Menuju konten utama

Biaya Sewa Rumah yang Mencekik di Kota Besar

Di beberapa kota besar di dunia, termasuk Jakarta, biaya sewa tempat tinggal terlalu tinggi. Penghasilan seseorang bisa lebih banyak dihabiskan untuk urusan sewa hunian.

Biaya Sewa Rumah yang Mencekik di Kota Besar
Deretan rumah dengan tangga spiral di Singapura. Getty Images/iStockphoto

tirto.id - Fanny Yulia, seorang peneliti di salah satu lembaga survei harus menghabiskan 20 persen dari gajinya untuk menyewa sebuah flat di Jakarta Barat. Fanny punya kantor di dua lokasi, Sudirman, Jakarta Selatan, dan Bintaro, Banten. Menyewa tempat tinggal di Jakarta Barat menurutnya adalah salah satu solusi. Selain tak begitu mahal, lokasinya juga berada di antara kedua kantornya.

Sementara itu, Muhammad Iqbal Damanik, peneliti di sebuah lembaga swadaya masyarakat, menghabiskan sekitar 22 persen dari gajinya untuk menyewa rumah satu kamar di wilayah Kebagusan, Jakarta Selatan. Kantor Iqbal berlokasi di Kalibata, sekitar 10 kilometer dari rumahnya.

Meski lumayan jauh, menurutnya biaya sewa di kebagusan lebih sepadan dan tidak begitu menguras kantong. Dengan biaya yang hampir sama di Kalibata, ia hanya bisa menyewa kamar kos-kosan. Bila ia menyewa rumah satu kamar di Kalibata, sekitar 30 persen dari gajinya setiap bulan harus terkuras.

Biaya sewa yang dikeluarkan Fanny dan Iqbal relatif lebih kecil dari rata-rata biaya sewa yang dikeluarkan warga Jakarta. Menurut data Rentcafe yang juga dipublikasikan Statista, biaya sewa di Jakarta sekitar 37 persen dari gaji seseorang.

Dari 30 kota yang menurut PwC Global merupakan kota dengan peluang kerja paling besar di dunia, Rentcafe merunut berdasarkan rasio biaya sewa dan penghasilan tiap bulan. Urutan disusun dari yang biaya sewanya paling kecil sampai paling besar. Jakarta berada di peringkat ke-19.

Biaya sewa paling mencekik ada di Mexico City, yaitu hingga 60 persen dari gaji seseorang. Dengan kata lain, jika sepasang suami-istri sama-sama bekerja, gaji salah satunya habis untuk membayar uang sewa, dan itu pun belum cukup.

Di Mexico City, media penghasilan sekitar US$14.500 per tahun. Sedangkan rata-rata biaya sewa rumah sekitar $8.640 setiap tahunnya, ini sama saja lebih dari setengah penghasilan.

Mexico City bukanlah kota dengan biaya sewa termahal di dunia, Manhattan, Singapura, London, bahkan Jakarta, masih jauh lebih mahal. Hanya saja, rendahnya penghasilan membuat rasio biaya sewa di Mexico City menjadi yang paing tinggi.

Biaya sewa paling tinggi di dunia ada di Manhattan, New York. Dalam setahun, rata-rata harga sewa mencapai US$44.700, lima kali lipat dari harga sewa di Mexico City. Namun, median penghasilan di kota itu juga tinggi, sekitar US$75.600 per tahun. Meski begitu, rasio biaya sewa di Manhattan juga terhitung cukup mencekik, sekitar 59 persen dari penghasilan seseorang.

Infografik Kota idaman para pengontrak rumah

Kota-kota lain yang cukup mencekik adalah Lagos, Los Angeles, Paris, Singapura, San Fransisco, Mumbai, London, Dubai. Dari 30 kota yang masuk dalam daftar urutan, Kuala Lumpur menjadi yang paling bersahabat. Di ibu kota Malaysia itu, para pekerja hanya perlu mengalokasikan 20 persen dari total penghasilan mereka setiap tahun untuk membayar biaya sewa tempat tinggal.

Dibandingkan kota-kota lain, biaya sewa di Kuala Lumpur terbilang murah, rata-rata hanya US$4.500 per tahun. Sementara median penghasilan lumayan tinggi, hampir dua kali lipat Mexico City, yaitu US$22.400. Itu mengapa rasio biaya sewa dan penghasilan di Kuala Lumpur menjadi yang terendah.

Moskow menjadi kota degan rasio terendah kedua setelah Kuala Lumpur. Ia menjadi satu-satunya kota di Benua Eropa yang masuk zona hijau. Harga sewa rumah rata-rata hanya US$6.240 per tahun. Sementara median penghasilan mencapai US$29.200 per tahun.

Menurut Quiken—sebuah perangkat lunak pengatur pengeluaran, biaya sewa rumah idealnya tidak lebih dari 25 persen penghasilan. Jadi, jika penghasilan per bulan seseorang Rp10 juta, maka biaya sewa rumah yang harus dikeluarkan sekitar Rp2,5 juta. Jika bisa menyewa tempat tinggal yang lebih kecil anggarannya dari itu, tentu lebih baik. Namun, jika lebih besar dari 25 persen, akan membahayakan keuangan dan membuat orang itu tak bisa menikmati gaji, atau menyisihkan uang proteksi diri dan berinvestasi.

Biaya sewa adalah uang yang hilang begitu saja. Ia berbeda dengan biaya mencicil kendaraan atau rumah yang berakhir pada kepemilikan aset. Mereka yang mengeluarkan uang terlalu banyak untuk biaya sewa, misalnya 40-50 persen dari gaji, akan kesulitan berinvestasi dan membeli properti di kemudian hari.

Misalkan gajinya Rp10 juta, tapi menyewa tempat tinggal seharga Rp5 juta per bulan di Jakarta. Ia hanya memiliki sisa Rp5 juta untuk biaya transportasi, makan, pulsa, dan kebutuhan gaya hidup lainnya. Maka ruang finansial untuk menabung dan investasi semakin sempit. Tentu ini tidak sehat bagi keuangan seseorang.

Baca juga artikel terkait PERUMAHAN atau tulisan lainnya dari Wan Ulfa Nur Zuhra

tirto.id - Ekonomi
Reporter: Wan Ulfa Nur Zuhra
Penulis: Wan Ulfa Nur Zuhra
Editor: Suhendra