sudirman Banjarmasin, Kalimantan Selatan, Rabu (24/6/2020). ANTARA FOTO/Bayu Pratama S/aww.

tirto.id - Badan Intelijen Negara (BIN) menjawab soal alasan keterlibatan dalam penanganan pandemi COVID-19 hingga kemunculan false positive alat test BIN. Deputi VII BIN Wawan Hari Purwanto menuturkan, hasil false positive bukanlah hal yang salah. Ia mengatakan, hal tersebut lazim di sejumlah daerah.

Hal tersebut merespons sejumlah tudingan media Tempo pada Senin (28/9/2020) tentang keterlibatan serta koordinasi BIN dalam penanganan COVID-19 hingga alat tes BIN yang tidak optimal.

"Dewan Analis Strategis Medical Intelligence BIN termasuk jaringan intelijen di WHO menjelaskan fenomena hasil tes swab positif menjadi negatif bukan hal yang baru," kata Wawan dalam keterangan tertulis, Minggu.

Wawan menyebut ada beberapa faktor penyebab hasil swab berbeda. Pertama, virus dalam tubuh penderita sudah sedikit sehingga tidak terdeteksi. Hal tersebut dialami orang yang melakukan tes di kemudian hari, tetapi dalam kondisi segera sembuh.

Kedua, ada bias pre-analitik yakni pengambilan sampel dilakukan oleh 2 orang berbeda, dengan kualitas pelatihan berbeda dan SOP berbeda pada laboratorium yang berbeda. Tindakan tersebut membuat sampel swab sel yang berisi virus corona tidak terambil atau terkontaminasi.

Ketiga adalah sensitivitas reagen yang berbeda, terutama pasien dengan nilai cq/ct nya sudah mendekati 40. Ia menuturkan, BIN menggunakan reagen perkin elmer (AS), a-star fortitude (Singapura), wuhan easy diag (Cina). Reagen ini, kata Wawan, lebih tinggi standar dan sensitivitasnya terhadap strain COVID-19 dibandingkan merk lain seperti genolution (Korea) dan liferiver (Cina) yang digunakan beberapa rumah sakit. Perbedaan tersebut membuat hasil bisa berbeda dan hal tersebut juga terjadi di negara lain.

"Kasus false positive dan false negative sendiri telah banyak dilaporkan di berbagai negara seperti Amerika Serikat, China, dan Swedia," kata Wawan.

Wawan menerangkan, BIN menggunakan dua alat mesin PCR dalam menguji sampel, yakni PCR jenis Qiagen dari Jerman dan jenis Thermo Scientific dari Amerika Serikat. Kedua alat tersebut diklaim sudah memenuhi standar internasional dan dikelola dengan melibatkan Lembaga Eijkman. Selain itu, hasil tes PCR pun diklaim lebih tinggi akurasinya daripada alat yang dipakai selama ini.

Terkait keterlibatan BIN dalam penanganan COVID-19, Wawan menuturkan, BIN terlibat dengan membentuk satgas sesuai pasal 30 huruf d UU 17 tahun 2011 tentang Intelijen Negara. Ancaman kesehatan, katanya, merupakan bagian ancaman keamanan manusia yang merupakan ranah kerja BIN.

Oleh karena itu, BIN ikut membantu penanganan COVID-19 dengan melakukan operasi medical intelligence (intelijen medis) di antaranya berupa gelaran tes swab di berbagai wilayah, dekontaminasi, dan kerjasama dalam pengembangan obat dan vaksin. Mereka juga membantu pengadaan alat di daerah.

Sebagai catatan, BIN menggelar sejumlah tes usap ke sejumlah lembaga, tetapi dengan hasil meragukan. Media Tempo, pada Minggu (27/9/2020) lalu, melaporkan, Lembaga Administrasi Negara (LAN) menemukan hasil swab berbeda antara hasil BIN dan swab mandiri di luar BIN.

LAN menggelar tes swab kepada 53 personel melalui fasilitas mobile polymerase chain reaction atau PCR milik BIN pada Selasa, (21/7/2020). Hasil tes BIN menemukan 15 orang positif COVID, tetapi pada saat 15 pegawai positif tes ulang keesokan harinya justru negatif.

Hal serupa juga dialami MNC TV dan TV One. Saat dites BIN, hasil swab menyatakan reaktif. Akan tetapi, hasil negatif justru diperoleh setelah swab mandiri keesokan harinya.

Namun pihak LAN membantah kalau mereka menyampaikan opini tentang hasil tes swab BIN. LAN justru mengapresiasi langkah BIN yang menggelar tes swab pada 21 Juli 2020.

"Kepala LAN sama sekali tidak pernah menyampaikan penilaian atau opini terkait perbedaan hasil tes swab. Karena hal tersebut jelas bukan merupakan ranah kewenangan dan kompetensi LAN," kata Kepala LAN Adi Suryanto dalam keterangan tertulis, Senin.

"LAN memandang positif kiprah BIN ikut berperan dalam pencegahan dan penanggulan COVID-19 di Indonesia," tutup Adi.

Baca juga artikel terkait TES SWAB atau tulisan lainnya dari Andrian Pratama Taher

tirto.id - Kesehatan
Reporter: Andrian Pratama Taher
Penulis: Andrian Pratama Taher
Editor: Restu Diantina Putri