Menuju konten utama

Biang Keladi Ribuan Pilot Muda Menganggur

Pilot muda menganggur adalah isu yang terus berulang. Belum ada solusi permanen meski masalahnya sudah jelas diketahui.

Biang Keladi Ribuan Pilot Muda Menganggur
Upacara purnabakti pilot Garuda Indonesia yang tergabung di Asosiasi Pilot Garuda (APG) di bandar udara Soekarno Hatta, Tangerang, Banten. ANTARA FOTO/Lucky R.

tirto.id - Sekolah tinggi dengan bidang keahlian sangat spesifik ternyata tidak membuat seseorang mudah terserap ke industri. Mereka yang lulus dari sekolah pilot, misalnya, ternyata banyak yang menganggur.

Lewat keterangan tertulis yang diterima reporter Tirto, Ahad (23/2/2020) lalu, Sekretaris Jenderal (Sekjen) Forum Ab-lnitio Pilot Setiyadji Dwiwandoko mengatakan kalau saat ini "kurang lebih 2.000 pilot belum terserap industri penerbangan dirgantara Indonesia." Mereka berasal dari 23 sekolah penerbangan.

Pilot ab-initio merujuk ke seseorang yang sudah punya lisensi pilot komersial (commercial pilot license/CPL) tapi belum punya pengalaman sama sekali. Mudahnya, sudah lulus sekolah pilot tapi menganggur.

Setiyadji mengatakan para pilot ab-initio ini mengeluh, dan ini wajar belaka mengingat modal yang harus mereka keluarkan selama sekolah. Tahun 2017 lalu, seorang lulusan sekolah penerbangan mengatakan dia menghabiskan duit Rp1 miliar selama pendidikan.

Kenapa Menganggur?

Pengamat penerbangan sekaligus anggota Ombudsman RI Alvin Lie mengatakan ada beberapa sebab kenapa pilot muda menganggur.

Pertama, perkara oversupply atau kelebihan penawaran. Jumlah lapangan kerja yang tersedia jauh lebih sedikit ketimbang para pencari kerja--masalah yang sebenarnya juga terjadi di banyak industri lain. Setiyadji Dwiwandoko menyebut setiap tahun kira-kira ada 700 pilot baru. Alvin mengatakan kondisi ini disebabkan oleh "lemahnya pengawasan dan perizinan untuk sekolah pilot."

Kepada reporter Tirto, Selasa (25/2/2020), Alvin mengatakan ke depan perlu ada regulasi yang mengatur kuota lulusan sekolah penerbangan. Hal ini menurutnya dapat dilakukan oleh Kementerian Perhubungan.

"Sekolah pilot itu semua izinnya dari [Kementerian] Perhubungan. Silabusnya dari Perhubungan, ujiannya juga di Perhubungan," tambahnya.

Oversupply diperparah dengan adanya sekolah penerbangan yang dikelola masing-masing maskapai. Hal ini membuat pilot lulusan sekolah penerbangan yang dikelola pemerintah semakin sulit mendapat pekerjaan karena umumnya calon pilot yang belajar di sekolah milik maskapai sudah punya ikatan dinas.

"Ketika menerima pilot baru, mereka mengutamakan yang dari sekolahnya sendiri," kata Alvin menjelaskan.

Faktor yang tak kalah pelik adalah kondisi industri penerbangan itu sendiri yang tak bisa dibilang baik. Jumlah penumpang menurun karena tiket mahal atau wabah Corona membuat maskapai mengurangi frekuensi penerbangan, bahkan menghapus rute yang dianggap tak produktif. Saat frekuensi dan rute perjalanan berkurang, permintaan akan pilot juga tentu menurun.

Kendati pelik, Alvin mengatakan bukan tidak ada solusi sama sekali. Sekolah pilot, misalnya, bisa berkolaborasi dengan industri penerbangan luar negeri yang kekurangan pilot, sebut saja negara-negara di Afrika. "Daripada ke [maskapai] yang besar, lebih baik mendapat pekerjaan di luar negeri meskipun gajinya tidak besar. Di negara negara Afrika, Timur Tengah, mungkin ada peluang."

Terus Berulang

Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi mengatakan salah satu upaya yang tengah mereka tempuh adalah menyekolahkan kembali pilot muda. Langkah ini dilakukan karena menurutnya masalah terjadi karena ada ketidaksesuaian antara kompetensi para lulusan sekolah pilot dengan kebutuhan industri.

"Dari pemetaan, ada lagi kualifikasi yang dibutuhkan oleh [maskapai] penerbangan dan existing armada," katanya, Selasa (25/2/2020) lalu.

Budi Karya juga mengatakan pemerintah akan menutup sekolah penerbangan "yang tidak memenuhi kualifikasi."

Juru Bicara Menteri Perhubungan Adita Irawati mendetailkan kembali rencana-rencana Budi Karya. Menurutnya Budi Karya "sudah kasih arahan kepada maskapai," yaitu "menerima pilot ab-initio paling tidak untuk magang enam bulan atau satu tahun sebagai kopilot."

"Ini proses rekrutmen yang baik. Maskapai bisa memilih mana yang baik dari pilot magang," kata Adita kepada reporter Tirto.

Namun sepertinya apa yang mereka upayakan tidak mustajab. CEO Lion Air Group Edward Sirait, misalnya, menegaskan maskapainya memang menerima pilot muda dari sekolah biasa, "tapi tak sebanyak dari sekolah sendiri."

Pada akhirnya jika situasi tak berubah, isu pilot muda menganggur akan terus berulang. Isu ini pernah muncul pada 2016, 2017, 2018, dan 2019.

Baca juga artikel terkait PILOT atau tulisan lainnya dari Selfie Miftahul Jannah

tirto.id - Sosial budaya
Reporter: Selfie Miftahul Jannah
Penulis: Selfie Miftahul Jannah
Editor: Rio Apinino